Karawitan, lagu-lagu Jawa, dentangan Gamelan, merdunya suara
sinden-sinden. Apa lagi ya? Kali ini (Kamis, 4 Juni 2015) aku dan rombongan
mahasiswa internasional berkesempatan mengunjungi Rumah Budaya Sae Laras di
Kaligono, Kaligesing, Purworejo. Rumah budaya yang berbentuk Joglo ini
mementaskan beberapa lagu Jawa dalam menyambut kedatangan kami.
Menuju Rumah Budaya Sae Laras |
Ya, setelah perjalanan beberapa jam dari Semarang, akhirnya
aku dan rombongan sampai di Kaligono. Di sini ada banyak kegiatan yang aku dan
rombongan laksanakan. Aku dan rombongan menikmati makanan pembuka (sebelum
makan nasi). Adapun makanannya adalah Geblek dan Singkong. Ahhh, apa namanya
ini ya? Pokoknya Singkong dilumuri dengan gula aren. Untuk minumnya, sudah
disediakan Temulawak. Ahaaaa, jadi ingat lagu “Sekonyong Konyong Kodher” yang liriknya “Bir temulawak... Nggonku mikir neng awak nganti rusak”.
Sajian makanan pembuka |
Dentangan gamelan mengalun dengan ritme yang tepat, para
anak-anak kecil penerus bangsa ini sangat lihat memainkan alat gamelan ini.
mata mereka sudah tidak tertuju pada papan tulis yang tertulis sebuah kunci
dasar untuk mengetuk dan membuat suatu irama. Kedua tangan mereka dengan
lihainya seperti sedang mermain-main dengan alat yang di depannya. Sementara
itu, di sisi lain. Sekelompok anak-anak perempuan menggunakan kaos berwarna
hitam melantunkan lebih dari empat lagu. Aku bisa mengikuti beberapa lirik
lagu, namun jangan disuruh untuk tahu judulnya. Aku benar-benar tidak paham,
lagu-lagu tersebut cukup sering aku dengarkan. Seperti lirik ketika mereka
bernyanyi “Ojo dipleroki”.
Karawitan oleh anak-anak kecil di Kaligono |
Serambi menikmati makan siang di Rumah Budaya, aku dan
rombongan menikmati lantunan lagu-lagu yang dibawakan oleh para anak-anak kecil
ini. Ada semacam kebanggan tersendiri melihat ini. Aku pernah KKN waktu masih
kuliah, di sana juga ada kegiatan Karawitan
setiap rabu malam. Namun yang memainkan adalah orang-orang tua. Di sini,
aku menjadi lebih lega, karena mereka semua adalah anak-anak di bawah umur 14
tahun. Bahkan mungkin ada yang masih 8 atau 9 tahun. Sebuah cara melestarikan
kebudayaan, setidaknya dalam beberapa tahun ke depan, di tempat ini masih ada
anak-anak yang tidak gagap dengan peralatan gamelan.
Mahasiswa Internasional mendengarkan lantunan lagu Jawa |
Duduk saja tidak cukup bagi rombongan kami, ada rasa
penasaran untuk mencoba memainkan peralatan gamelan. Tanpa menunggu waktu yang
lama, beberapa mahasiswa internasional pun sudah membentuk formasi layaknya
personil baru di sebuah kelompok Karawitan.
Mereka memilih alat-alat yang ingin dimainkan, walau sama sekali mereka tidak
tahu kuncinya. Pokoknya yang penting pegang alat pemukul dulu, masalah bunyi
dan irama dipikir belakangan.
Tidak kusia-siakan momentum langka ini, aku membidik satu persatu para mahasiswa yang terlihat asyik memukul alat gamelan. Jangan protes kalau suaranya tidak berirama dengan baik, karena bagi mereka yang terpenting adalah mencoba. Mencoba sesuatu hal yang baru, mungkin di Negara mereka tidak pernah menemukan alat semacam ini. Atau kalau mereka pernah melihat, belum tentu pernah memainkannya.
Mulai beraksi |
Berdasarkan permintaan para anak-anak pemain Karawitan yang tidak ingin
menyia-nyiakan momen bertemu dengan bule dan main Karawitan. Akhirnya sepakat mereka berfoto bersama. Bahkan setelah
acara foto bareng selesai, semua anak-anak berhamburan mencari sosok-sosok bule
yang ingin diajaknya foto bersama. Ahhhaa, di sini kadang aku merasa sedih
*lebay. Aku dan teman-teman blogger pun hanya bisa menatap meresa dan berharap
ada yang berfoto dengan kami. Mungkin wajah kami sama seperti mereka, jadi
baiklah tidak jadi masalah. Haaaaa, yang penting hepi.
Foto bareng dulu sebelum berpisah |
Aku pun mengambil Tripod kecil dari dalam ransel, kemudian
menggaet kamera dan memasangnya. Tujuanku cukup simpel, aku ingin mengabadikan
kalau aku pernah main ke Rumah Budaya Sae Laras Kaligono, Kaligesing,
Purworejo. Awalnya foto berdua dengan Yasir, teman bloggerku. Tapi kejutan pun
bertambah, anak-anak kecil yang bernyanyi dan rebutan para bule untuk foto
bersama pun mengerubutiku. Wah, ternyata laku juga diajak foto bareng. Asyikkk,
untuk sementara Tripod kecil ini beralih fungsi menjadi Tongsis.
Mengabadikan diri dulu |
Usai sudah menikmati makan siang, mendengarkan tembang lagu
jawa dari Rumah Budaya Sae Laras. Kami
pun bergegas ijin dan menuju lokasi selanjutnya. Lokasi yang masih di Kaligono,
masih berinteraski dengan warga setempat. Masih mengeksplore tanah Purworejo.
Terima kasih untuk lantunan Karawitan
siang ini. Dari sini, aku yakin jika kebudayaan Indonesia tidak akan luntur dan
terlupakan.
Baca juga postingan yang lainnya
jadi kangen pelajaran karawitan di SD hehehe
BalasHapusDiajari toh waktu SD? Keren haaaa
Hapusseru banget ya, jadi lebih tau dengan budaya bangsa, apa lagi seni karawitan sekarang banyak peminatnya
BalasHapusIya, ini bisa menjadi penerus warisan budaya bangsa,
HapusYang main alat musik dan menyanyi semua anak kecil iya kirain bapak-bapak gitu.. btw sampe sekarang pengen banget gabung sama orang-orang yang menyukai seni tapi belum kesampaian juga :)
BalasHapusKalo di sini anak kecil semua, suaranya pun keren-keren..
HapusPengalaman yang mengasyikan bermain sambil liburan bersama di rumah budaya, apalagi bisa memperkenalkan budaya dan tradisi kepada parawisatawan asing ya Kang.
BalasHapusIya kang, salah satu pengalaman yang jarang didapatkan :-)
HapusWah, menarik sekali rumah budaya sae laras ini, keren nyanyian dan pengiringnya
BalasHapusPengennya ikut nyanyi, tapi apa daya tidak bisa haaaa
Hapus