Mengeksplor Kedung Pengilon, Destinasi Alam Alternatif di Bantul - Nasirullah Sitam

Mengeksplor Kedung Pengilon, Destinasi Alam Alternatif di Bantul

Share This
Air terjun Kedung Pengilon saat sepi pengunjung
Air terjun Kedung Pengilon saat sepi pengunjung
Tahun telah berganti, aku tidak tahu bagaimana keriuhan Kota Jogja semalam. Belum sampai pergantian malam tahun baru, aku sudah terlelap dalam mimpi. Beruntungnya, ketika menjelang subuh sudah bangun. Salat, pemanasan di halaman kos, dan kukayuh pedal sepeda menuju kawasan Bantul. 

Sejak kemarin di linimasaku ada banyak informasi bersepeda. Kupilih bergabung rombongan yang ingin ke Kedung Pengilon. Salah satu curug/air terjun musiman yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tengah Kota Joga, dan paling penting adalah tanjakannya tidak ekstrim. Meski jalanan berlubang.

Laju sepeda cukup kencang, dari Kasongan, sepeda langsung kuarahkan jalan Bibis. Aku sedikit samar, antara ingat dan lupa karena sudah lama tidak main ke Bibis. Tepatnya di Warung Bu Yati; sebuah warung yang menjadi titik kumpul para pesepeda sembari menyeduh teh panas atau sarapan. Pukul 06.30 WIB, sepedaku sudah terparkir di warung bu Yati.
Istirahat di warung bibis bu yati
Istirahat di warung bibis bu yati
Di warung bu Yati kita bisa memilih sarapan. Atau sekadar minum teh hangat. Di sini minuman yang paling khas adalah Wedang Asem. Aku tidak memesan minuman tersebut karena masih pagi. Terlebih perutku agak sensitif kalau minum yang manis & asam.

“Sendirian mas?” Tanya pesepeda lain yang sudah nongkrong di warung.

“Iya pak. Nunggu rombongan,” Balasku sembari berjabat tangan.

Enaknya di warung bu Yati ini adalah komunikasi kita sesama pesepeda seperti sudah akrab. Bahkan kita ngobrol layaknya kawan lama dan baru berjumpa. Lucunya, di sini aku ketemu dengan pesepeda yang sempat menyalipku sewaktu di Wirobrajan.
Menu sarapan di warung bibis bu yati
Menu sarapan di warung bibis bu yati
“Walah mas-nya malah sampai di sini duluan. Padahal tadi kusalip di Wirobrajan,” Katanya tertawa.

Di warung bu Yati aku tidak makan berat. Sementara cukup menyeduh teh panas dan dua buah pisang rebus. Di sini selain pisang rebus, ada juga menu seperti ubi rebus. Jika ingin sarapan nasi, bu Yati sudah mempersiapkan lauk yang bisa dinikmati sewaktu pagi seperti gorengan, tahu bacem, dan lainnya.

Rombongan yang kutunggu sudah datang. Mereka berjumlah enam orang, Mas Fitra, Pak Nano, Pak Willy, dan lainnya bergabung. Mereka menikmati sarapan pagi sembari mengumpulkan tenaga. Tanjakan tepat sebelum warung bu Yati membuat tenaga berkurang bagi orang-orang yang suka sepedaan jalan datar.

Pukul 07.45 WIB, perjalanan dilanjutkan ke Kedung Pengilon. Mas Fitra sendiri yang menjadi petunjuk arah, beliau hafal daerah sini, rumahnya pun tidak jauh dari kawasan Bangunjiwo, Bantul. Kami melintasi jalan yang sebagian besar berlubang. Bagi sepeda MTB, jalan seperti ini menjadi makanan empuk. Namun bagi roadbike, tentu jalan berlubang menjadi tantangan tersendiri.
Rombongan sepeda hore; nanjak dikit wajib nuntun
Rombongan sepeda hore; nanjak dikit wajib nuntun
Air terjun Kedung Pengilon terletak di Bangunjiwo, Kasihan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Jarak dari warung Bibis Bu Yati sekitar 4 kilometer. Ada beberapa rute yang bisa diambil jalannya. Melewati tenggara, masuk desa wisata Krebet, ketemu patung Semar. Atau langsung ke arah barat.

Jika melintasi patung Semar jalannya lebih halus, tapi agak jauh. Kami pilih jalan pintas dan berlubang. Tak masalah, toh sepedaan kali ini kami tidak ada target. Niatnya hanya ingin bersepeda, berfoto, dan kumpul bareng. Aku yang baru kali pertama gabung sengaja di barisan paling belakang.

Sebuah tulisan parkir kendaraan bermotor terlihat. Kami melintasi jalan cor setapak, turun ke bawah sampai pada plang arahan jika kendaraan bermotor tidak diperkenankan turun. Jalan kali ini berbentuk anak tangga. Aku dan lainnya harus menggotong sepeda agar sampai di bawah, dekat curug.

Sayup-sayup terdengar suara air mengalir deras. Dari atas semacam kolam kecil diguyuri air dan berwarna toska. Datang pada waktu musim penghujan menjadi keberuntungan kami. Sebagai air terjun musiman, jika kita berkunjung saat kemarau, tentu tidak bakalan dapat melihat melimpah air seperti sekarang.
Air terjun Kedung Pengilon cukup deras saat musim hujan
Air terjun Kedung Pengilon cukup deras saat musim hujan
Aku pernah sekali menjelajah kawasan di sini, tepatnya ke air terjun Banyunibo. Sayang empat tahun lalu saat ke sini musim kemarau. Sehingga tak terlihat aliran air, semuanya kering. Keenam rombonganku sudah asyik berfoto. Aku mengabadikan dari atas, sedikit juga sempat kubuat rekaman sekadar menyalurkan hobi buat vlog. Hobi baru di tahun 2018.

Destinasi Kedung Pengilon sebenarnya sudah dikelola dengan baik. Tidak ada retribusi masuk, yang ada adalah biaya parkir. Parkir kendaraan roda dua sebesar Rp.3000. Ada dua jalur anak tangga, dan keduanya cukup baik dan memudahkan pengunjung untuk turun.

Jejeran pohon Jati lebat, dan batangnya baru sebesar lengan orang dewasa. Dua buah gazebo kecil dibangun, di sampingnya sudah dipasang tempat sampah. Hal ini mempermudah bagi pengunjung kala membuang sampah ke tempatnya.

Karena Kedung Pengilon biasanya digunakan anak-anak untuk berenang, di sini juga sudah tersedia tempat bilas/kamar mandi. Pada hari-hari tertentu, Kedung Pengilon banyak dikunjungi anak-anak untuk berlibur. Mereka berenang di sekitar air terjun. Bagi yang berenang harus berhati-hati, air di Kedung Pengilon cukup dalam, lebih disarankan menggunakan pelampung.
Teman rombongan sedang asyik berfoto di air terjun Kedung Pengilon
Teman rombongan sedang asyik berfoto di air terjun Kedung Pengilon
Ikutan berfoto di sini biar sah
Ikutan berfoto di sini biar sah
Sebenarnya Kedung Pengilon ini cukup popular dikalangan para pengguna Instagram. Tidak sedikit para pengunjung atau pecinta fotografi mengabadikan momen di sini menggunakan properti-properti tambahan agar terlihat indah saat diabadikan. Dan rata-rata destinasi di Jogja itu pengunjungnya membludak jika sudah ada yang mengunggah di sosial media.

Rombonganku tidak berenang. Kami hanya merendamkan kaki di dalam air, lebih banyak megambil gambar. Mungkin karena masih pagi, sehingga Kedung Pengilon cukup sepi. Hanya rombongan kami bertujuh saja yang bermain. Lebih dari dua jam, kami akhirnya meninggalkan Kedung Pengilon. Dan berpapasan dengan rombongan remaja yang ingin bermain air.

Kumasukkan kamera ke dalam tas kecil, lalu mengayuh pedal mengikuti rombongan di depanku. Daerah Bantul, khususnya yang tidak jauh dari Kedung Pengilon; masih ada beberapa destinasi wisata alam lainnya yang bisa dikunjungi. Aku mulai merencanakan untuk mengunjunginya di tahun 2018 ini. Semoga saja terealisasikan. *Kedung Pengilon, 01 Januari 2018.

Berikut Vlog Gowes Blusukan ke Kedung Pengilon, Bantul

36 komentar:

  1. Aku sakjane pengin ngulang main ke beberapa air terjun musiman di Bantul, soale dulu zonk pas ke Lepo soale pas kemarau hahaha. Kalau kayak gini kan debitnya pas besar, seger lihatnya wkwkwk. Btw, jadi penasaran sarapan di warung Bu Yati, fotonya tampak menggiurkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, ayo dibaleni maneh mas. Mumpung curah hujan masih lebat. Jadi bagus-bagus hehehehhe

      Hapus
  2. Weh kalo kesini gak usah bawa bekal deh dari rumah wkwkw. Itu lauk pauk bikinan bu Yati bikin ngeces deras xD

    Benar-benar kelihatan segar, airnya warna hijau gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bawa bekal uang aja hahahahahha. Mayan lebih simpel :-D

      Hapus
  3. isuk isuk nang air terjun
    mesti adem adem seger nek berendem,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seger mas, mung aku gak pake pakaian ganti ahahhaaha

      Hapus
  4. Wah, iku nek aku jelas bawa baju ganti. Terus nyebur. Byurrr seger mesti. Wkwkw
    Abis berenang, makan di warung bu yati. Kenyang. Mantapp

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kan cukup senang dengan main air kakinya doang ahhahahha

      Hapus
  5. Dulu aku pernah diajak temenku ke sini, tp karena waktunya kurang pas akhirnya gagal.. Dan ini kali pertama aku baca tulisan tentang kedung pengilon.. Ternyata kereeen banget, syaaahduuuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini juga kali pertama aku main ke sini hahahha. Dulu sering diajakin tapi masih males. Nunggu momen pas musim ujan.

      Hapus
  6. Pengilon kayak di Dieng ya namanya, mirip.
    Asli itu ciamik dan jadi mangsa anak-anak Instagramer.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo anak-anak instagram pada bawa properti banyak di sini mas. Memang keren sih kalau bagi mereka yang handal dalam memotret dan peralatan lengkap :-)

      Hapus
  7. Airnya hijau, mesti dalam ini kedungnya. Main ke air terjun emang paling asyik pas musim hujan ya, kalau musim kemarau sering zonk. Btw itu lauk di Warung ngawe-awe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam banget mbak. Antara empat sampai enam meter katanya.
      Wah emang di warung ini paling enak maem hahahahah

      Hapus
  8. Memang paling enak abis capek genjot sepeda eh ketemu sumber air bening kata gitu, andai tak malu bolehlah menumpang mandi haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya pada bawa pakaian ganti mbak. Di sini juga disediakan kamar mandi untuk bilas.

      Hapus
  9. Segar banget air terjunnya tuh.
    Jadi kangen air terjun.
    Kayaknya butuh piknik juga nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Piknik itu murah kok kalau dekat-dekat hahaha. Kita keluar dari rumah, santai di teras pun sama dengan piknik ahhahahha

      Hapus
  10. Aku malah lupa jalan menuju ke sana mas... setahuku agak nyabang jalannya kalau mau ke Pulosari. Di Kedung Pengilon pernah beberapa kali memakan korban, karena memang dalemm, apalagi kalau debitnya lagi banyak musim begini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dekat baget dari warung bibis ini. Iya, memang searah dengan Pulosari. Aku malah belum pernah ke sana. Benar, sempat ada korban tahun lalu kalau tidak salah. Kudu hati-hati di sini demi keselamatan.

      Hapus
  11. foto yang mas nasrul itu, kalau gatau foto yang atas, pasti ngira tempat fotonya dalem. padahal enggak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. maksudnya yg ada batunya itu loh mas, hehehe

      Hapus
    2. Oalah ahahhaha, iya teh kalau yang di sana nggak dalam.

      Hapus
  12. seru kalau sepeda rame2 ... kenapa ngga sekalian aja pada nyemplung ... mumpung air terjunnya lagi ga rame :)

    BalasHapus
  13. Wah, lama di Jogja tapi baru tau kalo ada Kedung Pengilon ni.. hadehh..
    Seru bung perjalanan sepedaannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sekitar Pengilon juga ada beberapa curug lagi kok

      Hapus
  14. Jadi pengen pit-pitan kie.. sayang ora ndue pit.. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tumbas seng murah-murah wae mas. Dana 1.8 udah dapat bagus kok tapi stok lama.

      Hapus
  15. Menu makanan di warung Bu Yati kayaknya enak enak juga tuh..

    BalasHapus
  16. wow, seger sekali kayaknya mas. saya malah belum pernah, pdhal lumayan deket.hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena ini adalah curug musiman, lebih baik ke sininya pas musim penghujan mas

      Hapus

Pages