Jembatan panjang di Pantai Kutang |
Pikiranku masih tertuju di Monumen Kapal Van Der Wijck saat mobil melaju kencang menuju destinasi selanjutnya. Sesekali mataku fokus melihat layar gawai, terpampang jarak lebih dari 10 KM lagi untuk sampai di pantai yang kami tuju.
Di dalam mobil, Aya mengatakan jika pantai yang kami tuju lebih bagus jika dikunjungi kala sore ataupun pagi. Kami tidak punya banyak waktu, siang terik pun tak masalah. Toh yang paling penting kaki-kaki ini sudah memijakkan tapaknya di pantai tersebut.
Ruas jalan berganti jembatan panjang, jalanan lumayan ramai. Tepat di belakang kami, satu mobil lagi terus menguntit dengan menjaga jarak.
“Di depan nanti ada pertigaan, belok kanan,” Terangku sembari menatap peta di gawai.
Sebuah gapura belum sepenuhnya jadi bertuliskan Pantai Kutang dengan penyanggah bambu. Arah yang benar, aku menutup aplikasi peta. Jalur hanya ada satu, memudahkan kami yang masih buta rute.
Embusan angin dari jendela mobil yang terbuka mengirimkan pesan kami dekat pantai. Jalan makin kecil, namun banyak kendaraan yang menuju arah sama. Benar adanya, di depanku adalah area parkir pantai Kutang.
Akhir pekan pengunjung pantai Kutang membludak. Jembatan panjang warna-warni terbentang panjang, penuh dengan kumpulan para pengunjung. Aku menepi ke arah petakan pasir putih, memotret jembatan panjang penuh warna. Seperti kata Aya, siang hari bukan waktu tepat berkunjung ke pantai.
Cat jembatan pantai Kutang beragam |
Tak masalah pengunjung membludak, toh kami di sini sudah sepakat mampir sesaat. Tidak menghabiskan waktu sampai sore. Bibir pantai disusun beton-beton besar agar abrasi tidak meluas. Di sudut yang lain, sedikit rimbun hutan mangrove.
Jembatan kayu membentang menjadi akses menuju ujung pantai yang pasir putih. Corak cat mengkilap dengan berbagai warna. Aku pastikan jembatan ini baru selesai dicat. Tentu warna-warni cat pada jembatan menarik perhatian kawula muda.
Aku mengenal pantai ini berawal dari postingan Aya di blog. Lalu kami sepakat saat berkunjung ke Lamongan minimal singgah di sini. Wacana tersebut terealisasikan, biarpun saat berkunjung benar-benar ramai dan waktunya siang.
Pengunjung pantai Kutang saat siang |
Terik matahari sepertinya tidak membuat para wisatawan terganggu. Mereka berombongan meniti jembatan panjang sampai ujung. Lebih banyak lagi yang sekadar berkumpul di tengah-tengah, lalu berfoto. Pantai Kutang sedang ramai-ramainya dikenal khayalak umum.
Pantai yang berada di dusun Kentong, desa Labuhan, kecamatan Brondong ini namanya yang disematkan cukup menggelitik. Kutang dalam Bahasa Jawa berarti bra; pakaian dalam yang dikenakan wanita dewasa.
Saking menggelitiknya, aku lekas mencari informasi kenapa Kutang disematkan sebagai nama pantai. Di salah satu artikel jurnal, penamaan Kutang ini konon pada masa dahulu banyak pengunjung ke sini, dan tidak sedikit yang meninggalkan bra di pantai ini. Entahlah, memang seperti itu ceritanya.
Terlepas dari asal usul penamaan pantai Kutang, sejak tahun 2015 pantai ini mulai dikenal wisatawan. Adanya sedikit hutan mangrove di ujung serta pasir putih di sudut lain menjadi magnet tersendiri. Bagi wisatawan, bermain pasir putih di pantai tentu hal yang menyenangkan.
Air di pantai Kutang sedang surut |
Aku ditemani Tyo (anak terakhir Mak Indah Juli) menapaki jembatan kayu. Rombongan kami masih jauh di belakang. Mereka asyik berfoto, sementara misiku adalah menuju ujung jembatan, turun dan memotret aktivitas wisatawan yang berenang dan main pasir.
Berjalan di jembatan dengan ramainya pengunjung tentu tidak mudah. Embusan angin kencang, serta di berbagai titik banyak anak berkumpul foto sembari menutupi jalan. Mau tidak mau langkahku tersendat. Sementara Tyo masih protes tidak bisa main air.
“Jadi kita nggak main air, Om Sitam?”
“Enggak bisa, Tyo. Kita hanya sebentar di sini.”
Aku bisa melihat raut wajahnya mulai berubah. Sembari menghiburnya, aku menyempatkan memotret. Sejauh mata memandang, yang ada di jembatan kayu adalah wisatawan berfoto. Sesekali aku berpapasan dengan muda-mudi yang melakukan siaran langsung di Instagram.
Di ujung jembatan yang ingin kutuju tampak bentangan pasir serta pepohonan yang membuat tempat ini menjadi teduh. Ingin rasanya aku cepat sampai ujung, segalanya kutangguhkan saat melihat anak kecil yang bersamaku mulai kecapekan. Sebelum dia mengajak balik, aku memotret bibir pantai tersebut.
Bentangan pasir di sudut lain pantai Kutang |
Geliat masyarakat sekitar dalam memajukan pantai Kutang untuk lebih baik terasa. Selain makin banyaknya warung tersebar, adanya MCK, serta tanah lapang untuk lahan parkir. Masyarakat setempat juga membuat kertas retribusi biaya masuk.
Salah satu yang kusoroti di sini adalah jalan menuju lahan parkir yang masih tanah dan bergelombang. Harapanku nantinya hasil dari retribusi serta bantuan pemerintah setempat membuat jalan lebih baik. Tentu semakin terkenalnya pantai Kutang bisa menjadi aset wisata bagi Kabupaten Lamongan.
Setiap ada daerah yang berpotensi menjadi destinasi wisata, di sana ada potensi lain untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Masyarakat setempat bisa membuat warung kuliner, membuat penginapan, atau menghasilkan sovenir yang bisa dijual pada wisatawan.
Tidak berapa lama, panggilan untuk segera meninggalkan pantai tertuju padaku. Kami di sini tidak lebih dari satu jam. Ada teman lagi yang harus kami jemput di kota sebelah (Tuban). Selain itu, masih ada rencana mengunjungi kelenteng di Tuban.
Sebelum meninggalkan pantai Kutang, aku masih sempat mengabadikan teman-teman seperjalanan. Walau hanya sekadar singgah di pantai, mereka cukup menikmati perjalanan kali ini. Sama seperti di Jombang, perjalanan di Lamongan hanyalah misi untuk berkumpul bareng dengan teman-teman yang cukup lama tidak bersua.
Teman trip tanpa deadline saat di Lamongan |
Ada pemandangan yang tidak kulupakan saat di pantai Kutang. Di sini ada banyak layang-layang beterbangan. Sedari tadi, tiap aku melihat ke atas, pastinya ada layang-layang. Angin kencang membuat anak-anak antusias menerbangkan layang-layang.
Selain anak-anak, para orang dewasa juga tidak mau ketinggalan. Seperti dua ibu yang berada tidak jauh dari lokasi parkir. Mereka berdua berusaha menerbangkan layang-layang. Sesekali terdengar suara tawa kencang, mereka kegirangan.
Bermain layang-layang di lahan parkir |
Bergegas kami meninggalkan pantai Kutang. Meninggalkan keramaian pengunjung yang serasa tak ada habisnya berdatangan ke pantai ini. Seperti yang sudah aku ucapkan diawal tadi, jika kalian ingin menikmati keindahan pantai Kutang. Kalian lebih baik datang pagi atau malah saat senja. Tentu pemandangannya jauh lebih indah.
“Jadi kita sunset-an di mana?” Ucapan teman memecah keheningan.
“Di mana saja boleh, yang penting kita bersama,” Sahut lainnya.
Kulirik jalanan yang tetap ramai. Sedikit demi sedikit kami meninggalkan Lamongan. Di depan kami sekarang adalah Kabupaten Tuban. Mungkin kali ini saatnya menjelajah beberapa destinasi wisata di Tuban. Aku tidak sabar menjelajah kabupaten ini. *Pantai Kutang; Sabtu, 23 Desember 2017.
Heuheuheu, ngapain coba, jaman dulu kala pada ninggalin kutang di pantai....
BalasHapusAhahahha, harusnya cukup ninggalin kenangan aja ya mas kakakkaka
HapusSebelumnya pernah baca ttg pantai inj di blog temen. Aku lgs tertarik pas denger namanya, pantai kutang :p. Bener2 bikin penasaran untuk datang kesana jadinya :D. Menarik sih, ada jembatan yg dicat warna warni gitu pula.. Kako utk berenang, aku dipastikan ga akan berminat main air di pantai manapun :p. Tp sekedar meliat aunset, sunrise ato hanya minum es degan di warung2nya sambil melihat ke pantai, aku seneng banget :D
BalasHapusWaktu yang pas ke sini memang saat menjelang senja mbak. Ada beberapa foto teman pas senja di sini, bagus banget.
HapusPas temenku ke sini juga awalnya kaget. Hah kutang? Serius?
BalasHapusTapi pas itu masih sepi haha
Sekarang sudah ramai banget ahahahhah
HapusJembatannya unik, warna-warni
BalasHapusNamanya pantainya juga sesuatu, hahaha
Tapu skrg gak pada ninggalin kutangbkan ya? Kesian yg bersihin
Sekarang nggak lah, yang kudu diedukasi sekarang adalah bagaimana pengunjung bisa membuang sampah pada tempatnya
Hapusbukan tipikal pantai yang saya bayangkan.. :)
BalasHapusbiasanya pantai itu hanya ada pasir dan laut, tidak ada jembatan..
nah, saya bayangkan kalo sore, foto di atas jembatan itu pasti sangat cantik, atau pagi.. :)
Sekarang banyak pantai yang ditambahi jembatan, terlebih di pantai-pantai yang ombaknya kecil.
Hapuslamongan ... saya ingetnya hanya soto lamongan ... ternyata sekarang ngetop sama kutang juga ... hahaha ...
BalasHapusbtw .. jembatan kayunya keren, memang pasti lebih kece kalau difoto waktu pagi atau sore.
Hahahahha, banyak hal yang bisa dijelajahi selama di Lamongan, kang.
HapusHahaha... kira-kira sampai saat ini masih ada gak ya yang suka ninggalin kutang di pantai ini?
BalasHapusSepertinya sudah tidak ada, kalau ada malah nyampah ahahhahaha
HapusHaha,, unik juga ya namanya... Misteri apa yang terselubung dibalik para mudi-mudi dulu suka meninggalkan kutang di sana ya? :V
BalasHapus-Traveler Paruh Waktu
Kalau penasaran, bisa singgah ke sini mas hahahahha
Hapusmas.mau tanya, apa akses jalan untuk bis besar bisa masuk,terimakasih infonya
BalasHapusBisa, mobil kami masuk sampai parkiran kok. Mungkin nanti kalau naik bus ditempatkan sekitar 150 meter sebelum lokasi penarikan tiket, jalan ke jembatannya sekitar 200 meteran.
Hapus