Blanco Coffee di jalan Kranggan, Yogyakarta |
Blanco Coffee and Books Namanya. Kedai yang sudah ada sejak awal 2015 ini menjadi tujuanku. Berkali-kali aku melewati jalan Kranggan, dan acapkali melihat pengunjung duduk santai di jejeran kursi yang ada di luar sembari menyeduh kopi. Selalu terlintas wacana ingin singgah.
Sebelum memesan kopi, aku terlebih dahulu menjelajah sudut yang ada di ruangan luar. Satu deret meja tinggi yang diisi sepuluh kursi terpasang dengan pondasi di bagian bawah. Pun dengan meja bulat berukuran kecil yang dikelilingi tiga kursi.
Di luar, rata-rata pengunjungnya yang ingin merokok atau bersantai sembari berbincang, karena ada beberapa asbak di sana. Tiap sudut dilengkapi dengan stop kontak. Pagi ini hanya ada satu orang turis manca yang duduk di luar sembari menikmati santapannya.
Berbagai biji kopi tersusun tepat di depan meja kasir. Pramusaji maupun baristanya belum terlihat, sepertinya sedang sibuk di dapur. Kuletakkan tas di sofa, lalu membuka laptop. Rencananya aku mengirimkan satu pekerjaan yang sudah selesai kukerjakan.
Deretan biji kopi yang ada di Blanco Coffee |
Alat-alat seduh kopi juga tertata rapi di belakang deretan botol berisi biji kopi. Seingatku yang tampak di meja adalah alat seduh V60, Kalita, dan Aeropress. Biasanya barista nanti merekomendasikan menggunakan alat seduh yang digunakan untuk menyajikan kopi kita.
“Selamat pagi mas, pesan minuman kopi atau nonkopi?” Sapa barista berbadan gempal.
“Kopi mas. Aku pilih sebentar ya.”
Mataku tertuju pada kemasan biji kopi Arundaya. Sepersekian detik berpikir, lantas memutuskan biji kopi Arundaya yang Semi Wash kupilih. Tertera pula rekomendasi diseduh menggunakan Aeropress.
Harga dan menu Blanco Coffee Yogyakarta |
“Untuk tulisan di blogku mas,” Terangku.
Barista tersebut memperbolehkan selama foto yang aku ambil tidak untuk dikomersilkan. Beliau bercerita jika ada yang pernah memotret tanpa izin dan digunakan untuk hal-hal komersil.
Kutinggalkan barista yang meracik kopi. Sudut demi sudut kedai yang ada di dalam aku jelajahi. Sesekali memotret aktivitas pengunjung. Masih pagi, jadi belum banyak pengunjung yang datang. Di dalam ada tiga meja yang berisi pengunjung. Mereka larut dalam kesibukannya masing-masing.
“Silakan dinikmati minumannya mas.”
Kali ini aku tidak mengabadikan pesananku. Lebih banyak berbincang dengan dua barista yang berjaga. Di Blanco Coffee ada delapan barista. Nanti siang ada tambahan barista lagi yang datang, biasanya setelah pukul 12.00 siang, pengunjung mulai ramai.
Tempat asyik untuk bekerja kala pagi |
“Tempat ini kalau pagi cocok buat bekerja mas. Biasanya yang datang awal pasti bekerja sampai siang,” Ujar Barista yang masih kuliah di Fakultas Fisipol UGM.
Dinding kedai cukup simpel, berwarna kalem dengan sedikit tambahan foto besar. Aku suka dengan kombinasi meja dan kursi kayu berwarna coklat mengkilat. Tiap meja tersedia stop kontak, dan kita bisa bekerja sembari mendengarkan lantunan musik pelan.
Berbagai koleksi buku tertata rapi di rak. Aku mengambil satu buku dan membacanya. Lumayan banyak buku yang tersedia, terselip beberapa koleksi yang pernah aku baca maupun buku yang sama dengan koleksiku.
Buku-buku tersusun rapi di rak |
Sepintas aku melihat perempuan yang sibuk di depan laptop. Sesekali dia menyeduh minuman yang ada di gelas. Kuakui jaringan internet di sini lumayan cepat. Aku mengabadikannya, setahuku dia paham kala tombol shutter ini menekan dan membidik objek.
Hari bergerak cepat, tahu-tahu waktu sudah menjelang duhur. Barista bertambah satu perempuan, barista yang laki-laki sedang berbincang santai di luar sembari merokok. Aku meminta izin ke musola di lantai dua.
Menikmati segelas kopi sembari bekerja |
Ruang musola luas, bisa digunakan salat jamaah lebih dari empat orang. Usai salat, aku berbincang dengan barista, melontarkan pendapat jika di lantai dua bisa diberdayakan. Bisalah tiga atau empat meja lagi di sana, siapa tahu pengunjung membludak.
Memang dari Blanco Coffee sendiri sudaha da rencana untuk menjadikan lantai dua diberdayakan untuk pengunjung. Ada beberapa item yang harus ditambahai, dicat ulang dan lainnya. Semoga saja segera terealisasi dan kedai kopi ini tetap nyaman untuk bekerja. *Blanco Coffee and Books; Sabtu, 28 Juli 2018.
aih, mbaknya pake macbook...
BalasHapusbtw foto dikomersilkan iku piye? apakah misal ada yang lg foto produk (tas, kaos dll) di cafe, trus foto itu untuk jualan, berarti termasuk dikomersilkan ya?
Aku kurang paham mas, tep wae manut daripada nggak boleh motret ahahhaha
HapusKranggan sebelah mana ini, mas? Lagakku mau ngopi, padahal cuma tanya2 aja 😂😂
BalasHapusItu dekat dari pasar Kranggan mbak. Memang asyik sih tempatnya kalau kerja pagi
HapusOh ini kayaknya yang pas aku sama Mas Fahmi itu :"D
BalasHapusKalo sore ruameeee.
Benar, kalau sore rame.
HapusBlanco Coffee and Books, perpaduan tepat sebagai tempat nongkrong tentram dan nyaman (kopi dan buku). Itu ceweknya cantik banget ... :D
BalasHapusHemmm, tau gitu aku foto banyak mbaknya eh
Hapuscocok ntuk yang gemar baca buku sambil ngopi .. untuk kerja juga suasananya nyaman.
BalasHapusehh .. itu foto2 cewe sudah minta izin gak ... hahaha
Cukup dilirik, noleh dan senyumin kang hahahahhaha
HapusSemakin banyak tempat nongkrong sambil minum emas hitam di Jogja nich. Duduk manis sambil berkhayal lagi di Jogja
BalasHapusLebih asyik lagi kalau ada temannya
Hapus