![]() |
Air terjun Tretes Wonosalam, Jombang |
Plang petunjuk arah di seberang parkiran tertulis 3.5 kilometer untuk sampai air terjun Tretes. Aku dan rombongan membawa air secukupnya. Kemudian meninggalkan para tukang ojek yang menawarkan diri jasa antar sampai tempat tiket. Kami sepakat menggeleng kepala. Ingin menikmati rute tersebut dengan jalan kaki.
“Jauh loh, ini beneran 3.5km,” Ujar seorang ojek meyakinkan.
Dari ucapannya, aku sangat yakin trekking ini bakal jauh dan lama. Aku terbiasa bersepeda di Jogja, mendengar keterangan warga setempat kala berkata “dekat” yang sebenarnya jauh. Ketika ada warga bilang jauh, pun itu tukang ojek. Aku percaya kalau memang jaraknya jauh. Kalau dekat tidak mungkin ada jasa ojek di sini.
Air terjun Tretes berada di dusun Pengajaran, Wonosalam, Jombang. Jika dilihat dari peta, lokasinya juga berdekatan dengan Kediri, khususnya Kecamatan Kandangan. Jalanan belum menunjukkan tanda-tanda air terjun dekat.
Aku melihat bukit di atas, rimbunan pepohonan saja. Langkah kami sempat berhenti saat mulai lelah. Ataupun ketika jalan kecil ini harus berbagi dengan warga setempat yang membawa rumput ternak.
![]() |
Warga setempat membawa rumput untuk ternak |
Sepanjang jalan aku bertemu dengan kelompok-kelompok kecil para pengunjung yang sudah pulang. Mereka rata-rata adalah rombongan dari Pare. Tidak perlu lama, kami saling bersapa; dan mereka tersenyum sembari bilang “semangat”. Sebuah sapaan yang sering kita dengar kala mendaki gunung.
Sisi kanan jalan tanpa sekat. Jurang sudah menganga, yang tampak adalah perkebunan warga di bawah. Tanaman palawija mendominasi, hanya ada sedikit tanaman Kopi. Sepertinya tidak terawat. Langkah kami makin kencang, berpacu dengan waktu menuju tempat pembelian tiket.
Di tengah perjalanan, jalanan melintasi jembatan kecil. Sebelumnya jalan menanjak tepat sebelum area parkir pengunjung. Warung kecil sudah buka, pemilik warung menawarkan teh panas dan gorengan. Tentu ini godaan berat, terlebih teman-teman rombongan adalah pecinta gorengan.
Beruntung tidak ada yang tergoda. Mereka lebih asyik berfoto di jembatan bambu kecil yang melintang. Aku bergegas menuju alirah sungai, mengabadikan keceriaan rombongan. Jelas terlihat seperti inilah wajah-wajah kecapekan tapi bahagia.
![]() |
Biarpun capek, tetap seru kalau foto bareng |
“Pulangnya nanti aku mau foto di bawah sana,” Celetuk teman-teman perempuan.
Air terjun Tretes masih jauh, bahkan kami belum sampai di tempat pembayaran tiket. Tapi teman-teman perempuan sudah merencanakan ingin foto di ayunan. Ayunan kecil berjejer tertancap di atas aliran sungai kecil. Anak-anak sedang asyik foto di atasnya. Asyik juga foto di ayunan tersebut.
Ayunan dibuat oleh warga yang berjualan di atasnya. Jika kita foto, kita harus membayar jasa spot foto di warung atasnya. Aku tidak tahu berapa biaya foto, sekitar Rp. 2000/orang. Puas mengabadikan dari atas, kami melanjutkan perjalanan.
![]() |
Main ayunan di aliran sungai |
Berbeda dengan di jalan tadi yang dipenuhi palawija. Mendekati area tempat karcis, rerimbunan bambu mendominasi. Di sini juga mulai banyak warung yang tampak. Di depan, sebuah pohon besar di bawahnya ada orang-orang istirahat. Tidak ketinggalan spanduk membentang bertuliskan “Selamat Datang di Air Terjun Tretes”.
Bangunan kecil dengan warna tembok kuning di sisi kanan terbuka. Dua orang petugas dari Dinas Kehutanan menyapa kami. Sebelumnya, kami sudah membayar tiket masuk; Rp.10.000 untuk domestik dan Rp.25.000 untuk wisatwan manca. Kami duduk melepas lelah, mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan.
Pak Yatno (Dinas Kehutanan) menyapa rombongan kami. Beliau bergabung dengan kami, berbincang santai. Dari sini kami tahu jika jarak 3.5KM tersebut adalah jarak dari tempat parkir sampai di tempat pemungutan retribusi (TPR). Sementara dari TPR menuju air terjun masih 1.2 KM lagi, dengan rute yang lumayan menanjak.
![]() |
Berbincang dengan petugas perhutani |
Terang saja kami tertawa kencang, pun pemandu kami tidak memberi tahu jaraknya. Dia hanya bilang “surprise!” seraya tertawa jahat. Baiklah, berhubung tinggal 1.2KM lagi dengan jalanan berbukit, kami harus menyiapkan tenaga lebih banyak.
Fasilitas menuju air terjun Tretes tidaklah lengkap. Walau sudah ada beberapa warung yang berjejeran, namun hanya ada satu kamar mandi terletak di belakang TPR. Di sana juga ada tempat untuk menunaikan salat.
Jalur air terjun Tretes bisa diakses dengan dua jalan. Tapi kedua jalur tersebut bertemu di TPR. Selain dari Jombang (jalur yang kami lalui), ada juga jalur dari arah Kediri. Batas keduanya itu ada di rumpun bambu sekitar 50 meter sebelum TPR.
“Balik gunung ini sudah kabupaten Malang. Tepatnya daerah Pait,” Terang pak Yatno.
Pak Yatno juga menjelaskan jika beberapa hewan endemik seperti Elang ataupun Lutung masih ada. Hanya saja tidak serta merta kita dapat melihat dengan mudah. Tenaga sudah terkumpul, kami berpamitan melanjutkan perjalanan. Menapaki jalan setapak yang cukup licin, dan tentunya naik turun.
Jalur menuju air terjun Tretes ini mengingatkanku kala mendaki Gunung Merbabu melalui jalur Selo. Jalan setapak licin berbatu, serta berpapasan dengan banyak wisatawan yang sudah turun. Tidak sedikit di antara mereka mengatakan jika perjalanan masih jauh.
Beruntung waktu kami menyambangi air terjun Tretes musim kemarau. Sehingga jalan tidak parah. Jika musim hujan, kendala yang paling terasa adalah jalanan licin di antara perbukitan. Di sela-sela perjalanan, sebuah pohon menjulang tinggi dengan batang melengkung di hadapanku.
“Banyak orang yang foto di pohon ini,” Ujar Mas Alid.
Unik juga batang pohonnya, akar pohon tumbuh hampir menutupi jalanan, tapi kemudian batangnya tegak ke atas. Sehingga mereka yang melintasi jalanan seakan-akan berjalan di bawah batang pohon besar. Aku tidak mengganti lensaku, sehingga asal mengabadikan dengan tele.
![]() |
Bongkahan akar menonjol di jalan setapak |
Hanya sepersekian menit kuamati akar pohon yang menyembul ke atas. Lalu kembali melanjutkan perjalanan. Walau jarak tidak terlalu jauh dibanding tadi, tapi rute yang naik turun membuat rombongan kami terpisah. Sebagian sudah di depan, sementara aku dan sisanya di belakang.
“Kalau capek kita istirahat,” Ujarku pada Mak Indah Juli.
Aku dan Rifki sengaja berada di barisan terakhir, menemani Mak Indah. Jalan ke air terjun Tretes termasuk berat, apalagi bagi orang-orang yang tidak terbiasa jalan kaki. Salut dengan Mak Indah Juli, beliau bisa menjaga ritme jalan sampai lokasi.
“Sudah dekat mak, itu air terjunnya kelihatan!” Teriakku kencang.
Dari salah satu jalan menuju air terjun, di sini kiri jalan terlihat air terjun menjulang tinggi. Curahan air tak putus-putus mengalir di tebing perbukitan, mengempaskan air ke bawah dan terbawa jalur sungai. Begitu tinggi dan membuat kami makin antusias segera sampai di bawahnya.
![]() |
Air terjun Tretes dari kejauhan |
Perjalanan cukup lama, tapi kami menikmati tiap langkah. Tanah basah dan licin, bebatuan kecil, ranting ataupun dahan menjadi pemandangan selama jalan. Tak sedikit rombongan yang di belakang menyalip.
Gemuruh suara air terdengar kencang, desiran angin membawa air halus menerpa kulit. Ini artinya kami sudah berada dekat di air terjun. Sandal-sandal ditaruh satu petakan, sementara pemiliknya sudah asyik berfoto di atas bongkahan batu besar.
Aku mendongakkan kepala ke atas, air terjun Tretes ini sangat tinggi. Mungkin ini paling tinggi yang pernah aku sambangi. Hampir setiap literatur yang kucari berkaitan dengan ketinggian air terjun Tretes menuliskan angka 158 meter. Benar-benar air terjun yang menjulang tinggi.
![]() |
Guyuran air terjun Tretes Wonosalam, Jombang |
Bongkahan batu yang berada di depan air terjun menjadi spot untuk berfoto. Rombongan yang tadi menyalip kami pun sudah asyik berkumpul. Mereka berfoto tidak jauh dari air terjun. Aku dan rombongan menjaga jarak dari air terjun, kami lebih asyik menikmati suasana sembari merendamkan kaki di aliran air.
Niat awal aku ingin bermain air, mengguyurkan badan di bawah derasnya air. Semua berubah seketika. Ketika air di aliran sungai mengenai kakiku; aku rasa cukup dingin. Sama dinginnya sewaktu aku mengunjungi Coban Pelangi di Malang. Kuurungkan niat tersebut, lalu kumpul dengan rombongan untuk melepas lelah.
“Pengalaman ini nggak pernah aku lupakan!”
Itu adalah penggalan kalimat yang diutarakan Mak Indah Juli sewaktu sampai di lokasi. Bagaimana tidak, beliau benar-benar jalan kaki sepanjang 4.7km dengan jalur seperti naik gunung. Sembari menikmati suasana alam, kami asyik mengabadikan air terjun. Tidak ketinggalan foto bersama. Suatu ritual yang wajib dilakukan saat jalan bareng.
Aku berpisah dengan rombongan yang mulai duduk santai melepas lelah. Kususuri aliran air di bawah, mencoba mengabadikan ketinggian air terjun dengan lensa kit. Selain dengan landscape, aku mencopa mengabadikan portrait dengan harapan seluruh air terjun masuk dalam frame.
![]() |
Guyuran air terjun Tretes Wonosalam, Jombang |
Air terjun Tretes ini lebih indah jika dikunjungi saat musim penghujan, debit air jauh lebih melimpah. Hanya saja kendala mungkin pada aksesnya. Jalan setapak naik turun bukit dan licin menjadi kendala jika tidak hati-hati. Aku tidak menyarankan kalian yang berkunjung saat hujan turun, ini lebih pada akses jalannya.
Tidak terasa waktu berjalan cepat. Perjalanan pulang jauh lebih cepat rasanya dibanding saat berangkat. Kami kembali menuju bangunan TPR untuk menunaikan salat asyar. Kembali kaki menapaki jalan menuju area parkir. Kali ini aku ditemani Rifki setengah berlari. Teman-teman perempuan sudah kami arahkan untuk naik ojek.
![]() |
Teman-teman trip ke Jombang |
Destinasi penuh kejutan menyusuri jalan sepanjang 4.7 KM tuntas, berbagai cerita mengalir kala di dalam mobil. Tidak terasa destinsi tersebut menjadi penutup kami berkunjungi di Jombang dan Mojokerto. Sebuah perjalanan yang mengasyikkan, mengikat tali persahabatan lebih erat. Terima kasih untuk teman-teman selama di Jombang. *Minggu 20 Agustus 2017.
Aku baca cerita tretes ini di blog Mb Indah n Aya, termasuk tragedi kepleset juga ahahaha. Seru ih. Beneran nembus hutan yak.
BalasHapusHahahaha, ada fotonya pas kepleset mbak. Cuma nggak boleh diunggah hahahahhaha
Hapusbener dah, jalur ke air terjun, info awal cuma beberapa kilo.. eh nyatanya lebih dari itu... heuheuheu
BalasHapuseh air terjunnya tinggi bangeeeeet 158 meter... bisa jadi lebih tuh tingginya...
Jauh dan kami menikmati sepanjang perjalanan mas
HapusKemarin lho kasian au lihat mak indah jalan kaki di kota lama wkwk. Malah ini trekking 3,5 km 😨😨
BalasHapusSemenjak mak indah ikut gabung dengan kami, fisik beliau tambah kuat ahhahaha
HapusIni baru petualangan ke curug...
BalasHapusPetualangan bersama teman :-D
HapusKayaknya baru ini deh lihat yang segitu tingginya. Jadi inget film UP T_T
BalasHapusDengar-dengar sih salah satu tertinggi di Jawa
HapusKalau curah hujan tinggi, yang dikhawatirkan adalah adanya longsor. Pemandangannya asri banget, ijo-ijoan dimana-mana...
HapusIya mas, takutnya rutenya itu loh
HapusWah, tinggi sekali air terjunnya. Sepertinya masuk dalam jajaran air terjun tertinggi di Indonesia ya Mas, atau paling tidak, tertinggi di Pulau Jawa, hehe.
BalasHapusSaya setuju, bahwa perjuangan itu sepadan dengan hasil yang didapat. Dengan pendakian sejauh hampir lima kilometer, bayaran pemandangan air terjun yang tipis tapi tinggi ini sungguh membayar lunas. Apalagi jika dinikmati bersama teman-teman, ah bikin iri banget. Ingin gabung, Mas, hoho. Semoga suatu hari nanti bisa ya. Amin.
Ngomong-ngomong, TPR itu singkatan dari apa?
Katanya memang salah satu air terjun tertinggi di Jawa mas. Semoga kita bisa bersua dan main bareng.
HapusTPR itu Tempat Pemungutan Retribusi. :-)
Destinasi penutup yg merepresentasikan hestek. EMEJING JOMBANG!!! Wkwkwkwkwk
BalasHapusSitu abis jalan turun berapa kilo? Hahhahahahha
HapusKalo mau ke sini kayaknya kudu olahraga dan pake sendal yang pas
BalasHapusKalau urusan jalan, masih bisa pakai ojek hahahhaha. Kalau sandal, emang kudu yang tepat :-D
HapusMas, kalo naik motor sendiri bisa sampe TPR atau tetep di parkiran situ?
HapusBisa kok, sampai dekat dengan warung yang pertama. Tepat sebelum turunan di tempat ayunan.
HapusWohlah, ngeri banget jombang punya air terjun yg tinggi gitu... Keren bangeeer serius, kapan ya bisa main ke jombang.. Hhh
BalasHapusTinggi banget loh mbak hahahaha. Ayo main-main sini :-D
HapusAda ga ya orang yang memutuskan berhenti di tengah jalan? Jauh banget mas. Aku baru tahu kalo Jombang punya wisata alam. Pernah ke sana cuma buat wisata kuliner. Aduh, jadi pengen makan di sana lagi
BalasHapusWah sepertinya gak ada hahahahha. Kuliner sate kikil enak ahahhahaha
HapusNah kan, untuk mendapatkan sebuah cerita, pengalaman, ataupun foto, itu dengan penuh perjuangan.
BalasHapusJadi sering kzl misal pada comot foto tanpa mencantumkan sumber yang jelas *iki malah surhat*
Ga nyangka Mas Alid ngasih rekomendasi ke air terjun ini. wkwkwk
Tenang mbak, kalau dicomot itu artinya mereka butuh buahahhah. Pokoke wes diikhlaske wae loh. Ojo baper, bentar lagi loh koe wes gandengan *eh
HapusAlid mah kalau disuruh jalan kaki paling kuat ahahhhahaha
Seruuuuu auo mnaleni! Hahaha. Ke Sumber Pitu Pujon aja, durasi trekkingnya hampir sama :D
BalasHapusDoakeun bisa ke Malang lagi mas. Jangan kapok kalau nanti njenengan yang saya jadikan pemandu hahahhhaha
HapusLuar biasaaaaa.. kalian tidak tergoda oleh gorengan yang genit manja di tengah perjalanan ahahaha..
BalasHapusAne juga pernah trekking ke air terjun, lebih jauh malah, 5,3 km... lalu ada penjual gorengan di tengah jalan, dan mampir dulu buat makan barang 1 atau 2 gorengan haha..
-Traveler Paruh Waktu
Takutnya kalau tergoda terus agak leha-leha dan lupa mas hahahhahaha. Fokus jalan dulu sampai lokasi :-D
Hapusbanyak nama air terjun tretes, ini yang paling tinggi :D :D, penasaran jombang, kalian g woro2 sih pas mau kesini
BalasHapusWah bener juga hehheehe.
HapusMas akhir tahun kami budal ke Lamongan, kali aja mau ikut ahhahahhaha
Subhanallah, air terjunnya cakep mas. Pengen lihat langsung, Tp saya ga janji sanggup trekkingnya menuju ke sananya.
BalasHapusKalo trekking-nya bisa naik ojek sampai tempat pembayaran :-D
HapusPohonnya ngeri gitu ya, melengkung.
BalasHapusBtw aku baca ini jadi inget Vlog Alid. hehehehe seru ya jalan bareng
Mas Alid tersangkanya mas hahahhaha. Kita merasa ditipu suruh jalan jauh :-D
HapusKeceeee air terjunnya, sesuai deh dengan hasilnya kalau harus menempuh 3.5 km, sejauh itu kalo bareng temen2 sih asik aja ya
BalasHapusBuat latihan fisik naik gunung merbabu udah pas :-D
HapusSebenernya air terjun ini gak jauh dari tempat tinggalku. Tapi, berhubung di Nganjuk buanyak sekali air terjun, jadinya malah gak sempat ke mari.
BalasHapusWah bisa ini besok mengagendakan ke Nganjuk mas :-D
Hapustrekking di alam bagi saya sih sangat menyenangkan .. apalagi rame2 ..
BalasHapusbtw ... gileee air terjunnya tinggi banget ya ... mungkinkah ini yang tertinggi di jawa .. minimal di jateng :)
Benar kang tinggi banget ini air terjunnya. Oya kang ini di Jatim :-)
Hapussha udah sering liat foto-foto ini seliweran di timeline instagram kayaknya. berasa gak asing :D
BalasHapusSemoga nggak bosan denga foto-foto yang sliweran ahahhahah
HapusSuasana bener-bener masih sejuk dan alami, tapi kayaknya capai juga ya naiknya?
BalasHapusKalau terbiasa jalan nggak terasa capeknya kok.
Hapusya Allah aku pengen banget kesana hiks hiks
BalasHapustiap pulang kampung ngga ada yang mau anter T______T
Ke sana sendiri mbak hahahahha. Bisa nanti gabung dengan rombongan lainnya :-D
HapusSejak berbaju abu-abu putih sering antar teman yg ke sini, meski satu kecamatan, jaraknya lumayan, sekitar 17 km dari rumah (orang tua).
BalasHapusWih saya malah penasaran kalau debit airnya melimpah. Mesti tambah bagus.
Hapus