Dimanjakan Sunrise Pantai Hadirin Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Dimanjakan Sunrise Pantai Hadirin Karimunjawa

Share This
“Jika kamu terbangun menjelang siang, kamu tidak pernah bisa melihat keindahan sang surya kala menyapa bumi di ufuk timur. Seperti halnya sang mentari ingin tenggelam di peraduan ujung barat. Sunrise membuat mata kita menatapnya terus-menerus tanpa merasa takut silau. Bahkan bagi sebagian orang, mereka rela meluangkan waktu pagi dengan setia menatap sisi timur. Mencari sang raja siang terbangun dari tidurnya.”
Kala sunrise menyapa Pantai Hadirin, Karimunjawa


Alarm gawai berdering berulang kali, aku tak menghiraukan. Sekali kupegang, entah masih dalam setengah sadar asal kupencet saja tombol. Alhasil gawai buntutku berhenti bunyi. Aku kembali menarik selimut untuk tidur.

Suasana pagi di Karimunjawa benar-benar membuatku ingin terus menuntaskan tidur. Layaknya waktu berada di Jogja dan tak ada agenda penting. Biasanya, di rumah adalah waktu yang tepat untuk sekadar bermalas-malasan.

“Katanya mau ke pantai lihat matahari terbit, Rul! Kok jam segini belum bangun,” Kata bapak yang sudah di depan pintu kamar.

Bak disengat api. Aku bergegas lari ke kamar mandi untuk mengambil wudu dan menunaikan salat subuh. Tak berselang lama aku sudah di atas jok sepeda motor. Jarak pelabuhan pantai Hadirin dari rumah tak lebih dari 1 KM, jalanan cukup mulus dan pastinya lengang membuatku cepat sampai lokasi.

Beruntunglah sampai di lokasi belum terlihat tanda-tanda mentari keluar. Aku mengabadikan semburat cahaya mentari yang terlihat mengenai awan tipis. Warna jingga ini sangat menyenangkan, terlebih pantai kali ini cukup tenang. 

Kapal-kapal pun tertambat di pelabuhan penuh sejarah di dusun Jelamun. Pada tahun awal 1990-an pelabuhan ini sangat ramai oleh nelayan dan kendaraan hilir mudik mengangkut muatan untuk membangun jalan.
Rona jingga terlihat di angkasa pagi hari
Rona jingga terlihat di angkasa pagi hari
Rona jingga terlihat di angkasa pagi hari
Tak sia-sia aku menunggu sendirian di pelabuhan, hanya berselang beberapa menit saja mentari mulai menampakkan dirinya. Diawali dengan secercah cahaya di dekat pulau Sintok, lama-kelamaan mentari terlihat jelas. Bulatan mentari mulai menyongsong pagi, cahayanya tak terhalang awan. 

Untunglah awan yang agak tebal tak tepat berada di tempat mentari terbit. Aku dengan leluasa dapat mengabadikan keindahan pagi ini. Walau hanya berbekal kamera gawai, tetap saja aku bisa menangkap momen yang tepat. Setidaknya mentari indah di pantai hadirin ini bisa kuabadikan.

Bicara tentang pantai Hadirin, sebenarnya aku sudah pernah mengulas beberapa kali di blog mengenai pantai ini. Kalau tidak salah, pertama mengulas pantai ini waktu aku bersepeda keliling kampung tahun 2014. Berlanjut tahun 2015, saat aku dan teman-teman sedang bersantai sore hari di sini seraya melihat aktivitas teman yang membersihkan kapalnya. 

Kali ketiga ini aku sengaja menyambangi pantai ini dengan waktu yang berbeda. Kala sunrise pagi, jadi tetap ada perbedaan yang aku tulis. Oya, bagaimana menurutmu pemandangannya pagi ini? Indah tidak?
Mentari mulai menampakkan diri di ufuk timur
Mentari mulai menampakkan diri di ufuk timur
Mentari mulai menampakkan diri di ufuk timur
Merasa kurang puas, aku mencoba memperbesar pengambilan gambar. Dari sini terlihat ujung pulau Sintok yang berada di dekat tempat mentari terbit. Semakin tinggi mentari tersebut merangkak naik, mentarinya tertutup awan. Namun tak membuat menjadi gelap. 

Malah lebih indah untuk dipotret. Cahaya merah merona khas sunrise menyebar ke segala penjuru. Apalagi cahaya mentari menerobos balutan awan tipis. Sehingga dari tempatku berdiri terlihat semacam ada kilauan cahaya yang menerobos awan.

Pada dasarnya pemandangan sunrise di sekitar desa Kemujan hampir sama. Mentari terbit di antara pulau Sintok jika dari tempatku. Jika aku berada di sekitar Pelabuhan Legon Bajak, bisa jadi mentari yang terbit itu malah sedikit tertutup pulau Sintok. 

Jika aku berada di sekitaran pantai Barakuda, mungkin pemandangannya agak berbeda. Tidak di antara pulau Sintok, tapi bisa malah di antara pulau Tengah dan Pulau Kecil. Beberapa lokasi tersebut sebenarnya ingin aku kunjungi jika ada waktu di pagi hari. 

Hingga aku bisa melihat sendiri perbedaan lokasi dan pemandangan kala pagi. Sesekali kulihat beberapa gerombolan burung terbang rendah, sayangnya aku tak bisa menangkapnya dalam kamera. Cukup dinikmati saja pemandangannya.
Sinar sunrise merekah di pagi ini
Sinar sunrise merekah di pagi ini
Sinar sunrise merekah di pagi ini
Pelabuhan Pantai Hadirin tetap lengang tanpa ada kegiatan dari para nelayan. Dua hari menjelang lebaran tentu tiap nelayan hanya diam di rumah. Kalaupun ke laut, mereka tak pergi melaut. Hanya membersihkan kapalnya. 

Sama seperti yang aku lakukan beberapa waktu. Aku membantu bapak menggalang sampannya di daratan. Selain sudah menjelang lebaran, ombak laut dalam hari-hari ini sedikit tinggi. Ya, tanda-tanda angin timur mulai keluar. Setiap malam suara ombak seperti orang tidur yang ngorok. Terdengar bersamaan antara suara angin dan suara gelombang.

Kuambil motor yang terparkir di tengah pelabuhan. Aku menghidupkan motor dan menuju ujung pangkal pelabuhan yang berada di bibir pantai. Dari sini mentari masih terus merangkak naik. Kuambil kembali gawaiku, sengaja kuatur manual dan meninggikan ISO menjadi 800. 

Dari sini pelabuhan tampak menjadi lebih gelap dan cahaya mentari lebih banyak terambil. Cara-cara seperti ini sering aku terapkan saat memegang mirroless.
Memainkan ISO di fitur gawai
Memainkan ISO di fitur gawai
Memainkan ISO di fitur gawai
Semakin bermain warna menjadi gelap semakin indah. Dari ujung pelabuhan, aku menyusuri bibir pantai di sisi kanan. Sengaja kucari tempat yang sekiranya bisa memotret kapal-kapal yang tertambat dan masih terlihat mentarinya. 

Salah satu pemandangan yang paling kunanti kala sunrise adalah melihat pantulan cahaya mentari di samudra. Ada semacam kepuasan tersendiri jika aku sudah melihatnya. Percaya atau tidak, memandangi pantulan cahaya mentari di tepian pantai kala pagi ataupun senja membuat kita terbuai dalam anganan yang tinggi. 

Tak jarang aku teringat masa-masa kecil saat bermain di pantai. Mungkin karena itu, sampai sekarang aku sangat menggandrungi pantai. Terlebih aku terlahir sebagai anak pulau. Hanya sepelemparan batu saja di belakang rumah sudah pantai. Besok-besok aku sudah merencanakan untuk melihat sunrise di pantai belakang rumah.

Cahaya mentari pagi ini tak hanya membuat ufuk timur saja yang menjadi berwarna jingga. Di ujung lain pun tak ketinggalan. Gumpalan awan tebal yang berada di sisi timur laut pun terkena semburat cahaya jingga. 

Jauh di sana Pelabuhan Legon Bajak terletak. Sementara gubuk yang terbangun di tengah pantai itu adalah keramba ikan salah satu warga di Jelamun. Keramba tersebut memelihara jenis ikan Napoleon dan Kerapu.
Kapal kayu tua beserta pemiliknya yang kusapa
Kapal kayu tua beserta pemiliknya yang kusapa
Nguras air pak?” Tanyaku menyapa salah satu warga Jelamun yang berada di atas kapal.

“Iya Rul. Kapan datang?”

"Kemarin pak."

Aku duduk di tepian jembatan, dan melihat ke arah kapal kayu kecil yang beliau kuras airnya. Selesai menguras air, beliau meniti papan dan menuju bagian depan kapal. Sepertinya sedang mengecek jangkar kapal, menyakinkan sendiri jika tali jangkar sudah terpasang. Obrolan kami semakin lama. 

Lihatlah kapalnya, cat di papan kapal sudah usang. Dari sini juga sudah terlihat kapal tersebut berumur tua. Kapal kayu kecil itulah yang menopang kehidupan para nelayan tiap hari. Kadang seorang nelayan bisa berhari-hari di tengah lautan dengan kapal kecil seperti ini tanpa turun ke darat. Menerjang ombak demi hasil tangkapan yang melimpah.

Sembari melihat aktivitas seorang bapak di kapal, aku hanya duduk termangu. Mentari sudah merangkak naik. Tak indah lagi jika diabadikan, yang ada malah silau. Aku masih belum beranjak dari pelabuhan. 

Di sini aku asyik mengirimkan beberapa gambar ke grup WA maupun mengunggahnya di Instagram. Sudah tentu mereka berujar jika aku mudik sebenarnya sama dengan berlibur. Kuakui memang aku seperti orang yang berlibur, tak ada kegiatan khusus di sini sehingga waktuku selama lebih satu minggu luang. 

Aku ingin memanfaatkan waktu seminggu ini dengan mengumpulkan banyak foto dan menghabiskan sebagian waktu lagi untuk kumpul keluarga dan melibas buku bacaanyang kubawa. Sebuah rencana yang belum sepenuhnya terpenuhi.
Selamat pagi pantai hadirin Karimunjawa
Selamat pagi pantai hadirin Karimunjawa
Jernihnya air di pantai Hadirin membuatku ingin berlama-lama. Sampai menjelang pukul 07.00 WIB, hanya ada dua orang yang menuju pantai dan memeriksa kapalnya. Aku sendiri langsung bergegas menuju motor yang terparkir. Kutinggalkan pantai Hadirin dengan membawa banyak koleksi foto. 

Ini adalah tempat pertama yang aku kunjungi selama di Karimunjawa. Berbekal smartphone, aku mengabadikan semuanya. Motorku melaju santai menyusuri jalan yang sama. Di sepanjang jalan, aku selalu menyapa orang yang ada di tepian jalan. 

Bahkan aku hafal seluruh nama penghuni rumah yang berjejeran dari pantai sampai rumahku. Beruntunglah hari ini aku bisa menyaksikan sunrise pertamaku di Karimunjawa pada mudik kali ini. *Foto-foto didokumentasikan dengan gawai pada hari Minggu; 03 Juli 2016 di Pantai Hadirin Kemujan, Karimunjawa. 

Baca juga tulisan bertema Pantai lainnya 

36 komentar:

  1. Btw, keren bangen mas..
    di foto aja keren, apalagi bisa lihat secara langsung ya..

    dan akan lebih keren lagi melihat sunrisenya dari perahu mas.. hehe
    Btw, boleh dong mas follback blog sya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap sudut Indonesia itu indah mas, kita hanya bisa menikmati dan merawatnya :-)

      Hapus
  2. Selalu kereeen, pantainya pasti laki-laki itu, kalau perempuan namanya pantai hadirat

    BalasHapus
  3. menikmati pantai di pagi hari rasanya aselole hahaha
    dinginnya pagi ditambah hangatnya mentari bikin suasana hati jadi berderu-deru layaknya ombah huahahaha

    dan gak ngerti kok saya ngakak baca komentar diatas saya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ditambah dengan lantunan lagu dangdut pantura haahhaha.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Aihh artis papan atas yang tertunda berkunjung di tengah kesibukan syuting kuliah ahahahahh

      Hapus
  5. Foto paling atas, sunrise di pantai hadirin itu ketje banget e... adakah pantai hadirat? Jadi hadirin hadirat :D

    Oh jadi bapak kalau manggil mas sitam ki ru?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ntar kalau hadirin hadirat itu pas nikahanmu mbak akakakakak
      Orang tempatku tahunya RU-LA....

      Hapus
  6. karimun jawa itu cakep yah ito apalagi Pulau gOSONGNYA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Foto di Gosong kalo pake Drone keliatan cakep hahahahha

      Hapus
  7. memotret matahari pagi di pantai memang indah ya, apalagi saat warna mulai semburat kuning :)
    btw ... kenapa disebut pantai hadirin .. apakah karena seing digunakan untuk pidato .. hadirin wal hadirat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penamaan tersebut karena beliau yang mempunyai kebun di dekat pantai ini dan yang merawat pantai ini adalah pak Hadirin. Dan beliau sudah meninggal.

      Hapus
  8. jadi menikmati sunrisenya sendiri lagi? ah dasar jomblo. Kapan2 aku ke karimun wes.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti kaalu sudah sah punya istri baru pelukan berdua difoto hahahahah. Kalau masih pacaran masih nggak boleh. Belum halal buahahahahha

      Hapus
  9. Besok ada festifal sunrisenya di karimun dateng gak gan??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum tahu mas. Mau pulang tapi masiha da tanggunang banyak di Jogja.

      Hapus
  10. Ihhh jd gak sabar ke Karjaw. Surga buat para fotograper yg pasti.

    BalasHapus
  11. Seru sekali ya mas kalau bisa menikmati sunrise dipantai apalagi bareng dengan pasangan pasti lebih muantappp tuh, jujur nih mas saya dalam waktu dekat ini belum lagi lihat sunrise lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, lebih indah kalau sama istri atau kelaurga hahahahah

      Hapus
  12. pengenlah bermanja-manja di pantai Hadirin yang berbahagia ini sambil pake baju warna pink hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emmm kalau pakai baju pink ntar dikira sampan loh. Banyaksa mpan di sini warnanya pink *kaburrrr

      Hapus
  13. Matahari pagi dan pantai.... Ah, sudah lama aku tak menikmatinya...

    BalasHapus
  14. “Katanya mau ke pantai lihat matahari terbit, Ru! Kok jam segini belum bangun,” Kata bapak yang sudah di depan pintu kamarku.

    --
    Kok 'Ru'?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu "l"-nyas amar. Jadi tidak terlihat. Padahal ada kakakakak

      Hapus
  15. Keren-keren fotonya Mas, pingin seproduktif njenengan nulis..tapi masih belum bisa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dicoba mas. Ini juga mengusahakan pas waktu luang kok heheheh

      Hapus
  16. masya Allah, cakep banget warna merah langitnya

    BalasHapus
  17. Ketika anak pulau menulis, selalu saja terbayang untuk merasakan sunrise maupun sunset disana.
    Sayang kesibukan di ibukota belum mengizinkan untuk main ke pulau.
    Ajak aku piknik mas!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketika artis papan atas nulis di tengah kesibukannya itu sudah "WAHHH". Jadwalmu kan sibuk mbak, jadi ayo kapan kita main bareng inwis sekalian ahhahaha

      Hapus
  18. saya yg salut liat airnya , jernih sekali sampai bebatuannya keliatan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sepanjang pantai Karimunjawa keseluruhan airnya memang jernih :-D

      Hapus

Pages