Agenda pagi ini berjalan dengan
lancar. Dimulai dari berkunjung ke PabrikTeh, lanjut mengelilingi Kebun Teh naik mobil. Aku menuju kamar, merebahkan
badan yang lumayan capek. Walau tidak banyak aktifitas, tapi rasa capek tetap
terasa. Agenda selanjutnya adalah menunggang Kuda keliling kebun Teh.
Rencananya rute keliling kebun Teh naik Kuda tidak panjang, hanya mengelilingi
kompleks perumahan/penginapan yang ada di area kebun Teh. Serambi rebahan, aku
menunggu sampai kuda-kuda tersebut sudah siap ditunggangi. Sebenarnya tadi pagi
sudah keliling sih jalan kaki. Namun tawaran keliling naik Kuda tak mungkin aku
tolak begitu saja.
“Kudanya hanya ada empat. Jadi nanti giliran ya naiknya,” Terang salah satu penduduk yang
membawa kuda.
![]() |
Sudah gagah belum? Tinggal bawa tongkat sama pedang |
Kuhitung pengunjung yang ingin
berkuda, ada 12 orang termasuk aku yang antri naik kuda. Aku mendapatkan jatah giliran
yang kedua, jadi bisa santai sejenak sambil menunggu giliran naik kuda.
Kuda-kuda ini berukuran kecil, menurut keterangan dari penduduk yang menyiapkan
kuda; kuda ini berasal dari Sumbawa. Keempat kuda ini bergegas jalan mengikuti
arahan bapak yang memegang tuas tali. Kulihat dibagian belakang terdapat
semacam cap/tanda di setiap kuda. Cap tersebut bertuliskan angka yang
mengidentifiksi kuda tersebut.
Rombongan pertama adalah
teman-temanku bersama keluarganya. Aku mendapatkan mandat dari teman untuk
mengabadikan mereka. Sesekali kuabadikan teman yang naik kuda, setelah itu aku
kembali duduk santai seraya melihat hasil-hasil dokumentasiku. Rombongan
pertama mulai berjalan, suara tapal kuda terdengar berderap di tanah. Kuda-kuda
tersebut mengikuti jalanan sambil dikendalikan warga. Selang 15 menit kemudian,
dari arah berlawanan rombongan pertama sudah sampai. Cepat sekali muternya?
“Kok cepat, mbak?” Tanyaku pada teman rombongan.
“Cuma muter kompleks ini saja kok, mas,” Jawabnya seraya menunjukkan arah
jalan kecil.
Aku bergegas memilih kuda berwarna
kecoklatan. Tanpa menemui kesulitan, aku sudah berada di atas punggung kuda.
Kedua tangan memegang tali pengendali, sementara bapak yang bertugas
mengendalikan kuda malah asyik ngobrol santai dengan bapak lainnya.
“Mas ganti kuda yang agak kehitaman itu aja, lebih gagah,” Celetuk temanku yang bersiap
mengabadikanku.
“Oya? Baiklah,”
Jawabku seraya turun dari punggung Kuda.
Untuk kedua kalinya aku menaiki kuda
tanpa kesulitan. Kuda-kuda ini sudah terlihat jinak, mereka tak bergerak
agresif walau disekelilingnya ramai. Tiba saatnya aku berkeliling naik kuda.
Jalan yang kulewati adalah paving. Kuda-kuda berjalan santai, aku meraya
digoyang-goyang. Sedikit perlu penyesuaian agar bisa duduk senyaman mungkin.
Jujur saja, ini kali pertama aku naik Kuda. Dulu sih pernahnya naik di atas
Sapi (waktu kecil), itupun harus menerima terjangan kaki belakang Sapi
sebelumnya.

![]() |
Rute naik Kuda di Kebun Teh Lawang |
Kuda yang kunaiki diurutan paling
belakang. Seraya memegang tali kendali, aku berbincang santai dengan bapak yang
mengendalikan Kuda.
“Ini umurnya berapa, pak?”
“Oh. Ada berapa Kuda yang dimiliki warga sini, pak?”
“Sebenarnya ada sekitar 10an mas. Tapi yang lainnya sedang keluar, yang
tersedia pagi ini hanya empat saja.”
“Mau saya lepas talinya, mas? Bapak tersebut menawariku seraya tersenyum.
“Oke, pak. Tapi kalau nanti Kudanya nanti agak ngamuk dipegang ya, pak?” Jawabku tertawa.
Bapak itupun tertawa. Tak menunggu
aba-aba, tali yang sedari tadi dipegang beliau pun dilepaskan. Kali ini aku
sendiri yang harus bisa mengendalikan Kuda agar tidak liar atau jalan salah
jalur. Ketika jalanan lurus sih mudah-mudah saja, dibiarkan pun Kudanya jalan
sesuai rute. Sedangkan waktu jalan agak terjal dan berbelok, aku harus bekerja
lebih keras agar Kuda tidak salah jalur. Kalau sekiranya tidak memungkinkan,
aku tinggal teriak ke bapak yang di belakangku. Beliau dengan sigap langsung
mengendalikan arah kuda.
Ada sedikit insiden yang membuatku
agak panik waktu berkuda. Saat itu jalanan yang kami lalui cukup bagus, namun
disekitar taman (dekat kamar-kamar penginapan tengah kebun) ada banyak anak
kecil. Mereka heboh ketika ada Kuda yang berjalan didekatnya. Ada yang
berteriak kencang, ada yang mendekati ingin memegang, ada yang membawa dedauan
dan diarahkan ke mulut Kuda dengan harapan Kuda tersebut makan. Sialnya, Kuda
yang kunaiki agaknya sedikit kaget dengan polah anak-anak kecil. Kuda tersebut
memberontak, sementara bapak yang mengendalikan kuda di belakang. Sontak aku
kebingungan, dan kamera ditangan terlepas. Untung saja tali kamera kukalungkan
dileherku. Melihat Kudanya agak ngamuk, bapak yang di belakang langsung berlari
dan memegang kendali Kuda.
![]() |
Pokoknya motret, entah yang kena potretan itu apa |
“Jangan diganggu, nak,” Seperti itulah ucapan bapak kepada anak-anak dalam bahasa
Jawa.
Benar saja, sekitar 15 menitan; aku
sudah sampai ditempat awal. Dengan mudah aku dapat turun dari punggung Kuda.
Rombongan ketiga tidak langsung berangkat, Kuda-kuda tersebut sengaja
diistirahatkan beberapa menit sebelum kembali keliling dengan rute yang sama.
Bagiku, sensasinya sebenarnya bukan keliling kebun Tehnya, tapi mencoba menaiki
Kuda untuk kali pertamanya. *Pengalaman
keliling kebun Teh naik Kuda ini pada hari Selasa, 29 Desember 2015 di
Perkebunan Teh Wonosari Lawang, Malang.
Baca juga tulisan seru lainnya
Tinggal pake baju besi ksatria aja Mas next time :p
BalasHapusHahhahah, pas di Mesir nemu parjurit pake bagu perang nggak mas? :-D
Hapusketok cerah, nek neng Tambi penuh kabut..
BalasHapusNeng ekne emang cerah dab, rek fajar berkabut.
Hapusjadi pengen mas :D kece banget
BalasHapusHehehhehe, pengen naik kudanya? ahahhahah
Hapussudah wangun menjadi pemeriksa barisan pasukan dan tentara kok mas, hehe
BalasHapusBesok kalo ada lowongan di Jogja kayaknya saya daftar hahahahah
HapusMuantep mas, seger bener udaranya. Hijau semua, naik kuda pula. Mantaap :D
BalasHapusHehehehhe, suasananya jadi bikin seru naik kuda :-D
HapusWow, kuda-kudaan
BalasHapusEnak toh ahahhaha. Kapan balik Jogja, May? :-D
Hapusemang gak takut naik kuda mas??
HapusNggak mbak, lah kan namanya juga coba-coba hehehehe.
Hapus