Jembatan Mangrove Grand Maerakaca Semarang |
Bergegas bapak ojek online turun, beliau menjelaskan jika nyasar. Lokasi Grand Maerakaca sudah kami lewati, hanya saja aku maupun pengendara ojek online tidak paham. Jadi motor melaju ke tempat pembangunan tepat di jembatan.
Sembari memutar kembali, bapak ini meminta maaf padaku karena tidak hapal lokasi Grand Maerakaca. Sebelumnya, aku memesan ojek online dari Kawasan Terminal Terboyo menuju Grand Maerakaca. Destinasi wisata yang mulai menggeliat dikunjungi wisatawan.
Motor berhenti di plang tulisan Grand Maerakaca. Seraya mengucapkan terima kasih, aku melangkah masuk. Petugas di depan sudah menunggu calon pengunjung. Seingatku, masuk ke Grand Maerakaca membayar 20.000 rupiah. Di belakang, mobil, bus, dan kendaraan roda dua antre masuk.
Kususuri jalanan menuju gerbang Grand Maerakaca. Sisi kanan dimanfaatkan sebagai area parkir. Melewati jembatan kecil, di depan tulisan besar “Grand Maerakaca; Taman Mini Jawa Tengah.” Tulisan tersebut menjadi titik kumpul para wisatawan berfoto.
Berfoto di depan tulisan Grand Maerakaca |
Aku kira sudah tidak ada lagi pemeriksaan. Bergegas aku ambil tiket dan menyerahkan pada petugas. Sejenak perjalananku tertahan, beberapa menit kemudian beliau mempersilakan aku melanjutkan perjalanan.
Grand Maerakaca merupakan perubahan nama dari Puri Maerakaca. Lokasinya tidak jauh dari pantai Marina di Kawasan Tawang Mas Semarang. Taman ini diresmikan oleh Gubernur pada tahun 1980an. Tempat ini mendapatkan julukan Taman Mini Jawa Tengah karena dilengkapi bangunan khas dari tiap kabupaten di Jawa Tengah.
Tidak hanya adanya anjungan dari tiap kabupaten di Jawa Tengah. Miniatur destinasi wisata andalan Jawa Tengah juga tidak luput dibuat untuk ajang pengenalan pada wisatawan. Pun dengan wahana, ada banyak wahana wisata yang ditawarkan, sehingga para wisatawan bisa memilih yang diinginkan.
Di setiap anjungan sudah ramai orang yang berkunjung. Tidak hapal semua tempat yang kulewati, sekilas kubaca Boyolali, Klaten, Wonogiri dan kabupaten lainnya. Sampai akhirnya aku di depan miniatur Menara Kudus.
Miniatur Menara Kudus |
Grand Maerakaca kembali menjadi destinasi wisata populer di Jawa Tengah setelah kehadian media sosial yang mempromosikan berkali-kali. Sebelumnya, tempat ini sedikit terlupakan. Kalaupun ada pengunjung, tidak lebih mereka anak-anak sekolah yang studi banding.
Media sosial memang dapat menghidupkan kembali tempat yang awalnya senyap. Faktor spot foto bagus menjadi hal yang paling mutlak. Selain itu, kawula muda yang tidak bisa terlepas dari media sosial menjadi faktor kunci lainnya.
Aku berdiri di gapura yang tidak asing bagiku. Gapura yang mirip di Jepara. Di balik gapura terdapat rumah joglo penuh pernak-pernik berkaitan dengan Jepara. Tentu tidak ketinggalan Kain Troso dan kerajinan Monel.
Gerbang di miniatur rumah Jepara |
Rombongan yang lewat menyempatkan singgah. Sebagian lagi berfoto di rumah Joglo. Di depan, tepatnya di gapura juga sudah ada kawula muda yang mengabadikan diri berlatarkan gapura. Aku masuk ke dalam joglo, gantian dengan rombongan yang sedari tadi foto di depannya.
Tujuanku kali ini adalah berkunjung ke spot favorit para kawula muda. Spot foto yang berada di jembatan mangrove. Foto-foto ini menyebar di media sosial dan membuat Grand Maerakaca menjadi “hidup” kembali.
Plang tulisan mangrove tertanam di seberang rumah Joglo Jepara. Menariknya tulisan yang di plang adalah Mangrove Karimunjawa. Apa mungkin penulisan nama Mangrove Karimunjawa tersebut hanya kiasan saja. Atau memang menyematkan kata tersebut agar pengunjung tahu jika di Karimunjawa ada destinasi wisata mangrove-nya.
Jalan setapak menyeruak di antara rimbunnya Bakau yang menjulang tinggi. Di dalam ternyata sudah ramai. Jalan kecil ini mengantarku pada jembatan bambu. Pengunjung yang meniti jalan di jembatan ramai.
Swafoto di Jembatan Mangrove Grand Maerakaca |
Demi melampiaskan rasa penasaran, aku berbaur dengan para pengunjung yang berjalan di mangrove. Tidak sedikit dari mereka duduk di tepian jembatan sembari berfoto. Bagi yang berjalan di jembatan harus hati-hati, karena banyak orang yang sekadar duduk dan swafoto.
Wahana lain yang mungkin bisa dijajal adalah naik perahu. Berkali-kali aku melihat perahu berlalu-lalang dari arah mangrove. Pengelola memanfaatkan mangrove sebagai tempat rekreasi naik perahu.
Hilir-mudik pengunjung naik perahu di depanku. Mereka menikmati waktu akhir pekan bersama keluarga maupun orang terdekat. Ukuran sampan beragam. Ada yang hanya kecil dan menampung dua orang, atau yang besar untuk satu keluarga.
Aliran air yang tenang membuat para pengunjung tidak takut mendayung sampan. Aku tidak tahu kedalaman air di sini. Sepengelihatanku belum ada sampan yang kandas. Bagi yang bareng keluarga, bisa coba naik sampan atau yang berbentuk semacam bebek.
Wahana lain yang bisa dicoba adalah main perahu |
Hampir dua jam aku di sini. Bergegas aku keluar menuju jalur yang sama. Di area luar, para penjual cinderamata berjejeran. Mereka menjajakan barang dagangannya. Aku rehat sejenak, melepas lelah setelah memutari area Grand Marekaca.
Tenaga sudah pulih, aku berjalan keluar mencari tempat makan. Angkringan di pojok jalan menarik perhatianku. Di angkringan, aku melahap dua nasi bungkus beserta lauk. Setelah itu langsung memesan ojek online menuju pusat Kota Semarang. Di sana, aku sudah berencana ke kedai kopi bareng Mbak Devi dan Mbak Olip. *Grand Maerakaca; Sabtu, 17 Maret 2018.
Yang bikin iri itu foto yang di Jembatan Mangrove Grand Maerakaca ... apik syekaliiiiiii!
BalasHapusdan jembatan tersebut yang menjadi spot favorit para pecinta swafoto :-D
HapusLokasinya memang deket banget sama Pantai Marina mas? Kok bisa ada kawasan mangrovenya di dalam Maerakaca ini?
BalasHapusMangrovenya memang ada sudah lama kok mas.
HapusBetul Mas, karena medsos banyak tempat-tempat wisata yang tadinya sempat mati suri tapi bisa kembali hidup karena media sosial.
BalasHapusSemoga bisa diterapkan di Cilacao mas. Itu benteng pendem sayang kalau hanya seperti itu saja
HapusLokasinya gampang dicapai kah, mas?
BalasHapusNaik transportasi daring tinggal duduk sampai hahahahah
Hapussemacam TMII gitu ya...
BalasHapusIya mas, keren kan hahahaha
Hapuscuman 1 kata
BalasHapuskerennnn
andai setiap propinsi bikin gini
kekayaan daerah bisa terjaga lah ya
hehe
Menarik kalau tiap propinsi ada seperti ini, jadi bisa buat belajar para siswa
Hapuswah maerakaca, aku dulu taunya cuma hutan mangrove nya aja mas.
BalasHapusternyata di dalamnya itu kaya taman mini ya. cocok buat wisata edukasi.
seger pula di dalemnya adem, banyak pohon-pohon.
jadi mau ke Semarang lagi >.<
Ayo ke Semarang lagi mbak hahahhaa.
HapusTinggal jelajah daerah-daerah sekitarnya
Dulu waktu SD pernah kesini, tp udah byk yg lupa sih, cm dulu blm ada jembatan mangrove itu kayaknya deh.. Eh tp lupa ding 😂
BalasHapusJembatannya baru, dulu hanya mangrove biasa
HapusUsually, I never comment on blogs but your article is so convincing that I never stop myself to say something about it. You’re doing a great job Man. Best article I have ever read
BalasHapusKeep it up!
*noted* nih kalo main ke semarang
BalasHapusBisa banget itu mas heheheh
Hapusmedsos emang pengaruh banget ya buat populerin tempat2 wisata, termasuk tempat wisata yang sebelumnya terbengkalai.. cukup ditambahin spot2 foto kece dan share di medsos, viral, rame deh.. hehe...
BalasHapus-Traveler Paruh Waktu
Memang berpengaruh cepat mas, tapi kudu ada tambahan fasilitas lagi. Kalau sekadar untuk spot foto, kurang asyik bagi yang ingin banyak belajar tentang Jawa Tengah
Hapuswah ternyata tempat lama yang hampir terlupakan, untung bisa mengikuti kekinian .. buat spot2 foto kece dan promosi medsos .. jadi ramai lagi :)
BalasHapusHarapannya bukan karena spot kekinian yang dicari, tapi karena informasi tiap potensi di kabupaten di Jawa Tengah
Hapus