Mural yang ada di dinding Stereos Coffee Jogja |
Aku pernah tersesat di gang daerah Pogung, waktu itu sengaja bersepeda sore. Di dalam gang, aku kebingungan. Semacam labirin, akhirnya tersesat sampai halaman rumah warga. Jalan buntu. Sampai sekarang, daerah Pogung yang menjadi patokanku adalah jalan Pandega Marta. Jalan yang menghubungkan dari Ringroad (Jl. Padjajaran) menuju Jalan Monjali.
Rutinitas #NgopiTiapPekan kembali berjalan. Selepas lebaran, kumpul ngopi bareng sedikit jarang. Teman-teman mulai sibuk dengan aktivitasnya. Biasanya kami tidak kumpul lengkap, kadang malah sendiri-sendiri.
“Kita coba Stereos Coffee saja. Daerah Pogung.”
Kami sepakat kumpul di Stereos Coffee. Kedai kopi ini berada di Jl. Pandega Marta No.29, Caturtunggal. Lokasi yang dekat dari tempat kerjaku. Namun kami ke sini selepas magrib. Aku sendiri tidak mengayuh sepeda, kali ini memanfaatkan transportasi daring.
Cukup gampang mencari Stereos Coffee, selain plang besar ada di sudut kanan jalan. Tempat ini juga satu lokasi dengan Martabak Pandega & Dimsum Mbledos. Kuliner satu ini cukup terkenal di Kawasan Pogung.
Kesan pertama sampai di Stereos Coffee adalah tempat ini sangat luas. Teras depan dijadikan tempat terbuka dengan meja dan kursi tinggi mirip di bar. Balutan kayu berwana cokelat tua berpadu dengan lantai keramik putih serta tembok yang tidak dilabur.
Teras depan, tempat favorit nongkrong |
Seluruh dinding lebih banyak menggunakan kaca. Tembok semen dari dasar tingginya kurang dari satu meter. Kaca-kaca bersekat membuat bagian nuansa transparan.
“Selamat malam mas, minuman apa yang mau dipesan?”
Seorang perempuan pramusaji menyapa saat berada di dekat meja kasir. Aku menjawab jika nanti memesannya. Kuhampiri Aqied yang sudah ada di sofa ujung ruangan. Dia sudah datang lebih dulu.
Pengunjung kedai kopi yang antri memesan minuman |
“Kamu pesan apa, Qied?”
“Gayo Wine.”
Ini artinya aku harus memesan minuman yang lain. Seperti di kedai-kedai sebelumnya, rata-rata kami memesan minuman yang berbeda. Jika ingin menyicipi, tinggal ambil sekali seduh pesanan teman.
Kembali aku mengantre di meja kasir. Aku ingin mencicipi Americano. Biarpun sedikit flu, tapi tetap memesan yang dingin. Sembari memesan, aku meminta izin memotret daftar menu.
Stereos Coffee merupakan kedai kopi baru di area Pogung. Kedai ini mulai ada sekitar empat bulan yang lalu. Di bagian depan terpampang jam buka mulai pukul 12.00 WIB, sementara pesanan terakhir dilayani pukul 23.30 WIB.
Daftar menu dan harga di Stereos Coffee Jogja |
Di sini ada empat barista yang bekerja, ditemani dengan seorang pramusaji. Salah satu barista yang ada di sini bernama Mas Damar. Beliau ternyata sudah kenal dengan Aqied. Mas Damar kenal dengan Aqied kala beliau masih menjadi barista di Dongeng Kopi.
Ini artinya, keduanya juga satu mitra dengan Mas Lukas yang sekarang menjadi barista di Rumah Lama Kopi. Kami berbincang agak lama, terlebih kami sama-sama penggemar Liverpool. Malam ini, beliau mengenakan kaos Liverpool, pun denganku yang mengenakan kaos The Reds Jepara.
“Jadi ini mau diulas di blog?” Celetuk Mas Damar sembari tertawa.
Kami tertawa bareng, celetukan tersebut terlontar saat Aqied bilang jika aku tiap sepuluh hari sekali memposting tulisan yang berkaitan dengan kedai kopi.
Barsita Stereos Coffee sedang meracik kopi |
Sembari menunggu pesanan datang, aku memotret sudut-sudut ruangan kedai kopi. Ruangan di dalam tak kalah luas. Di ujung selatan ada sofa di pojokan, sampingnya sebuah meja kayu lengkap dengan sepasang kursi kayu.
Tempat ini diatur dengan meja kursi tersebar merata di tiap sudut. Bagian tengah dilengkapi meja panjang dilengkapi kursi panjang. Di setiap sudut strategis dilengkapi stop kontak yang bertujuan agar para pengunjung yang ingin bekerja menggunakan laptop bisa sambil mengisi baterai.
Ruangan di kedai kopi Stereos Coffee |
Beranjak menuju pintu samping, kubuka pintu tersebut menuju ruangan luar. Amat luas ruangannya. Meja dan kursi tertata rapi, rata-rata meja tersebut berada di dekat sekat kaca. Ruangan di luar menjadi lokasi favorit para pengunjung, mungkin karena bisa merokok.
Satu persatu pengunjung berdatangan. Kedai ini menjadi cukup ramai, terlebih di ruang terbuka. Meja-meja di ruang luar sebagian sudah ada pengunjungnya. Sepertinya kedai ini makin ramai menjelang malam.
Ruang smoking area di kedai kopi Stereos Coffee |
Pesanan datang, minumanku malah lebih dulu disajikan. Selang beberapa menit, pesanan Aqied juga datang. Kami menikmati minuman sembari menunggu tiga teman lainnya yang menyusul. Lantunan musik tidak kencang, menjadikan obrolan kami terdengar jelas.
Dilihat dari tempatnya, aku rasa tempat ini cocok untuk bersantai. Bagi mahasiswa, tempat ini asyik untuk mengerjakan tugas kuliah. Lokasi yang dekat dengan kampus membuat tempat ini cukup ramai pengunjungnya.
Satu hal yang menyenangkan di sini. Selain menu nonkopi yang banyak, kita juga bisa memesan makanan maupun camilan. Selama di sini, kami juga mencicipi Dimsum. Pemesanan makanan juga bisa melalu pramusaji Stereos Coffee.
Pesanan Americano dan Gayo Wine |
Tentu adanya menu makanan membuat tempat ini banyak diminati para pengunjung. kita tahu, sebagian para mahasiswa biasanya menghabiskan waktu mengerjakan tugas dalam waktu yang lama. Menu makanan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan saat berkumpul.
Selama di sini, aku dan teman yang lain cukup nyaman. Kami berbincang santai, sesekali sempat bercanda dengan pramusajinya. Ya, bagi kalian yang berada di sekitaran Pogung, jika ingin nongkrong, mungkin tempat ini bisa dijadikan alternatif.
Makin hari, kedai kopi di Jogja makin banyak. Mereka mempunyai cara untuk tetap bisa bertahan dan mempromosikan tempatnya agar tetap ramai. Lokasi yang strategis, barista dan pramusaji ramah, harga yang wajar, dan faktor-faktor lain menjadikan tempat tersebut disukai pengunjung.
Sementara itu, kami sendiri berbincang tentang agenda-agenda terdekat yang ingin dilaksanakan. Berbicara rencana jogging, atau malah membicarakan kapan kita main bareng ke luar kota. Setidaknya, tiap berkumpul pasti ada hal asyik yang dibicarakan. *Stereos Coffee; Kamis, 19 Juli 2018.
pagi pagi ngelihat foto Es Kopi, kok rasane segeeer bangeeet
BalasHapusbtw aku suka kedai kopi yang banyak dinding kacanya... kerasa lebih legaaa gitu
Seger banget mas, apalagi kalau haus hahahahhaha
Hapuswahhh kedai kopinya apik banget yaa..
BalasHapusbernuansa kayu gitu jadi lebih adem ya kalau siang hari.
Di Jogja banyak banget konsep kedai kopinya. Tinggal mana yang ingin kita pilih
Hapustempatnya apik banget euy
BalasHapuspengen punya kedai kopi macam gitu --*
Bikin om, biar buat kopdaran anak-anak blogfam ahahhahha
HapusSoal rasa itu relatif. Tapi soal tempatnya yang cozy (dari foto saja sudah terlihat begitu!) itu yang bikin orang-orang sekali ngelihat pos ini pasti langsung ngegas kendaraan ke sana. Hanya saja jauh dari Ende ;)
BalasHapusSabar-sabar, di Ende pasti lebih asyik nyeruput kopi sambil lihat senja
HapusGila luas banget ini tempatnya.
BalasHapusHaha gak opo2 mas. AKu dulu awal awal juga bingung kok di Pogung
Sekarang sudah sedikit hafal, biarpun kadang ya nyasar
HapusDari cerita mas tentang menjamurnya kedai kopi di jogja, senang sekali meliha lokalitas di jogja malah semakin tumbuh di kala keterbukaan informasi seperti ini, tidak lantas kehilangan jati dirinya. karena ngopi ga harus di starbucks ya :D
BalasHapusSaya malah sudah lupa kapan terakhir ke Starbucks buat nongkrong ahhahahaha
HapusTempat kopinya cakep ya, kayaknya cozy banget buat kongkow2, hehehe.
BalasHapusSayang jauh banget lokasinya dari Jayapura :lol:
Di Jayapura pasti ada banyak tempat yang asyik buat menyeduh kopi
Hapuspersaingan kedai kopi di jogja bener2 ketat ya ... mesti selalu aktif prmoosi,suasana kedai dan juga produk dan srvice yang bagus. Tapi pastinya ada juga yang tidak kuat bertahan dari persaingan ya ..
BalasHapusBenar kang. Saya sudah punya rencana, tiap kedai kopi ini dalam setahun akan aku kunjungi kembali. Apakah masih ada atau sudah tidak ada.
Hapus