Mancing Mania ala Anak Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Mancing Mania ala Anak Karimunjawa

Share This
Mancing Mania ala Anak Karimunjawa
Mancing Mania ala Anak Karimunjawa
Biasanya menjelang senja aku menyempatkan berburu sunset. Namun pulang Karimunjawa kali ini, sengaja aku tak berburu sunset. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, berbincang santai dengan emak & bapak, atau malah sekedar menyendiri di pantai belakang rumah.

Cuaca di bulan desember tak pernah dapat diprediksi. Sewaktu aku mudik ke Karimunjawa, ombak besar ketika sudah berada di tengah-tengah antara Jepara - Karimunjawa. Bahkan ketika gugusan pulau Karimunjawa sudah terlihat samar, ombak semakin menjadi. Bagi masyarakat Karimunjawa, mereka menyebutnya dengan istilah Baratan.

Baratan identik dengan bulan Desember – Januari. Namun siklus ini tak tentu, bisa berjalan lebih cepat dari prediski atau malah terlambat. Seperti halnya kali ini, ombak dan angin mulai muncul. Setelah itu akhir Januari – Februari ombak Karimunjawa besar-besarnya, sehingga kapal yang berlayar untuk sementara waktu tidak jalan.

Kali ini aku sengaja bersepeda menyusuri jalan dusun Jelamun. Tujuanku ingin menuju Lapangan Sepakbola, bukan untuk bermain sepakbola melainkan bermain voli. Maklum lapangan voli sengaja dibuat di area lapangan sepakbola. Berhubung masih cukup terik dan belum ada teman yang di lapangan, aku melanjutkan kayuhan sepeda ke Pantai Hadirin. Pantai yang hanya sepelemparan batu dari lapangan.
Anak-anak Karimunjawa sedang asyik memancing ikan di pelabuhan
Anak-anak Karimunjawa sedang asyik memancing ikan di pelabuhan
Aku sudah sering mengulas pantai ini di blog, pun dengan jembatannya. Ada pemandangan yang menarik kala berada di pelabuhan ini, aku melihat empat anak sekitar berumur 10 tahun sedang asyik memancing. Dua anak sedang mengerubuti umpan pancing, sementara dua lainnya berpencar di titik-titik tertentu.

Hanya bermodal senar tidak panjang, mereka tampak serius menggaet ikan. Sesekali terdengar keluhan menyesal karena ikan tersebut lepas dari kail. Aku dapat melihat ikan yang berseliweran di dalam air. Tidak dalam airnya, hanya sepinggang orang dewasa saja. Ikan-ikan tersebut terlihat berebut umpan.

“Sudah dapat ikan berapa?” Tanyaku pada anak yang berkaos hitam di sebelahku.

“Baru dapat 5 kak, itu di dalam ember ikannya.”

Kulongokkan kepala ke dalam ember kecil berwarna biru. Di sana ada beberapa ekor ikan hasil tangkapan anak ini. Tidak besar ikannya, paling sebesar tiga jari orang dewasa besarnya. Tapi melihat ada banyak ikan yang berkerumun di air menjadi pemandangan yang indah bagiku.
Mancing ikannya hanya di tepian dermaga
Mancing ikannya hanya di tepian dermaga
Mancing ikannya hanya di tepian dermaga 
“Dapat kepiting juga? Mancing atau ditangkap pakai tangan?”

Di dalam ember kecil berwarna biru yang diisi air sedikt, tidak hanya ikan hasil pancingan saja. Di dalamnya juga kulihat ada tiga kepiting berukuran kecil. Kepiting-kepiting ini biasanya berjalan di pasir dan disela-sela bebatuan yang tertumpuk. 

Ada dua cara menangkap kepiting jika seperti ini. Pertama; memancing dengan umpan besar, sehingga kepiting tertarik ke atas, atau kedua; dengan menangkap menggunakan tangan. Menunggu kepiting tersebut berendam ke dalam pasir, dan kita bisa menangkapnya dengan tangan. Resikonya kalau menangkap pakai tangan yaitu jari bisa terjepit capit Kepiting.

“Tadi Kepitingnya dipancing kak. Pakai umpan kepala ikan.”

Sejak kecil, dermaga ini memang menjadi favoritku memancing selain di Ujung Jelamun, ataupun di Batu Putih. Aku masih ingat sewaktu masih SD sering menyusuri pesisir pantai, menuju tempat yang menjorok ke laut dalam, dan menjadikan tempat tersebut sebagai spot memancing.

Biasanya kami memancing secara berkelompok, tiap akhir pekan sudah janjian di tempat tertentu. Tak pernah membawa bekal makan, yang dibawa itu pisau, senar, kail pancing sebanyak mungkin, dan umpan. Kadang umpannya berupa gurita atau irisan cumi. Kalau tidak ada, ikan kecil pun bisa dijadikan umpan.

Ikan Kerapu, dan jenis ikan karang lainnya adalah jenis ikan yang kami tangkap. Kadang juga kami menyempatkan membuat api kecil dari sabut kelapa, lalu membakar ikan langsung di tempat. Jika kalian pernah melihat bagaimana tingkah laku Si Bolang pada acara televisi pada edisi anak pantai, sejatinya dari dulu seperti itulah tingkah laku kami.

Hasan cekatan menyentak senar yang ada di tangan. Tak jarang mimik anak kecil di depanku ini terlihat menyesal hasil buruannya lepas. Kuperhatikan terus tingkah dia, setiap kali menyentak, tapi tak mendapatkan hasil. Dia tak menyerah begitu saja, diangkat kalinya, dan diubah posisi umpan, kemudian lempar kembali ke dalam air.

Panjang senarnya tak lebih dari lima meter, tapi dengan senar sependek itu dia bisa mendapatkan beberapa ekor ikan. Aku mengenal anak kecil ini, Hasan adalah anak dari temanku yang bernama Ripin. Dulu aku dan bapaknya sering mancing bareng menggunakan sampan almarhum ayahnya (kakek hasan).

“Ikannya nanti mau diapakan?” Tanyaku lagi.

Hasan masih fokus pada senarnya. Dia tak ingin pertanyaanku membuyarkan konsentrasi pada tangkapannya. Sekali hentakan, seekor ikan kecil tersangkut pada kailnya. Senyum sumringah jelas terlihat dari sini. Bergegas dia melepaskan kaitan kail ikan dan menaruh ikan di dalam ember kecil.

“Kalau ikannya kecil seperti ini enaknya digoreng kak.”

“Kriuk-kriuk rasanya.” Tambahnya sembari tersenyum.

Kriuk sebenarnya bukan rasa ikan, tapi sensasi makan ikan berukuran kecil yang digoreng kering. Jenis ikan yang ditangkap rata-rata ikan kecil yang ada di sekitar dermaga. Beberapa saat aku asyik mengamati kegiatan anak-anak nelayan ini memancing. Karena rumah tidak jauh dari pantai, dan seluruh pulau Karimunjawa dikelilingi pantai, sudah hal yang lumrah jika anak-anak di sini pandai memancing.

Sebenarnya memancing ikan di dermaga ini bukanlah kegiatan sehari-hari mereka. Hanya saja mereka meluangkan waktu untuk memancing daripada bermain di rumah. Di laut, mereka secara tidak langsung mengasah keahlian bagaimana cara memasang umpan, mengaitkan kail pada senar, dan menangkap ikan.

“Waduh putus! Besar tadi ikannya,” Pekik anak yang ada di ujung kapal.

Ditarik senarnya, dilihat sudah tidak ada kail yang terpasang. Anak itu berjalan meniti ujung kapal menuju dermaga. Diambilnya kotak kecil yang berisi kail dan dipasang pada senarnya. Aku hanya menjadi pengamat saja.

“Ikan apa yang makan?”

“Entah kak, tidak kelihatan. Tapi lumayan besar.”

Kembali keempat anak ini memancing, aku masih setia menanti apakah mereka akan mendapatkan ikan lagi atau tidak. Selang beberapa menit, anak yang berada di atas kapal menarik senar. Senar terlihat menegang, ini artinya ada ikan yang ditangkap. Benar saja, seekor ikan menggelepar kala kailnya terangkat.
Hasil tangkapan anak Karimunjawa di pelabuhan
Hasil tangkapan anak Karimunjawa di pelabuhan
“Lihat sini dulu, aku mau motret,” Pekikku.

Dipegangnya ikan berwarna hijau dengan garis hitam. Ikan jenis ini banyak di bawah kapal. Jika kalian suka bermain ke pelabuhan, tentu tidak asing dengan ikan seperti ini. ikan-ikan ini suka bergerombol kalau disebari roti.

Tak hanya anak yang ada di ujung kapal, kali ini Hasan pun mendapatkan hasilnya kembali. Seekor ikan agak lebih besar daripada tangkapannya yang lain tersangkut kail. Lucunya kail itu tidak di dalam mulut ikan, namun berada di luar mulut bagian atas. menurut Hasan, ikan ini terkait karena dia sentak senar saat banyak ikan berebutan umpannya.

“Angkat San,” Ujarku pada Hasan.

Dia mengangkat hasil tangkapannya, dan kemudian menaruhnya ke dalam ember lagi. Seperti inilah keseruan anak-anak Karimunjawa memancing. Setiap sore atau saat libur, mereka lebih asyik menikmati waktu dengan memancing daripada bermain di rumah. Keseruan mereka memancing tidak kalah dengan acara televisi yang menampilkan aksi memancing di tengah lautan.
Hasan berhasil menarik ikan tangkapannya
Hasan berhasil menarik ikan tangkapannya
Anak-anak Karimunjawa inilah yang nantinya akan menjadi pelaut tangguh. Mereka berusaha mempelajari cara memancing dari hal yang sederhana. Jika nanti sudah besar, atau minimal sudah SMP; rata-rata mereka ikut membantu bapaknya memancing pada sore – pagi. 

Di sanalah pengalamannya akan menjadi guru bagi mereka. Tidak hanya memancing ikan saja, tapi nantinya mereka akan belajar membaca bintang saat malam, mengetahui arah angin, lokasi ikan yang banyak, atau malah musim ikan apa pada saat ini.

Seperti bulan februari ini, di dermaga ini anak-anak tidak lagi memancing ikan. Mereka gantian memancing cumi. Tiap bulan Februari, banyak cumi yang bisa ditangkap di area dermaga ini. Dan biasanya, tiap malam banyak orang memancing cumi bersama-sama.

Menyenangkan rasanya kan ikut melihat bagaimana keasyikan para pemancing kecil asal Karimunjawa. Walau dengan alat seadanya, mereka tetap bisa mendapatkan ikan. *Mendokumentasikan aktiftas anak Karimunjawa memancing di pelabuhan pada hari Minggu, 04 Desember 2016

Baca juga tulisan bertema Karimunjawa lainnya 

40 komentar:

  1. Aku dulu mancingnya di kolam mas, kolam tetangga, ahaha, gak kalah seru deg-degannya...wkwkw

    Lha kalau dulu kecilnya sudah mancing ikan, terus mau mancing jodoh pas udah gede kapan mas? #eh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah bahaya juga kalau pas kecil punya tetangga seperti kamu mas ahahhahah.
      Tenang mas, mancing jodohnya sudah aman, jodoh sudah dikeramba, tinggal boyong *eh

      Hapus
    2. harus berguru pada kakak senior mas sitam soal jodoh..bentar lagi punya otong...mksdq dedeknya mau lahiran:D

      Hapus
  2. wah kalo mancing di laut gini, aku jadi ingat cerita masa kecilnya Ilham haha, anak laut suka mancing sepulang sekolah, dapat ikan lalu di bakar :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapa tahu ntar bisa mancing bareng pas udah jadi orang pantai *eh.

      Hapus
  3. pantainya bersih ya, enak tuh buat tempat nenagin pikiran yang lagi kalut hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pikiran nggak boleh kalut, kudu banyak berdoa dan sabar ehhehehe

      Hapus
  4. Belakang rumah sudah pantai ya, Mas, waah... siiip ya, bila tidur malam terdengar desau angin atau gerak gelombang. Eh, bila menangkap kepiting pake tangan tentu butuh keterampilan khusus ya, Mas. Teringat dulu jari saya pernah disupit hingga berdarah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget pak, suara angin dan ombak seperti lantunan lagu buat pengantar tidur.
      Harus memegang cangkang dan capitnya secara bersamaan pak. Kalau tidak nanti kena tangan.

      Hapus
  5. Wah kalau lihat orang mancing di dermaga karimunjawa seperti ingat di Dermaga Kota Agung mas..

    Enak banget mancing di pinggir Dermaga..

    BalasHapus
  6. aku pernah diajak temen ritual mancing pas hari minggu
    bosen sih cuma begitu tau dapet eh malah ketagihan...

    BalasHapus
  7. Wuaaah kampung halamannya di karimun jawa. Asik banget pasti sering banget kesana *yaiyalah

    Masih wish list ini mah :D

    Nanti kalau mau kesini aku dm di ig aja deh wkwk

    Lucu banget anak pantai mah, lugu dan polos. Itulah kenapa aku suka main ke pantai.
    Tapi gak semua pantai ada anak anak kecilnya sih ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiklah ahahahha, kalau mau main kabar saja. Nggak harus digelar karpet merah kan? Kakakakkaka

      Hapus
  8. wahhh seru nih kayaknya ikut2an mancing... pantainya juga keren... bersih pula

    BalasHapus
  9. wah seru banget mancing cumi ... tapi disana cuminya ga lebay kan .. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, kalau cumi satu itu udah femes kang :-D

      Hapus
  10. Seumur2 aku baru sekali ngerasain mancing, pas msh pacaran ama ex yang dulu di Aceh wkwkwkwkwkw.. dia suka mancing, jd aku pernah nemenin... dan jujurnya, 3 jam aku ngantuk mas hahahaha... cukup sekali, dan kemudian aku ga pngen lagi kalo diajak :D.. tapi kalo nyicipin ikan hasil tangkapannya, mau banget hihihihi ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaa, memancing sama kayak melatih kesabaran mbak. Jadi butuh kesabaran yang super tinggi hahahhaha

      Hapus
  11. Balasan
    1. Kalau di tepian dermaga ikan tidak besar seperti yang dibayangkan.

      Hapus
  12. Wah mancingnya di pinggiran dermaga aja udah dapet ikan, apalagi kalau di lautnya ya haha.. seru tuh kayaknya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehee, jika lautnya masih terjaga, di tepian pantai pun tetap ada ikannya :-)

      Hapus
  13. pernah di semarang mancing tapi ombaknya terlalu kencang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau musim baratan dan cuaca buruk memang seperti itu mas

      Hapus
  14. Ih jago banget anak-anak ini ya bisa belajar memahami alam sekitarnya dengan membaca bintang saat malam, mengetahui arah angin, mengetahui lokasi ikan yang banyak, atau malah membaca musim ikan apa pada saat ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheh sekarang musim ombak kalau di Karimunjawa :-)

      Hapus
  15. Seru banget ya mancingnya haha belakang rumah udah pantai mas? Pasti seru banget yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rumah di pulau, jadi belakang rumah udah pantai :-)

      Hapus
  16. wah, baca tulisan sampean jadi tertarik kunjung ke Karimunjawa.
    walau minim biaya, modal nekat, semoga bisa terlaksana dalam waktu dekat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap harus pakai perencanaan, mencari informasi kapal, jadual, dan cuacanya. Jangan asal nekad, makah berabe

      Hapus
    2. hehe. matur nuwun atas sarannya.
      ntar tak hubungi sampean buat tanya2x.
      semoga bisa terlaksana.

      Hapus
    3. Silakan mas. Semoga bisa kesampaian ke Karimunjawanya.

      Hapus
  17. Banyak artikel ini jadi kangen kampung halaman di pesisir pantai sana (bukan karimunjawa).. inget sewaktu kecil sering mancing kaya gitu, terus ikannya dibakar dipinggir pantai... hmmm enak

    BalasHapus
  18. klo spot mancing di pantai nya di daerah mana mas??? maklum keuangan terbatas klo pke kapal :D

    BalasHapus

Pages