Listrik Hidup Hanya 7 Jam? Sudah Biasa Ditempatku - Nasirullah Sitam

Listrik Hidup Hanya 7 Jam? Sudah Biasa Ditempatku

Share This
Kadang pikiran ini menggelayut saat melihat perbedaan yang mencolok hidup di kota dan di desa. Fasilitas umum tentu sangat jauh berbeda, akses jalan juga bisa terlihat berbeda, apa lagi listrik. Hemmm, walau dibeberapa desa sudah banyak yang tersalurkan oleh listrik PLN; tapi tidak sedikit desa-desa dinegeri kita yang sangat besar ini harus menggigit jari untuk merasakan fasilitas listrik.

Tidak sengaja, beberapa blog menginfomasikan adanya event yang mengangkat tema “IdeKU Untuk PLN”. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyampaikan uneg-uneg yang sempat terbesit dihati dalam waktu yang lama. Apapun responnya, setidaknya aku sudah memberikan gambaran bagaimana rasanya hidup di desa yang jauh dari kata layak mendapatkan listrik PLN. Sekarang tahun 2014 loh, bukan masa perjuangan 45.
banner lomba #IdekuUntukPLN
banner lomba #IdekuUntukPLN
Kembali ke topik, kalau di kota dengan mudahnya kita dapat melihat lampu-lampu terang berjejeran ditepian jalan, melihat Mall dan Hotel bersaingan menghidupkan lampu terangnya, melihat rumah mewah lengkap dengan fasilitas yang mereka semua tersalurkan oleh listrik dengan baik dan mumpuni. Kalau di desa apa yang kita dapatkan?

PLTD (milik PLN) di desa hanya mampu memberikan fasilitas secukupnya saja. Setiap rumah hanya bisa menghidupkan beberapa lampu beserta alat eletronik lainnya dengan daya terbatas. Kalaupun setiap rumah itu menghidupkan Kulkas, AC (Kalau ada), Dispenser, dan Setrika secara bersamaan. Aku yakin langsung redup itu PLTD. Kalaupun nggak redup langsung itu MCB turun alias Jeglek. Nasib toh…

Bagaimana listrik di desaku? Wah sangat jauh dari kata “layak”. Jika orang luar Jawa khususnya daerah Timur ada yang berkata “ Enaknya hidup di Jawa, apa-apa ada semua, jalanan bagus, listrik juga ada, kalau malam terang, bisa nonton bola bla..bla..bla..bla..” itu bukan sepenuhnya benar. Malah kadang aku berkata “Apa desaku ini berada di pulau Jawa?” Aku sering berguman seperti itu karena sampai sekarang di desaku, Kemujan, Kecamatan Karimunjawa hanya mendapatkan fasilitas listrik selama 6-7 jam dalam 24 jam. Bisa kalian bayangkan seperti aapa hidup ditempat seperti ini.

Kebutuhan listrik oleh masyarakat sangat besar, hanya saja aku dan seluruh masyarakat desaku harus gigit jari untuk merasakan 24 jam listrik sampai sekarang. Di Kecamatan Karimunjawa saja listrik langka, apalagi di desaku. Kami memanng hidup di Jawa tapi merasa tidak merasa hidup di Jawa karena kami hanya berada dikepulauan. Kepulauan Karimunjawa yang terdiri dari 27 pulau dan ada 5 pulau yang berpenghuni harus menggigit jari dan berkhayal kapan listrik PLN bisa hidup selama 24 jam.

Oya, kami sudah terbiasa merasakan listrik 6-7 jam dalam sehari semalam, dan kami hanya merasakan 3 kali listrik hidup 12 jam itu dalam satu tahun (2 hari saat Idul Fitri, dan 1 hari saat Idul Adha) dan sampai sekarang masyarakat di desa ku belum pernah sekalipun merasakan bagaimana rasanya kalau listrik itu hidup selama 24 jam. Mungkin malah kaget nanti ya, alhasil dengan listrik hanya 7 jam dan sering hidup-mati sendiri membuat alat eletronik seperti TV, Pompa Air, Kulkas langsung rusak semua.

Kalau ditanya ideku untuk PLN apa? Aku sendiri tidak bisa menjawab dengan gampang, terlepas kami memang butuh PLN untuk menyalurkan listriknya ke desa kami, tapi kami sadar dengan akses yang cukup susah bagi PLN. Itu adalah tantangan kita bersama, tantangan pemerintah juga.  Mungkin kalau diterima, kalaupun kami hanya menggunakan PLTD, berikanlah mesin yang masih baru sehingga tidak terus rusak. Jika berkenan, hidupkanlah listrik itu selama 12 jam sehingga kami sedikit bisa lebih lega.

Pada akhirnya aku berguman “Jika aku yang hidup dipulau Jawa saja listriknya belum bisa optimal, bagaimana dengan saudara-saudara kita yang berada dipulau-pulau terpencil? Ditengah-tengah hutan, diperbatasan dengan Negara lain, dan dipulau terluar Indonesia?” Listrik memang bukan satu-satunya masalah dinegeri ini, hanya saja listrik salah satu kebutuhan vital masyarakat saat ini dan ke depan.

Semoga PLN bisa melewati tantangan untuk “Membuat terang seluruh Indonesia dan Selamat Hari Listrik Nasional ke 69. Berhematkah kamu dalam menggunakan listrik dan berbahagialah kamu yang telah mendapatkan listrik, karena masih banyak masyarakat yang hidup dalam kegelapan (tanpa listrik)”.
Baca juga postingan yang lainnya 

6 komentar:

  1. 7 jam hidup listrik dalam sehari, kalau didaerah kota itu uda di demo tuh pln nya..

    Sukses buat lombanya dan idenya bisa sampai ke pln.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, walau Karimunjawa itu daerah pariwisata tapi ya begitu :-(
      Terima kasih atas suportnya mas :-)

      Hapus
  2. daerah indonesia banyak yang belum terjangkau pasokan listriknya yah. Semoga PLN dapat berkembang lagi.

    Oh ya, kalau listrik cuma 7 jam ngapain aja tuh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 7 jam benar-benar dimanfaatkan dgn baik. Unk mompa air, setrika, chaas hp, sama nonton berita (tv). Selebihnya ya cukup berkhayal :-(

      Hapus
  3. Ada faktor pengelolaan yang perlu dibenahi. Contoh saja kota Medan. Di sana itu hampir setiap hari listrik padam dua kali sehari, masing-masing sekitar 4 jam. Alasannya karena PLN Medan punya hutang ongkos solar senilai 90 Triliun ke Pertamina.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga pihak yang berkaitan bisa lebih baki lagi :-)

      Hapus

Pages