Takbiran Desa Kemujan, Karimunjawa Mempererat Tali Persaudaraan - Nasirullah Sitam

Takbiran Desa Kemujan, Karimunjawa Mempererat Tali Persaudaraan

Share This
Salah satu rombongan peserta takbir keliling di Karimunjawa
Salah satu rombongan peserta takbir keliling di Karimunjawa
Sejatinya malam takbiran Idul Fitri adalah waktu perayaan Umat Islam di segala penjuru dunia. Lantunan takbir saling bersahut-sahutan antar Surau dan Masjid. Seluruh masyarakat muslim bersuka ria menyambut malam takbir dengan semangat tinggi. Tidak sedikit doa agar dipertemukan bulan ramadan tahun depan terucap lirih disela-sela kemeriahannya.

Pemandangan sedikit berbeda di desa Kemujan. Desa yang menjadi tujuanku kala mudik dari perantauan ini sedang sibuk. Malam takbiran tahun ini diadakan lomba oleh orang-orang yang berjiwa besar. Aku sendiri secara tidak sengaja ditugaskan menjadi salah satu juri, padahal aku tidak pernah tahu akan ada agenda ini dan baru datang dari perantauan.

Dari penuturan panitia, lomba takbiran ini berhadian 3 juta, dengan berbagai rincian kategori yang diperlombakan. Para juri bergerak gesit mengumpulkan perwakilan kampung. Di sini semua diberi arahan berkaitan dengan prosedur selama takbiran. Intinya keseluruhan nantinya akan dinilai dari aspek kreatifitas, lantunan takbir, dan ketertiban peserta.
Kelap-kelip lampu hias dekorasi dari kejauhan
Kelap-kelip lampu hias dekorasi dari kejauhan
Cuaca di Karimunjawa tak dapat diperdiksi, usai salat dhuhur hujan turun deras sampai menjelang magrib. Beruntung setelah itu tidak hujan, sehingga lomba takbiran dapat berjalan. Rencananya akan ada 11 perwakilan masjid/musola yang meramaikan.

Iringan mobil penuh rias berkumpul di lapangan Jelamun. Gema takbir bersahut-sahutan, suara dari pengeras suara beragam. Tua, muda, kecil pun tak mau ketinggalan. Walau lapangan tidak ada penerang, hanya mengandalkan lampu kendaraan. Hal ini tak menyurutkan semangat peserta lomba.

Uang bukan dipersoalkan, siapapun yang menang tak dipikirkan tiap peserta. Yang mereka lakukan sekarang murni karena ingin berkumpul dan kompak mengadakan takbir keliling. Sebelumnya, takbir keliling ini hanya bersifat personal, tidak ada yang mengatur sehingga berjalan sendiri-sendiri.

Aku tidak dapat menyebut satu persatu peserta, namun yang kuketahui ada beberapa musola/masjid yang ikut menyemarakkan takbir keliling. Masjid Gonipah, musola Gonipah, musola gonipah tengah, masjid Kemujan, musola Jelamun, Telaga, masjid Batulawang, dan Mrican. Beragam pula mobil yang dihias.
Dekorasi pewayangan dari salah satu peserta
Dekorasi pewayangan dari salah satu peserta
Ada satu mobil dirias dengan bertajuk pewayangan. Aku tidak tahu ini sosok siapa, entah Semar atau Bagong. Pun dengan dari kelompok mana, aku tidak paham yang mendatangkan. Seru rasanya ada banyak dekorasi kreasi para warga dalam menyemarakkan takbir keliling. Tak melulu berkaitan dengan masjid, pemandangan ini tentu terlihat indah dan menghibur.

Dekorasi ala masjid pun ada. Salah satunya dari kampungku. Ini kali kedua kampungku mengadakan takbir keliling dalam dua tahun terakhir ini. Pemuda kampung sengaja membuat dekorasi masjid atas bantuan beberapa warga kampung. Bahkan aku sendiri yang membeli kertas warna-warni-nya di salah satu toko di Jepara sebelum mudik.
Mobil hias membentuk masjid dari kampung Jelamun
Mobil hias membentuk masjid dari kampung Jelamun
Selain kampungku, kampung Batulawang tak kalah megah dekorasinya. Dekorasi miniatur masjidnya malah lebih keren. Semua warga Kemujan paham urusan dekorasi, kampung Batulawang memang jagonya. Ini salah satu buktinya, dari tangan-tangan mereka terciptalah miniatur masjid.
Miniatur masjid megah karya kampung Batulawang
Miniatur masjid megah karya kampung Batulawang
Konsep riasan mobil memang dibebaskan. Para peserta bebas membuat kreasi sesuka hati. Seperti perwakilan dari Gonipah ini, mereka membuat miniatur Penyu. Mungkin yang membuat ini terinspirasi dari Penyu yang ada di Karimunjawa. Jangan-jangan ini salah satu kampanye jika penyu itu adalah binatang yang dilindungi.
Kreasi hiasan penyu dari kampung Gonipah Tengah
Kreasi hiasan penyu dari kampung Gonipah Tengah
Jika dari Gonipah membuat Penyu. Beda lagi dari kampung sampingnya, mereka membuat replika kapal nelayan. Seperti itulah kapal nelayan di Karimunjawa, corak cat identik dengan warna putih dan biru. Ditambah tiang setinggi 2.5 meter yang dipasangi bendera merah putih.

Selain ini masih ada banyak lagi mobil hiasan yang tidak sempat kuabadikan seperti dari Telaga, Kemujan, atau Mrican. Setahu ada yang membuat Burung Merak juga. Aku mendapatkan tugas menilai unsur lantunan takbiran, sementara pak Lisin dan pak Kamituwo mendapatkan tugas menilai unsur ketertiban dan kreatifitas. Kami bertiga benar-benar dipusingkan dalam memberi nilai.
Ada juga yang membuat kapal nelayan
Ada juga yang membuat kapal nelayan
“Kalau ini bagus-bagus semua,” Begitulah ujaran Pak Lisin kala kami menunggu di salah satu ujung musola Batulawang.

“Pokoknya dinilai pak, yang penting yakin,” Sahutku.

Juri yang menilai ada enam orang dibagi menjadi dua kelompok. Aku mendapatkan tugas di sekitaran Batulawang dan Telaga, sementara kelompok lain mendapatkan tugas di Kemujan dan Gonipah untuk menilai.

Menyenangkan rasanya jika melihat antusias warga setempat dalam menyemarakkan takbiran. Tanpa henti-henti orang yang ada di dalam mobil mengumandangkan takbir. Aku bisa melihat kebahagiaan mereka dalam menyambut malam Idul Fitri. Keseruan ini mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Mereka yang tidak ikut pawai menggunakan kendaraan asyik menunggu di teras rumah.
Orang-orang yang melantunkan takbir selama karnaval berlangsung
Orang-orang yang melantunkan takbir selama karnaval berlangsung
Seperti yang memang diniatkan panitia. Lomba takbiran ini hanyalah sebuah bonus saja. Tujuan utamanya adalah mempersatukan tiap kampung agar takbiran secara bersama-sama, sehingga dapat diatur dengan baik.

Ucapan terima kasih untuk tiap peserta beserta sesepuh tiap kampung yang bersedia mengikuti lomba, tak ketinggalan tim pemuda dan anak-anak yang selalu bersemangat selama acara. Tahun ini takbiran kita mendapatkan respon positif dari warga, mereka senang akhirnya bisa bersama-sama kala malam takbiran.
Suasana gelap di lapangan jelamun namun meriah didatangi warga setempat
Suasana gelap di lapangan jelamun namun meriah didatangi warga setempat
Usai penilaian, aku berjalan menuju tepian jalan. Memandangi mobil-mobil yang berjejeran sebelum pulang ke tempatnya masing-masing. Ada rasa puas, gembira, dan bahagia. Seluruh masyarakat berkumpul menjadi satu di lapangan tanpa ada penerangan. Rela menanti sampai acara selesai, dan tidak lupa sapaan-sapaan hangat dari teman jauh.

Begitu indahnya takbiran di kampung halaman. Hujan yang mengguyuri selama siang tak berbekas kala malam. Jika kulongokkan ke atas, di sana hanya ada milyaran bintang tanpa terhalang awan. Malam memang gelap, namun gemerlap lampu kendaraan ini bisa menyiratkan bagaimana serunya malam takbiran kali ini. Selamat Lebaran, Mohon Maaf Lahir & Batin.

28 komentar:

  1. di tempatku juga ada parade takbiran, lomba kreativitas sesuai tema kali ini, bhineka tunggal ika. Dan, udah 2 tahun berturut, masjid dekat rumah yang juara 1nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah seru juga itu mak hahhahaha
      Tempatku baru tahun ini ada lombanya :-D

      Hapus
  2. Mengisi malam takbiran dengan parade nih. Kreatif hehe
    Tiap daerah beragam pula cara menyambut malam kemenangan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bang, tiap daerah mempunyai banyak cara untuk mengekspresikan kegembiraannya malam takbiran.

      Hapus
  3. sing penting ra ana sing mabuk mabukan, ha ha biasane takbiran daerah ku do ana sing mabuk pak, duh.. idul adha punyaku yg kaya gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rek ono seng mabuk-mabukan digebuk langsung pak.

      Hapus
  4. Bagus kayak gini dari pada bakar mercon. Adem liatnya. Mohon maaf lahir batin y mas 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf lahir batin juga mas.
      Mercon pun ada di setiap tempat mas hehehehhehe

      Hapus
  5. Wah unik sekali Mobil di modifikasi seperti itu dimalam takbiran.. Dan mereka pun berlomba. Mohon maaf lahir dan batin y Mas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf lahir dan batin mas
      Iya mas, masyarakat berkreasi sendiri hehehhehe

      Hapus
  6. Meriah abis.. Kirain sepi takbiran disana. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Woalah ahhahaha.
      Pokoke rame banget mas hahahhaha

      Hapus
  7. Bagusss bangett mas :D meriah dan penuh gemerlap warna warni menyambut hari kemenangan :D kreativitas tinggi mas ya, suka liatnyaa wkwkwkw

    BalasHapus
  8. malam takbirannya meriha ya, senang liatnya, ramai pastinya warga nunggu mobil hias favoritnya lewat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget, warga antusias menunggu arakan takbiran.

      Hapus
  9. kampungku di Johja sini, tahun ini malah gak ikutan lomba...panitia kecamatan capek bikin event mungkiin,tapi kami tetep takbir keliling, berkoloni 4 RT

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe, biasanya memang harus dibagi biar bisa ikut mak.

      Hapus
  10. Kenapa ya, tiap mampir ke sini, tombol komentar tidak bisa aku buka? Jadi sering2 aq tidak meninggalkan komentar meskipun sudah baca. Membaca ini, jadi terngiang-ngiang meriahnya takbir keliling di kota Malang. Sorak sorai dan obor keliling...rinduuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf nggeh mbak, beberapa tulisan memang sengaja tidak kuberi kolom komentar :-)

      Hapus
  11. Seru banget sepertinya😁
    Kemujan kalo malem sepertinya sepi mas jalannya. Kalo ada pawai takbir keliling gini kan jd rame.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jalan kemujan bakalan rame kalau ada nikahan, pertandingan bola/voli, dan takbiran hahahahha

      Hapus
  12. Di jkt mah g bakal nemu lg takbir kliling.. Abisnya bbrp kali nalah disusupi oknum yg mau mengacau :(. Tp di sibolga masih ada nih acara begini. Aku prnh liat sekali dan seneng aja liat hiasan mobil2 nya :D. Keren2 dihias bntuk mesjid, bedug dll :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha
      Inilah enaknya di desa mbak. Sama sekali tidak terpengaruh karut-marutnya di tengah kota.

      Hapus
  13. SERIUS KAMU TINGGAL DI KEMUJAN? *gak nyantai*
    sekitar 7 taunan yang lalu aku sama temen2 hampir ke sana buat penelitan & pengabdian. bahkan 3 orang temenku udah sempet survey dan tinggal beberapa hari di sana. cerita kalao mereka naik motor trail, main voli sama anak2, plus snorkelingan. tapi h-7 hari timku gagal berangkat krn ga direstui fakultas gara2 berita badai :((. Sampe sekarang sedih bgt, nginget persiapannya hampir setengah taun huhu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. HOKYAAAAA

      Sekarang gak perlu naik motor trail, jalanan udah mulus banget. Ciehhh yang gak jadi ke sana hahahahahha

      Hapus
  14. malam takbiran di kampung bener2 lebih terasa ... apalagi kalau meriah dan rame seperti ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di kampung jauh lebih nyaman dan menenangkan kang.

      Hapus

Pages