Lantunan Karawitan di Rumah Budaya Sae Laras, Kaligono - Nasirullah Sitam

Lantunan Karawitan di Rumah Budaya Sae Laras, Kaligono

Share This
Karawitan, lagu-lagu Jawa, dentangan Gamelan, merdunya suara sinden-sinden. Apa lagi ya? Kali ini (Kamis, 4 Juni 2015) aku dan rombongan mahasiswa internasional berkesempatan mengunjungi Rumah Budaya Sae Laras di Kaligono, Kaligesing, Purworejo. Rumah budaya yang berbentuk Joglo ini mementaskan beberapa lagu Jawa dalam menyambut kedatangan kami.
Menuju Rumah Budaya Sae Laras
Menuju Rumah Budaya Sae Laras
Menuju Rumah Budaya Sae Laras
Ya, setelah perjalanan beberapa jam dari Semarang, akhirnya aku dan rombongan sampai di Kaligono. Di sini ada banyak kegiatan yang aku dan rombongan laksanakan. Aku dan rombongan menikmati makanan pembuka (sebelum makan nasi). Adapun makanannya adalah Geblek dan Singkong. Ahhh, apa namanya ini ya? Pokoknya Singkong dilumuri dengan gula aren. Untuk minumnya, sudah disediakan Temulawak. Ahaaaa, jadi ingat lagu “Sekonyong Konyong Kodher” yang liriknya “Bir temulawak... Nggonku mikir neng awak nganti rusak”.
Sajian makanan pembuka
Sajian makanan pembuka
Sajian makanan pembuka
Sajian makanan pembuka
Dentangan gamelan mengalun dengan ritme yang tepat, para anak-anak kecil penerus bangsa ini sangat lihat memainkan alat gamelan ini. mata mereka sudah tidak tertuju pada papan tulis yang tertulis sebuah kunci dasar untuk mengetuk dan membuat suatu irama. Kedua tangan mereka dengan lihainya seperti sedang mermain-main dengan alat yang di depannya. Sementara itu, di sisi lain. Sekelompok anak-anak perempuan menggunakan kaos berwarna hitam melantunkan lebih dari empat lagu. Aku bisa mengikuti beberapa lirik lagu, namun jangan disuruh untuk tahu judulnya. Aku benar-benar tidak paham, lagu-lagu tersebut cukup sering aku dengarkan. Seperti lirik ketika mereka bernyanyi “Ojo dipleroki”.
Karawitan oleh anak-anak kecil di Kaligono
Karawitan oleh anak-anak kecil di Kaligono
Karawitan oleh anak-anak kecil di Kaligono
Serambi menikmati makan siang di Rumah Budaya, aku dan rombongan menikmati lantunan lagu-lagu yang dibawakan oleh para anak-anak kecil ini. Ada semacam kebanggan tersendiri melihat ini. Aku pernah KKN waktu masih kuliah, di sana juga ada kegiatan Karawitan setiap rabu malam. Namun yang memainkan adalah orang-orang tua. Di sini, aku menjadi lebih lega, karena mereka semua adalah anak-anak di bawah umur 14 tahun. Bahkan mungkin ada yang masih 8 atau 9 tahun. Sebuah cara melestarikan kebudayaan, setidaknya dalam beberapa tahun ke depan, di tempat ini masih ada anak-anak yang tidak gagap dengan peralatan gamelan.
Mahasiswa Internasional mendengarkan lantunan lagu Jawa
Mahasiswa Internasional mendengarkan lantunan lagu Jawa
Mahasiswa Internasional mendengarkan lantunan lagu Jawa
Duduk saja tidak cukup bagi rombongan kami, ada rasa penasaran untuk mencoba memainkan peralatan gamelan. Tanpa menunggu waktu yang lama, beberapa mahasiswa internasional pun sudah membentuk formasi layaknya personil baru di sebuah kelompok Karawitan. Mereka memilih alat-alat yang ingin dimainkan, walau sama sekali mereka tidak tahu kuncinya. Pokoknya yang penting pegang alat pemukul dulu, masalah bunyi dan irama dipikir belakangan.

Tidak kusia-siakan momentum langka ini, aku membidik satu persatu para mahasiswa yang terlihat asyik memukul alat gamelan. Jangan protes kalau suaranya tidak berirama dengan baik, karena bagi mereka yang terpenting adalah mencoba. Mencoba sesuatu hal yang baru, mungkin di Negara mereka tidak pernah menemukan alat semacam ini. Atau kalau mereka pernah melihat, belum tentu pernah memainkannya.
Mulai beraksi
Mulai beraksi
Mulai beraksi
Mulai beraksi
Berdasarkan permintaan para anak-anak pemain Karawitan yang tidak ingin menyia-nyiakan momen bertemu dengan bule dan main Karawitan. Akhirnya sepakat mereka berfoto bersama. Bahkan setelah acara foto bareng selesai, semua anak-anak berhamburan mencari sosok-sosok bule yang ingin diajaknya foto bersama. Ahhhaa, di sini kadang aku merasa sedih *lebay. Aku dan teman-teman blogger pun hanya bisa menatap meresa dan berharap ada yang berfoto dengan kami. Mungkin wajah kami sama seperti mereka, jadi baiklah tidak jadi masalah. Haaaaa, yang penting hepi.
Foto bareng dulu sebelum berpisah
Foto bareng dulu sebelum berpisah
Aku pun mengambil Tripod kecil dari dalam ransel, kemudian menggaet kamera dan memasangnya. Tujuanku cukup simpel, aku ingin mengabadikan kalau aku pernah main ke Rumah Budaya Sae Laras Kaligono, Kaligesing, Purworejo. Awalnya foto berdua dengan Yasir, teman bloggerku. Tapi kejutan pun bertambah, anak-anak kecil yang bernyanyi dan rebutan para bule untuk foto bersama pun mengerubutiku. Wah, ternyata laku juga diajak foto bareng. Asyikkk, untuk sementara Tripod kecil ini beralih fungsi menjadi Tongsis.
Mengabadikan diri dulu
Mengabadikan diri dulu
Mengabadikan diri dulu
Usai sudah menikmati makan siang, mendengarkan tembang lagu jawa  dari Rumah Budaya Sae Laras. Kami pun bergegas ijin dan menuju lokasi selanjutnya. Lokasi yang masih di Kaligono, masih berinteraski dengan warga setempat. Masih mengeksplore tanah Purworejo. Terima kasih untuk lantunan Karawitan siang ini. Dari sini, aku yakin jika kebudayaan Indonesia tidak akan luntur dan terlupakan.
Baca juga postingan yang lainnya 

10 komentar:

  1. jadi kangen pelajaran karawitan di SD hehehe

    BalasHapus
  2. seru banget ya, jadi lebih tau dengan budaya bangsa, apa lagi seni karawitan sekarang banyak peminatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ini bisa menjadi penerus warisan budaya bangsa,

      Hapus
  3. Yang main alat musik dan menyanyi semua anak kecil iya kirain bapak-bapak gitu.. btw sampe sekarang pengen banget gabung sama orang-orang yang menyukai seni tapi belum kesampaian juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo di sini anak kecil semua, suaranya pun keren-keren..

      Hapus
  4. Pengalaman yang mengasyikan bermain sambil liburan bersama di rumah budaya, apalagi bisa memperkenalkan budaya dan tradisi kepada parawisatawan asing ya Kang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kang, salah satu pengalaman yang jarang didapatkan :-)

      Hapus
  5. Wah, menarik sekali rumah budaya sae laras ini, keren nyanyian dan pengiringnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengennya ikut nyanyi, tapi apa daya tidak bisa haaaa

      Hapus

Pages