Anyaman Bambu di Desa Wisata Malangan, Sleman |
Tujuan selanjutnya pagi ini kami
diajak mengunjungi Desa Wisata Malangan. Menurut informasi dari Pak Wiji, Desa
Wisata Malangan salah satu desa yang mempunyai potensi banyak. Satu potensi
yang sudah mendunia adalah anyaman bambu. Beliau berujar jika selama ini yang
diketahui wisatawan mengenai desanya hanyalah tempat anyaman bambu.
Desa Wisata Malangan yang terletak di
Sumberagung, Moyudan ini sebenarnya sudah sejak tahun 1998 merintis sebagai
desa wisata. Hanya saja kesulitan SDM dan beberapa faktor lainnya membuat desa
wisata ini serasa mandeg, tak
bergerak sama sekali. Mereka hanya mengamati bus-bus yang datang silih berganti
untuk berburu ayaman bambu.
“Kami sendiri malah belum pernah
menginapkan wisatawan,” Tutur Pak Wiji selama perjalanan.
Menurut beliau, wisatawan hanya
datang menuju tempat pembelian anyaman bambu, setelah membeli barang, mereka
langsung balik. Padahal bisa saja mereka menginap di sini apabila ada promosi
yang menarik. Tahun ini Pak Wiji beserta Pokdarwis Desa Wisata Malangan ingin
membuat gebrakan baru.
Dua mobil yang menjemput dari Desa Wisata Pancoh menyusuri jalanan
menuju arah Godean. Aku tidak asing dengan rute jalan ini, berkali-kali aku sepedaan menuju Perbukitan Menoreh
lewat sini. Sebuah gapura bertulisakan Desa Wisata Malangan menyambut, mobil
memasuki jalan tersebut dan parkir di dekat sekolah.
Kami turun dari mobil, disambut
sekelompok bapak menggunakan pakaian seragam. Benar-benar mengesankan, mereka
terlihat kompak menyambut dan menyalami. Jamuan kali ini adalah Teh Panas,
Wedang Uwuh, dan Jajanan Pasar.
Sajian teh panas dengan gula batu |
“Silakan dinikmati. Kita duduk santai
sebentar, nanti baru lanjut sepedaan menuju tempat yang berpotensi menarik
perhatian bagi wisatawan di Malangan.”
Ada tiga potensi yang menjanjikan
ditawarkan oleh Desa Wisata Malangan antara lain, Anyaman Bambu, Batik, dan
Pembuatan Keris. Untuk pembuatan Keris tidak dapat dilihat setiap saat,
sehingga harus berkoordinasi lebih lanjut dengan panitia. Nanti aku ceritakan
berkaitan dengan kunjungan ke Mpu Sungkowo Harumbrodjo disegmen tulisan
lainnya.
Layaknya di Desa Wisata lainnya yang
berada di kawasan datar, di sini kami berkeliling menaiki sepeda ontel. Jenis
sepeda ini banyak kita lihat selama berada di desa wisata lain. Walau siang,
antusias rombongan sangat layak diapresiasi. Salut juga bagi para bapak Pokdarwis
yang setia dan sabar menemani kami.
Bersepeda siang hari di desa
menyenangkan. Walau sesekali tersengat sinar mentari, tapi sepanjang perjalanan
agak teduh. Sepeda yang kami naiki menyusuri gang kecil, aku turun dan menuntun
sepeda. Hal yang sama dilakukan para rombongan beserta pemandu.
Pak Wiji, Mbak Dwi, Mas Rifqy, dan di belakang Mas Alid |
Tujuan sebenarnya ke rumah pak Suryadi,
beliau salah satu pemilik Ayaman bambu yang sudah terkenal. Hanya saja ketika
kami ke sini beliau sedang keluar, akhirnya kami mengunjungi rumah sampingnya
yang juga membuat anyaman bambu.
Di depan rumah ini ada berbagai
anyaman yang sudah diwarnai dan sedang dijemur. Anyaman ini berbentuk besek. Tentu bagi sebagian besar orang
Jawa tidak asing dengan besek tersebut. Biasanya saat kenduren, besek tersebut
dipakai untuk tempat nasi. Hanya saja besek ini yang berukuran kecil.
Rumah yang kami masuki milik Pak
Sukirno, beliau bersama istri dan anaknya masih balita menyambut kami dengan
ramah. Aku dan rombongan meminta ijin masuk ke dalam, melihat hasil anyaman
yang beliau buat. Ada banyak anyaman yang dibuat, dan sudah jadi. Informasi
dari Pak Sukirno, dulunya beliau anak buah Pak Suryadi, namun beberapa tahun
kemudian beliau membuat anyaman sendiri di rumahnya. Tapi tetap masih
bekerjasama dengan Pak Suryadi.
Hasil karya anyaman bambu di desa wisata Malangan |
“Kalau bahannya itu yang bagus Bambu
Apus atau Bambu Wulung mas. kadang-kadang juga pakai Bambu Cendani.”
Memang ada banyak jenis bambu, namun
yang sering digunakan itu yang ruasnya panjang. Selain itu bambu yang sudah
berumur lebih dari 3 tahun baru bisa digunakan. Aku melihat berbagai anyaman bambu,
ada banyak jenis yang dibuat. Seperti tempat hiasan lampu dan lainnya. Harga
anyaman bambu di tempat Pak Sukirno ini berkisar dari Rp. 2000 – Rp. 100.000an.
Pak Sukirno memaparkan jika dalam satu bulan omsetnya antara 2-5 juta,
tergantung pemesanan.
Hasil produksi rumahan Pak Sukirno |
Belum puas rasanya hanya mengunjungi
produksi anyaman bambu rumahan. Aku dan rombongan diajak Pak Wiji menuju pabrik
anyaman bambu yang dikelola satu kampung. Di showroom ini ada banyak anyaman bambu, selain itu harganya juga
beragam.
Ibu-ibu berpakaian warna merah sibuk
bekerja, mereka terus melanjutkan pekerjaannya kala kami datang. Mereka tidak
merasa terganggu, kami segera menyebar mencari berbagai kegiatan yang menarik
untuk diabadikan. Ini adalah lokasi pabrik anyaman bambu.
Selain di sini, anyaman bambu juga
dibuat oleh warga rumahan. Total karyawannya berjumlah lebih dari 100 orang,
termasuk yang rumahan. Aku terus memperhatikan para perempuan ini cekatan dalam
mengayam, atau memberi warna dasar putih pada anyaman bambu. Nantinya anyaman
tersebut akan diberi warna yang lebih menarik.
Aktifitas para ibu di Pabrik Tunggak Semi Malangan |
Sejarah panjang yang menjadikan desa
ini identik dengan anyaman bambu. Dari keterangan yang diberikan oleh pengelola
Desa Wisata Malangan, sejak tahu 1950an di sini sudah dikenal sebagai pengrajin
bambu. Mereka melakukan pekerjaan tersebut sebagai sambilan ketika tidak
berladang.
Tahun 1962 dibantu pemerintah, di
Gedongan, Sumberagung dibangun pabrik kerajinan bambu yang bernama PT. LEPPIN
dan dikomandoi oleh Pak Amad Saidi, beliau adalah desainer produk dan sosok
yang melatih karyawan untuk mengoperasikan alat-alat dan mesin Produksi. Tahun
1965 pemberontakan PKI berdampak pada PT LEPPIN, akhirnya bangkrut. Pak Amad
Saidi tetap berjuang mengajarkan keahliannya pada warga setempat dalam membuat
kerajinan bambu.
Perkembangan terlihat tahun 1970 di
wilayah Minggir dan Moyudan ada sekitar 1500 orang warga tersebut yang
mempunyai keahlian membuat anyaman bambu. Tahun 1974 mulailah kembali mencuat
ayaman bambu sampai di Luar Negeri, bahkan sampai mengekspor anyaman bambu
dalam jumlah banyak. Lika-liku perjuangan Pak Amad Saidi dan anyaman bambu
cukup berliku untuk sampai dikenal dunia.
Dari sini juga akhirnya muncul
Tunggak Semi, sebuah wadah yang mengakomodasi pesanan dari Luar Negeri pada
tahun 2000an. Hingga akhir hayatnya, tahun 2006 Pak Amad Saidi meninggal,
Tunggak Semi dipimpin Pak Suryadi, beliau anak ketiga Pak Saidi. Pada
pemimpinan Pak Suryadi Tunggak Semi berhasil bekerjasama di Asia, Eropa, bahkan
di Amerika.
Kerajinan Batik di Desa Wisata Malangan
Di sela-sela mengunjungi Pabrik
Anyaman Bambu, kami dan rombongan #EksplorDeswitaJogja menyempatkan berkunjung
di salah satu lokasi pembuatan Batik. Batik dan Desa Wisata di Jogja bagaikan
dua mata uang yang tidak terpisahkan. Hampir di setiap desa wisata di Jogja
pasti menjadikan batik sebagai penarik wisata.
Kerajinan Batik di Desa Wisata Malangan |
Kami disambut pemilik showroom, di sana sudah ada dua ibu yang
sedang bekerja. Ibu yang lebih tua sedang membatik (membuat batik tulis),
sementara ibu yang lebih muda sedang menjahit kain dijadikan kemeja.
Sebuah showroom tidak besar kumasuki, di sana ada banyak kemeja batik
berbagai motif. Di Malangan motif batik rata-rata Kontemporer. Pembuatannya ada
yang masih tradisional seperti batik tulis. Namun tidak sedikit juga di sini
menyediakan batik cap, sablon, printing, dan kombinasi.
“Tergantung permintaan pembeli,” Ujar
pemilik showroom.
Metode Booster Ikan di Malangan
Satu potensi lagi yang bisa
diunggulkan oleh Desa Wisata Malangan adalah perikanan. Ada banyak kolam ikan
yang dibudidayakan. Ada banyak jenis ikan yang dibudikayakan di sini, paling
banyak tentunya Ikan Lele dan Gurame.
Ada yang menarik dipelajari, penduduk
Desa Malangan yang memelihara ikan menggunakan metode booster. Metode ini adalah proses yang mempercepat besarnya ikan.
Alhasil jika biasanya Ikan Gurame dibudidaya selama 2 tahun baru bisa sebesar
1kg, kali ini dalam waktu 8 bulan ikan sudah seberat 1 kg. Untuk Ikan Lele tiap
70 hari pasti panen.
Lokasi budidaya ikan menggunakan Metode Booster di Malangan |
Hampir tiap rumah pasti mempunyai
kolam ikan. Adanya perikanan di sini berguna untuk menyetok ikan-ikan yang ada
di restoran terdekat. Bahkan kota lain yang berbatasan dengan Yogyakarta pun
biasanya membeli ikan di sini. Jika kalian membutuhkan benih ikan Gurame,
kalian bisa membeli di sini.
Pada dasarnya Desa Wisata Malangan
sudah siap untuk berbenah, sudah ada banyak homestay yang siap menampung tamu.
Dalam jangka panjang ke depan, desa ini akan melakukan pemetaan wisata outbond.
Bahkan menurut para pengelola, di sini ada hutan desa yang luas dan berpotensi
untuk diubah menjadi tempat wisata outbond. Menarik menunggu gebrakan Pak Wiji
dan kolega dalam mengelola Desa Wisata Malangan pada tahun ini.
*Rangkaian kegiatan Travel Blogger Explore
Desa Wisata Jogja (Hastag #EksplorDeswitaJogja) dipersembahkan oleh Forkom Desa
Wisata Yogyakarta 24 - 26 Februari 2017.
Desa Wisata Malangan, Sleman
Alamat:
Malangan, Sumberagung, Moyudan, Sleman
Telp:
087-839-728-330 (Pak Wiji) / 0821-3722-3912 (Andrian)
Email: wisata.malangan@gmail.com
Sosmed:
@desawisata_malangan (Instagram)
Ya Allah kui foto pertamane sopo kui. Ayu banget. Tapi aku yakin pasti masih nganu yhaa..
ReplyDeleteHusss :D yess nganunya disensor
DeleteAku yo koyo tau weruh, tp neng ndi ya :D
DeleteMboh kui hahahhaha
DeleteAku ga menyimak penjelasan booster gara-gara diajak mas sitam sama mas aji poto-poto. Huvt :p
ReplyDeleteKudu ke sana lagi kamu nemuin Pak Wiji
DeleteSeru Banget mas, btw aku suka ceret yang corak ijo. itu beli dimana ya?
ReplyDeleteLah ini yang ditanyain Mas Halim waktu di sini, mas. Susah sekarang nyarinya.
DeleteIhhh aku mah mau banget mas, stay beberapa hari di desa begini.. Dan bisa kalap belanja liat batik dan anyaman bambunya, apalagi kalo ada warung makan enak.. Betah banget :D. ..
ReplyDeleteHehehehe, jangan mbak. Ntar khilaf loh hahahahha
Deletepenasaran ama metode booster
ReplyDeletegimana tuh penjelasannya om, bisa cepet berkembang gitu?
Nanti aku tanyakan ke Pak Wiji lagi, sepertinya kemarin dikasih buku caranya tapi belum sempat kutulis :-D
Deletebaru liat anyaman dari warna pink, lucu hihi
ReplyDeleteBeli sini hahahhaha
DeleteSamaan ih sama komentar sebelumnya^
ReplyDeleteminta penjelasan lebih rinci mengenai metode booster. Apa dikasih obat gitu ya?
Oke nanti aku coba gali informasi lagi dari Pokdarwisnya :-D
Deletesuka banget kalau bersepeda di perdesaaan
ReplyDeleteKonsep desa wisata memang seperti ini mas kalau ada di daerah yang datar
DeleteDuh mas Gelas dan Teko nya itu antik banget.. Harga yg palinga mahal 100rban y Mas. Tapi seperti nya kalau melihat langsung seru ya Mas. Apalagi bersepedahan nya itu lho..
ReplyDeleteBanyak banget yang ngelirik Teko-nya hahahahha
Deletemantap mas semua perabotan dari bambu ...
ReplyDeletedi Bondowoso juga ada mas desa bambu sulek , besok kalau ada waktu monggo mas main main ke rumahku di sulek disini sentral pengrajin bambu mas ... sekalian nyicipi nila bakar , free dah buat sampean mas
Hehehehhe, benar-benar banyak bambu di sini
DeleteMau ke sana, minum teh panas sama gula batunya. :D
ReplyDeleteBisa ngajak Aya kalau ke sini. Pasti Aya mau ahhahahahah
DeleteMelihat ayaman dan batiknya, rasanya pengen belanja.
ReplyDeleteIngat jangan khilaf belanja banyak hahahahhah
DeleteAnyaman bambunya keren keren
ReplyDeleteBisa dibeli loh *malah promosi
Deletebanyak desa wisata ... tapi hanya slogan doang, kemasan program dan aktifitas Desa Wisata Malangan ini layak untuk dicontoh bagi yang mengklaim sebagai desa wisata. Seru juga mengunjungi desa wisata seperti ini
ReplyDeleteBenar banget kang. Desa wisata harusnya tetap seperti desa pada umumnya, kegiatan yang dilakukan adalah hal yang sekari-hari mereka lakukan.
Deletekeren mbak ... desa wisata memang harus terus digalakkan
ReplyDeleteDesa wisata memang harus kembali dihidupkan. Ada banyak potensi di dalamnya
Delete