Berbaur dengan Warga kala Grebeg Dumbeg di Lasem - Nasirullah Sitam

Berbaur dengan Warga kala Grebeg Dumbeg di Lasem

Share This
Grebeg Dumbeg Lasem Festival 2017 di desa Dasun
Grebeg Dumbeg Lasem Festival 2017 di desa Dasun
Sepanjang jalan area RTH Dasun dipadati warga Lasem dan sekitarnya. Rangkaian acara Lasem Fest berakhir hari ini. Puncaknya nanti malam di halaman RTH Dasun, terdapat dua panggung hiburan untuk wayang dan musik. Siang ini, sengatan mahatari tak meluluhkan semangat warga ingin menyemarakkan Grebeg Dumbeg.

Gegap gempita suara drum band bersahutan dari siswi-siswi SMA berkolaborasi dengan anak SD. Arakan memanjang dari timur, diselingi pentas Barongsai. Tumpeng dumbeg mengerucut tinggi, ditandu delapan orang dewasa. Sebuah spanduk kecil bertuliskan “Grebeg Dumbeg 2017” berada di depan.

Aku menyeruak barisan orang yang berjejer di tepi jalan. Mencari posisi strategis, berharap mendapatkan banyak dokumentasi. Sesekali aku harus menyeka keringat. Siang ini jalanan di desa Dasun macet total. Beberapa bongkahan batang kayu sengaja diletakkan melintang untuk menutup jalan.

Antusias warga ingin melihat karnaval membuat semangat adik-adik kecil yang berbaris rapi dalam kelompok karnaval meningkat. Terlebih mereka tampil di depan Bupati Rembang. Tanpa merasa lelah, mereka memukul genderang sambil bernyanyi.
Karnaval anak-anak saat membuka acara grebeg dumbeg
Karnaval anak-anak saat membuka acara grebeg dumbeg
Satu persatu kelompok karnaval berjalan rapi menuju perempatan RTH Dasun. Ketika sampai di perempatan, mereka langsung diarahkan ke Gedung Serbaguna untuk istirahat. Tumpeng susunan kue basah dumbeg mulai diarak. Tepat di depan bupati Rembang, dipotong beberapa kue secara simbolis.

Momen bupati menikmati kue dumbeg ini tak ingin dilewatkan para juru dokumentasi. Mereka memenuhi area panggung kecil, tanpa berhenti menekan tombol shutter kamera. Aku berada tidak jauh dari samping panggung kecil, tapi cukup sulit mengabadikan karena tertutup kerumunan warga.
Bupati Rembang dan jajaran sedang menikmati kue dumbeg
Bupati Rembang dan jajaran sedang menikmati kue dumbeg
Acara grebeg dumbeg resmi dibuka bupati Rembang. Ini artinya arakan karnaval segera berlangsung. Warga yang menantikan tumpeng dumbeg merangsek ke tengah jalan. Para petugas yang mengatur jalan meminta agar warga tertib sampai dumbeg tersebut diarak ke perempatan kecil. Beberapa warga mulai meraih kue dumbeg yang terikat, sedikit dorongan mulai terlihat.

Aku tidak ingin ketinggalan memotret momen tersebut. Jalan lumpur di tegalan kulalui. Sandalku sudah penuh lumpur, namun kuabaikan. Aku menuju kerumunan warga yang mulai meraih kue dumbeg. Tidak hanya aku, pada fotografer lainnya juga tergopoh-gopoh memotret sebanyak mungkin.

“Mohon sabar, biar sampai perempatan!” Teriak salah satu petugas grebeg.
Tangan-tangan warga berebut mengambil dumbeg
Tangan-tangan warga berebut mengambil dumbeg
Arahan dari petugas seperti angin lalu, tidak ada yang memperhatikan. Semua berusaha mengambil tumpeng dumbeg. Tangan-tangan saling menarik kue agar terlepas dari ikatan. Para lelaki yang memanggul tumpeng sudah kewalahan. Mereka berusaha keluar dari kerumuman warga. Teriakan para warga berebut dumbeg tak terhindarkan.

Tumpeng dumbeg sejumlah 3100an oleng, roboh tertahan para warga yang berebut mengambilnya. Meninggalkan bingkai kerucut berwarna kuning keemasan beserta tali-tali rafia. Sementara itu warga masih saling berebut dumbeg. Mengambil dan memegangnya erat. Tempat robohnya pun tepat di perempatan jalan.

Dumbeg atau dumbek adalah kue khas daerah Lasem. Sekilas kue tersebut mirip Clorot (Purworejo). Sama-sama kue basah serta dibungkus dengan janur kelapa. Kue ini rasanya jauh lebih legit dan teksturnya halus. Isi dari dumbeg ini seperti Jenang. Bagi yang penasaran, bentuk kue dumbeg ini seperti terompet kecil.
Warga berkerumun mengambil tumpeng kue dumbeg
Warga berkerumun mengambil tumpeng kue dumbeg
Kue dumbeg ini hampir pasti ada tiap acara kebudayaan atau acara adat di Lasem, seperti saat acara sedekah laut dan lainnya. Menurut warga yang berebut kue dumbeg, kue ini ada dijual di pasar-pasar tradisional. Semacam ada rasa yang berbeda kala berbaur dengan warga yang berebut kue ini.

Keriuhan para warga berlangsung cukup lama. Antusias tiap orang ingin mengambil kue dumbeg amat tinggi. Mereka rela berdesakan, saling tarik berebut kue yang masih terikat. Tentunya dengan teriakan heboh. Tidak ada raut duka, yang terekam olehku hanyanya rasa bahagia dan puas.

Tua, muda, lelaki, perempuan, anak-anak, remaja; mereka berbaur menjadi satu. Berusaha mengambil kue dumbeg sebanyak mungkin, lalu membagi-bagikannya pada temannya. Tak sedikit dari mereka yang sudah menyiapkan kantong plastik untuk menaruh dumbeg agar aman.
Berdesakan mengambil kue dumbeg
Berdesakan mengambil kue dumbeg
Gelak tawa kencang dari sudut lain yang sibuk merekam dan mengabadikan mereka yang berebut dumbeg. Aku terus membidik mereka yang larut dalam grebeg dumbeg. Mencari gambar sebanyak mungkin. Mengabadikan mereka yang tersenyum puas sembari menggamit sejumlah kue.

Terlihat beberapa dumbeg berserakan di jalan. Terinjak kaki-kaki kala berebut tumpeng. Aku menyisir lokasi sambil menenteng kamera. Mengabadikan wajah-wajah warga yang puas mendapatkan dumbeg digenggamannya. Ada banyak warga yang sudah menikmati hasil rebutannya, mereka terlihat riang.

Eman-eman, do semebar neng dalan dumbeg e - Sayang sekali kue dumbegnya berserakan di jalan.”

Ucapan tersebut keluar dari salah satu warga yang melihat lumayan banyak dumbeg lepas dari tangan, jatuh, dan terinjak-injak saat berebut. Ada juga yang berusaha memilah-milah dumbeg tersebut, sekiranya masih bagus dan belum terinjak diambil.
Senyuman warga yang berhasil mengumpulkan kue dumbeg
Senyuman warga yang berhasil mengumpulkan kue dumbeg
Aku sendiri tak sempat mendapatkan kue tersebut. Sedari tadi hanya fokus memotret, tanpa sempat ikut berebut. Namun, ketika sudah usai acara; aku dan teman-teman bloger mendapatkan sejumlah kue di rumah warga. Di antara kami pun membuka dan menikmati kue legit tersebut.

Iringan Lasem Batik Carnival

Acara belum sepenuhnya selesai. Warga yang menikmati dumbeg masih setia berdiri di tepian jalan. Mereka menantikan para peserta Lasem Batik Carnival lewat di jalan. Tujuannya sama, mereka ingin mengabadikan, atau malah menyempatkan berswafoto.

Iringan peserta carnival mulai berjalan. Mereka menggunakan pakaian penuh hiasan. Warna biru, merah, kuning, hijau, dan lainnya mencolok. Aku turut bersabar di ujung jalan, menunggu mereka sampai di depanku. Sayangnya tidak berjalan mulus, baru sampai tengah jalan, para peserta carnival sudah dikerumuni warga yang berebut foto.
Peserta Carnival Batik Lasem memamerkan gaunnya
Peserta Carnival Batik Lasem memamerkan gaunnya
“Kita tunggu di jalan arah ke gedung serbaguna saja,” Ujarku pada teman lainnya.

Aku, Yasir, dan Mia segera pindah tempat. Sementara Mbak Susi dan Jiah sedang duduk sembari melepas lelah. Aku dan teman-teman yang ingin memotret sengaja berteriak menyapa para peserta untuk berhenti. Sepersekian menit mereka berhenti, kami manfaatkan untuk mengabadikan.

Aku tahu banyak peserta yang sudah capek selama berjalan dengan cuaca terik. Aku tak ingin mengganggu perjalanan mereka untuk sampai ke tempat istirahat. Mereka tidak hanya bergelut dengan cuaca panas, namun juga harus sabar melayani para warga yang ingin berfoto, sambil menahan beratnya pakaian.
Memotret peserta carnival di jalan menuju gedung serbaguna
Memotret peserta carnival di jalan menuju gedung serbaguna
“Terima kasih mbak!” Teriakku sembari mengacungkan jempol.

Tidak semua peserta batik carnival aku abadikan. Mereka masih tersendat di jalanan, dikerumuni warga yang siap-siap berswafoto. Hari semakin terik menjelang sore. Kami putuskan untuk menuju basecamp, rumah Pak Karmin yang jaraknya hanya 300 meter dari RTH Dasun.

Kami ingin melepas lelah, karena nanti malam masih ada acara yang harus dilaksanakan. Sesampai di rumah pak Karmin, aku menyempatkan istirahat sembari berkenalan dengan teman-teman baru. Teman yang selama ini hanya berinteraksi di grup WA. *Lasem Fest, 18 November 2017.

50 komentar:

  1. Carnivalnya ketjeh banget kak.. Serius

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru loh bisa lihat seperti ini. Sayangnya untuk mengabadikan agak susah.

      Hapus
  2. peserta batik carnivalnya banyak gak mas? kebayang berat banget itu pake busana kaya gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak banyak, hanya daerah setempat saja. Rata-rata dari MAN Lasem

      Hapus
  3. Kayanya seru tuh kalau ikutan berebut dumbeg :D

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemarin kepikiran buat ikut rebutan, tapi riskan kalau sambil nenteng kamera

      Hapus
  4. paling seru emang pas rebutan makanan dari tumpeng raksasa gitu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas. Mereka berebut, kita cuma numpang memotret

      Hapus
  5. Balasan
    1. Hai artis papan atas. Lama nggak kelihatan, sibuk syuting di luar angkasa kah? hahahhaha

      Hapus
  6. Terakhir liat festival beginian di Solo. Indonesia emang beragam ya. Busananya yang keren-keren itu loh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Besok-besok kalau ada acara grebeg di Jogja mangkat aja. Berburu foto

      Hapus
  7. jadi inget masa tk, waktu itu pernah ikut drumband dan emang asik rasanya. festivalnya keren apalagi gaun carnaval yang super besar itu hahaha.

    kalau ada waktu berkunjung juga ke blogku ya kak :D

    BalasHapus
  8. Ijah, JIAH cuy!

    Grebeg Dumbegnya banyak yg rusak. Sayang banget sih karena akhirnya terinjak, gak kemakan pula. Tapi kalo gak rebutan gak seru!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanu sudah ganti kah? Kok nggak tau ya aku kalau sudah ganti.

      Hapus
  9. Oalah namanya dumbeg to, lupa aku. Pernah makan ini, bungkusnya unik khas rembang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahah, aku ngira awalnya sama kayak di Purworejo namanya.

      Hapus
  10. wah iya, pas awal liat fotonya sha kira clorot. ternyata beda ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda tempat, beda nama teh. Kalau Clorot bukanya dari bawah, kalau dumbeg dari atas

      Hapus
  11. Aku baca judulnya sekilas, jadi Grebeg Drumband ahahahaha, mamak siwer. Yaampuuuuun, lama banget nggak makan jajanan yang dibungkus daun itu. Sekarang udah jarang kelihatan di pasar kayanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbakkkkkk, tega kamu hahahhaha.
      Besok-besok kalau bre ada karnaval suruh ikutan ahhahahha

      Hapus
  12. Dan lasem pun kini ikut2an ada batik carnival ya, harus ada sesuatu yang baru nih selain batik carnival hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Batik Carnival di Lasem sekalian dengan acara grebeg dumbegnya mas.

      Hapus
  13. Di Jawa sering banget ya festival yang mempersiapkan makanan buat diperebutkan. Aku beberapa kali lihat di TV sampe chaos gitu. Tapi ya gakpapalah, asal udahnya adem ayem, baikan lagi hihi

    BalasHapus
  14. Semenjak kesengsem lasem hits di sosial media, aku kepengen banget banget banget buat main ke Lasem. Apalagi kalau ke Lasem sekalian ada acara budayanya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Main-main aja mbak. Lasem banyak hal yang bisa dikunjungi

      Hapus
  15. Wah carnavalnya nampak seru yah, jadi pengen juga jalan jalan ke sana lihat carnavalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada banyak agenda di Jateng yang bisa dikunjungi semacam karnaval seperti ini.

      Hapus
  16. Senang ya kalau tiap-tiap daerah bisa punya karnival khas begini. Duh aku nih belum pernah ke Lasem, kesengsem banget ke sana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ke Lasem bisa sama Koh Halim. Dia paham betul seluk-beluk di sana hahahahah

      Hapus
  17. Kepengen nyobain dumbeg. Kayaknya enak ya.

    BalasHapus
  18. Saya baru tau kalo namanya itu dumbeg.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namnya beda-beda mas, kalau di Purworejo namanya Clorot. Entah di kota lain,

      Hapus
  19. Keren-keren ya kostum karnavalnya. Coba mas bisa dapat semua foto peserta karnavalnya, pasti jadi gallery yg wow di tulisan ini. Hebat Lasem bisa punya acara semacam ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemarin sudah berniat memotret semua untuk photo story aja mas (latihan nulis & motret). Tapi pas dihat di lokasi susah banget motret, jadi ambil dua saja untuk melengkapi tulisan

      Hapus
  20. Wahhhh, aku salah waktu dong ke Lasem, gak tau kalau ada acara kebudayaan keren kayak gini... Tahun depan akh ke sana lagi, semoga kesampean. Hehehe. Seneng main ke Lasem, suasananya nyaman bgt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sana paling sering heritage mas, tidak ada yang salah kok ehheheheh

      Hapus
  21. kayaknya sekarang makin banyak daerah yang mengadakan carnival .. semakin seru untuk menarik wisatawan. Saya pengen jalan2 ke Lasem ... banyak spot2 kuno yang keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi pecinta heritage, Lasem bisa menjadi salah satu tujuan berlibur kang

      Hapus
  22. Ah acaranya seru ya, Mas. Sepertinya ini acara tiap tahun pasti ada y

    BalasHapus
  23. Sekarang kayaknya tiap kota ada festivalnya yah :)

    Coba dibikin festival ragam budaya Lasem yg udah terkenal duluan dan bikin aku tertarik kesana. Kalo semuanya festival batik lama-lama bosan juga ya gak ada yg beda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini aku lebih bersemangat waktu grebek dumbegnya mbak. Pas carnivalnya sudah biasa saja hhehehheheh

      Hapus
  24. Halo Kak Nasirullah,

    Terima kasih telah mengabadikan moment lasem festival 2017 ini, semua rangkaian menunjukan keragaman budaya tanah air Indonesia. Saya sebagai salah satu peserta dalam acara batik karnaval turut bersuka cita menyaksikan, mengikuti dan diikutsertakan dalam salah satu rangkaian acara ini. Itu ada foto saya (candid) memakai batik tulis lasem / NgeRembang Sekawit :D

    -Ayu Wardhani

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mbak Ayu Wardhani,
      Wah terima kasih sudah membaca tulisan ini, dan ternyata dunia ini sempit ahahhaha. Setidaknya kita pernah ketemu walau tdiak saling menyapa dan kenal hahahahah

      Hapus
  25. udah lama gak main kesini,,,cek ombak dulu ahhhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahah
      Selamat berkunjung kembali di blog remahan rengginang ini :-D

      Hapus

Pages