Cold Black, minuman yang direkomendasikan kala main di Culturehead |
*Catatan: Culturehead sudah tutup. Kali ini menjadi satu dengan Lantai Bumi Coffee di sekitaran Pandega Karya.
“Sekilas mirip kedai kopi Lantai Bumi,” Celetukku kala masuk ke Culturehead Coffee di area jalan Kaliurang.
Aku pernah singgah di kedai Lantai Bumi sewaktu bersua dengan teman bloger. Hanya saja saat itu aku sedang berpuasa, sehingga tidak sempat mencicipi kopinya. Kali ini, kami sengaja ingin berkumpul di Culturehead atas rekomendasi teman-teman ngopi tiap pekan.
Sewaktu luang, aku coba melihat postingan instagram kedua kedai kopi ini. Nyatanya di beberapa unggahan ada sosok-sosok yang sama. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kedua kedai tersebut satu manajemen.
Sewaktu luang, aku coba melihat postingan instagram kedua kedai kopi ini. Nyatanya di beberapa unggahan ada sosok-sosok yang sama. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kedua kedai tersebut satu manajemen.
Tulisan berukuran sedang terpampang jelas bertuliskan “Culturehead”. Lokasinya di dekat Kopi TM, tepatnya di jalan Pandega Karya. Satu jalur jalan tersebut sudah ada tiga kedai kopi cukup besar. Malahan, ketiga kedai kopi ini lokasinya hanya sepelemparan batu.
Sekitaran UGM cukup mudah ditemukan kedai kopi. Saking banyaknya, aku sendiri baru beberapa kedai yang sempat dikunjungi. Salah satunya Antologi Coffee. Menarik rasanya melihat perkembangan kedai kopi di daerah sini.
Dinding gelap dengan cahaya lampu putih di sudut-sudut ruangan |
Nuansa temaram dengan balutan tembok hitam tersaji. Sejurus aku menyapu pandangan, melihat kondisi kedai yang luas ini. Mata menyapu segala penjuru, khususnya mencari meja yang kosong. Dua kali ke sini, dengan orang sama.
Di tiap sudut terdapat figura dengan foto yang menarik. Sudut ini cukup bagus untuk berfoto saat siang. Tak hanya memanfaatkan dua ruangan (bebas rokok dan ruang rokok). Di teras dekat pintu masuk juga didesain menjadi meja tinggi seperti meja-meja di bar.
Aku mulai melihat menu yang ada sembari tanya minuman apa yang paling direkomendasikan oleh kedai ini. Pramusaji menyarankan aku mencicipi Cold White. Kali datang kedua aku mencoba Cold Black.
Dua kali berkunjung ke Culturehead, pramusaji dan baristanya orang yang sama. Sempat kuberkenalan dengan baristanya yang bernama Yabes. Barista berbadan tanggung dengan rambut gondrong dan tato di lengannya.
Pramusajinya sendiri perempuan. Aku tidak tahu namanya, hanya sempat tahu akun instagramnya kala melihat postingan di akun Instagram Culturehead. Keduanya juga ramah saat menyapa pengunjung.
Seorang pengunjung sedang memesan minuman |
Sebagian tempat duduknya sofa, kursi panjang, dan sebagian lagi yang berada paling depan deretan meja kayu panjang yang bisa dilengkapi enam kursi. Kali ini aku duduk di kursi kayu, niat ke sini ingin menyelesaikan artikel yang sempat tertunda.
Ruangan yang tergabung dengan barista merupakan bebas rokok. Bagi kalian yang ingin ruangan merokok, di ruang sebelahnya. Hanya tersekat pintu kecil. Cukup luas juga ruangannya, namun lebih luas yang area bebas rokok.
Bersantai, mengerjakan tugas, main gawai, dan menyendiri; itulah ragam pengunjung kedai kopi. Rata-rata mereka adalah kawula muda yang menghabiskan waktu bersama teman dan pasangan. Aku di sini berempat ditemani Mak Indah Juli, Aqied, dan Ardian.
Barisan meja kursi untuk pengunjung kedai |
Kusempatkan berkeliling dan memotret sudut-sudut kedai. Baluran cat hitam dengan lampu tepat di figura seakan-akan ingin menonjolkan sudut ini menarik untuk diabadikan.
Kunjungan pertama ke sini, aku mencicipi Cold White. Rasanya terlalu manis menurut lidahku. Jika pengunjung suka dengan minuman yang manis, Cold White bisa menjadi pilihan. Rasa susunya lebih dominan.
Tempat asyik bagi yang hanya ingin sekadar santai |
Aku paham, pengunjung kedai kopi belum tentu semua suka kopi. Pun dengan yang suka kopi, tiap orang mempunyai selera berbeda. Biarpun pesannya sama, diracik barista berbeda, rasanya juga berbeda.
Karena tiap waktu sering kumpul ngopi bersama. Aku sedikit paham dengan selera teman kala nongkrong. Sesekali obrolan sewaktu kumpul adalah mengutarakan rasa kopi pesanan yang sama antara kedai A dan B. Pun dengan barista A dan B. Sedikit obrolan tersebut menambah wawasanku tentang kopi, barista, dan rasa.
Sebelum dilibas habis, sempatkan memotret dulu |
“Nyicil draf artikel,” Jawabku.
Sementara aku asyik melanjutkan tulisan artikel, Mak Indah Juli sendiri bergelut dengan berkas kertas revisi project-nya. Kami larut dengan pekerjaan masing-masing. Aqied yang datang menyusul meminjam kameraku; dia memotret minuman yang dipesannya sembari menunggu Ardian datang.
Selain asyik melanjutkan artikel yang tertunda, aku sempatkan mengakses internetnya. Untuk sekadar berselancar, berbalas komentar blog, dan main media sosial, di sini cepat. Jika untuk mengunduh file agak terasa kurang menurutku.
Sesekali bekerja di kedai kopi |
Di kedai kopi Culturehead kami hanya beberapa jam saja. Tujuannya memang hanya berkumpul, mumpung sebelum di sini kami sedang ada acara di luar. Daripada langsung pulang, kami sempatkan untuk bersua, menyicil pekerjaan, dan tentunya melanjutkan agenda #NgopiTiapPekan. *Culturehead Coffee; Kamis, 31 Mei 2018.
Tahun 2019, kedai kopi ini tutup. Tertera keterangan pada Google Maps jika Culturehead tutup permanen.
Pemutrakhiran Informasi
Tahun 2019, kedai kopi ini tutup. Tertera keterangan pada Google Maps jika Culturehead tutup permanen.
pengen posting ini juga ah, tar headernya pake foto yg di meja bar.
BalasHapusNdang ditulis, kan sekarang sedikit lebih luang waktumu hahahahhahh
HapusPadahal mau komen, ini ke kedai kopi tumben pakai kemeja :p
BalasHapusEh jebul sebelumnya ada acara. Eh, mbak yang di kasir cantik :))
Dulu sudah pernah pakai batik, sekarang pakai kemeja panjang. Besok entah pakai apa hahahahaha
Hapusaku tertarik ama menu makannya mas ;p.. kok kayaknya enak banget itu.. agustus 16-18 nanti aku mau ke solo, tp udh planning mau singgah jogja buat kulineran :D.. kayaknya bisa lah aku ksh tau temen2 ttg tempat ini.. coffee shop di jogja sekarang sama bnayaknya kayak jakarta ya... perasaan adaaa aja yg baru
BalasHapusWah main ke Jogja juga mbak. Kali aja kita bisa kopdar kalau nggak lagi keluar kota ahahahhahah
HapusBerawal dari liat #NgopiTiapPekan, berlanjut ke blog walking ke sini, dan berakhir dengan nyeduh kopi sendiri. Kopi pahit, tanpa gula, hehe.
BalasHapusMas, saya beberapa kali ke Jogja tapi sama sekali belum pernah coba kedai kopi di sana. Entah ya, mungkin ngerasa 'kurang Jogja' aja kalau 'ngafe' di sana. Haha. Biasanya liburan pendek soalnya, atau bahkan transit bentar. Makanya, dengan waktu sebentar ini, rasanya sayang kalo ngga ngopi (yang sebenernya lebih nimkatin suasana) di angkringan. Hehe. Nanti kalo lebih panjang waktu di Jogja, boleh lah saya icip-icip kedai kopi :)
Benar mas, bagi wisatawan yang main ke Jogja; kopi di angkringan jauh lebih menyenangkan dibanding kedai kopi seperti ini. Karena tujuan mereka mencari suasana Jogja yang sederhana.
HapusBagi kami yang memang tinggal di Jogja, kami cari tempat seperti ini agar bisa bersantai, kalau bisa sekalian nyicil tulisan. Tidak hanya nongkrong saja heheheheh. Malahan seringnya kami kumpul, ngobrol bentar, tenggelam dengan kesibukan masing-masing, dan pulang :-D
JOgja semakin luar biasa perkembangannya ya Mas. Terutama tempat nongkrongnya, semakin banyak aja.
BalasHapusBtw, nama Mbak pramusajinya siapa Mas. Masa cuman baristanya aja yang disebutin. hahaha
Mbak pramusaji udah tahu namanya mas. Hanya lebih baik dirahasiakan buahahahahahha
Hapusjarang jarang nih ketemu pramusaji kedai kopi cewek, kebanyakan cowok, heuheuheu
BalasHapusnaksir botol cold black nya nih....
Di Jogja banyak yang cewek kok mas. Piye, mau main ke Jogja kah ahahahhah
HapusWahh anak anak kuliahan jadi makin banyak opsi buat ngerjakan tugas yaa
BalasHapusIngat, untuk sementara kamu sudah nggak kuliah lagi. Tapi boleh kok main ke sini sama dedek-dedek ahahahahha
HapusHmmmm, aku belum pernah ke sini ya sama #ngopitiappekan :D
BalasHapusWaktu sama kamu, kita main di kedai kopi dekatnya mas ahahhahahha
HapusWah ada agenda ngopi tiap pekan segala mas? Menarik juga :D
BalasHapusEntah di foto ke berapa, ada sosok mbak-mbak yang duduk sendiri pakai laptop warna merah--gagal fokus
Agenda ini cuma buat iseng-iseng aja kok. Biar kalau ada teman yang bingung nggak ada kerjaan bisa ditemani.
HapusSaya pun tidak terlalu suka rasa manis. Apalagi kopi memang lebih enak kalau masih ada rasa pahitnya. Meskipun saya agak mikir kalau minum black coffee. Masih belum terlalu berani juga :)
BalasHapusHehehehhe, sedikit demi sedikit lidah ini sudah mulai terbiasa dengan rasa pahit. Kalau manis dikit aja rasanya udah kemanisan
HapusLetak strategis dekat kampus, mantapp dan pramusaji nya tau lah maksud gua ckck
BalasHapusCocok buat nongkrong terus hahahahahhaha
HapusWahhh cakep cakep pramusaji nya ya mas, jadi makin betah dan gamau pulang nih hha :v
BalasHapusSitu malah fokus sama pramusajinya ya. Mbok fokus sama kopinya ahahahah
Hapussaya udah pernah nobain cultureheaad ya lumayan buat ngopi ngopi sambil buka laptop, lumayan cozy tapi masih suka lantai bumi sih, mereka ownernya sama mas...
BalasHapusKalau dari kantor lebih dekat ke Lantai Bumi sebanrnya. Cuma agak gimana gitu mbusuk-blusuk di Pogung. Biasanya kalau bareng teman ke CH, lebih mudah ngasih tahunya hahhahha
Hapushhmmtt...pas kapan iku aku ditinggal #ngopitiappekan :D
BalasHapusAhahahahaha, salahe ngabari telat hahahahaha. Suk ngopi bareng wae ben impas ahahahhah
HapusSeems cozy place,,
BalasHapusTapi kalo untuk foto-foto kurang ok ya,, pencahayaannya temaram dan cenderung kuning.
Sebenarnya kalau mau untuk foto, pas ke sini lebih baik siang sampai sore. Kalau malam memang pencahayaannya kurang. Bisa diakali dengan flash kamera sih kalau mau
HapusRekommended bwt dicoba saat dtg k Yogya. Mampir jg d blog sya bang www.lazwardyjournal.com Thanks
BalasHapusSilakan dikunjungi pas main ke Jogja mas
Hapus