Cerita Malam itu Disudut Kota Jepara - Nasirullah Sitam

Cerita Malam itu Disudut Kota Jepara

Share This
Dua hari bermain di Jepara, mulai dari bersepeda menuju beberapa pantai, dilanjut malamnya menikmati Jagung bakar di Alun-alun Kota Jepara, dilanjut dengan nyeruput kopi di Wakobo, nonbar Liverpool bareng The Reds Jepara, sampai menginap dirumah Mustofa. Ada banyak cerita malam itu, khususnya obrolan santai bersama teman-teman The Reds Jepara dengan pak Wig. Satu hal yang aku ingat, kita pasti akan mendapatkan sesuatu hal (cerita, pengalaman) yang baru disaat kita berkumpul dengan orang-orang baru kita kenal.
Malam dialun-alun kota Jepara
Malam dialun-alun kota Jepara
Malam di Alun-alun kota Jepara
Obrolan malam ini layaknya kita sudah berteman lama dan baru reunian. Kata-kata yang mengandung unsur pesan, sampai celoteh menggelitik hati terdengar ditelinga dan tersimpan rapat-rapat dimemori otak ini. Menggelitik aku untuk harus menyimpannya dalam bentuk tulisan agar tidak terlupakan saat aku terbuai oleh pekerjaan lainnya. Ada banyak perbincangan, tapi ada beberapa ucapan dari Pak Wig dan Mustofa yang akan selalu aku ingat. Mungkin karena selama semalam suntuk kami bertiga paling aktif berbicara.

Ungkapan dari pak Wig yang membuat aku sedikit tergelak tawa saat beliau bilang “Jika kamu mempunyai anak perempuan kurang cantik itu susah, tapi mempunyai anak perempuan cantik juga nggak kalah susah.” Ya ungkapan dari seorang ayah yang mempunyai anak perempuan, mungkin pak Wig melihat anaknya sering diapeli cowok-cowok yang sedang mengejar hati anaknya. Ucapan yang benar adanya, seperti itulah yang terjadi saat ini.

Ucapan kedua membuat aku tidak kuat menahan gelak tawa adalah “Orang mengira aku ini keturunan China, tapi sayang aku nggak kebagian jatah toko.” Sontak kami tertawa mendengar kalimat beliau. Jujur pak memang bapak mirip kok J *Kaburrrr!!! Dari sinilah aku mulai merasa kalau aku harus berkumpul lagi dengan teman-teman The Reds Jepara dilain waktu.

Kami kompak menonton Liverpool yang harus mengakui kehebatan Aston Villa (beberapa pekan yang lalu), dan kami pulang ke rumah. Dimalam itu aku tidur dirumah Mustofa yang sedang memutar chant-chant Liverpool. Kemudian mendadak berganti lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Dia berkata “Aku yakin di HP-mu sekarang tidak ada lagu kebangsaan Indonesia Raya.” Aku terdiam, benar adanya laguku semuanya dipenuhi Kenny G. Sebuah ucapan yang benar adanya.

Perbincangan berlanjut, dia berkata “Jogja selalu ngangeni” Tuhan…. Bagi kalian yang pernah tinggal di Jogja, apa kalian merasakan hal yang sama? Aku yakin 99.9% orang akan mengatakan hal yang sama. Ungkapan tersebut juga dikatakan oleh pak Wig saat kami berbincang. Aku setuju kalau Jogja benar-benar ngangeni. Tanpa melupakan kampung halamanku, tapi Jogja mempunyai cerita sendiri bagi aku.

Ketika menjelang tertutup mata, aku masih mendengar kata-kata Mustofa. “Aku suka mengabadikan telepon umum, wartel, orang membaca Koran, dll karena siapa tahu suatu saat akan menjadi hal yang langka.” Aku sadar telepon umum sekarang sudah mulai hilang, wartel juga sama nasibnya. Orang membaca Koran? Iya untuk beberapa kamu muda lebih asyik membaca berita disitus online daripada Koran. Dan apakah suatu saat akan langka orang membaca Koran? Semoga tidak disaat aku masih hidup.

Tidak terasa jemariku sudah menulis semua ingatan yang ada dimemoriku. Aku percaya ketika aku membaca ulang tulisan ini yang terposting diblog, aku langsung teringat tentang Jepara, The Reds Jepara, Mustofa, Pak Wig, Wawan, Rizki, Mario dkk, teman-teman The Reds Jepara yang tidak aku kenal lewat wajah satu-persatu, namun aku kenal karena kitas ama-sama mendukung Liverpool #YNWA
Baca juga postingan yang lainnya 

6 komentar:

  1. wah asik banget rasanya bermain dan berkumpul bareng bersama teman2.. saling bercerita .. uuhh pingin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas :-)
      Kadang kalau lagi suntuk ya kumpul teman itu obatnya :-D

      Hapus
  2. itu foto toko lampu berjalan namanya apaan?
    jogja ya, salah satu kota yang pengen banget gw kunjungin tapi smp sekarang blm kesampean :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini di Jepara, yang banyak lampunya itu sepeda untuk gowes keliling alun-alun. Ayoo ke Jogja, heeee

      Hapus

Pages