Memotret Candi Pawon Magelang |
Demi memastikan kegiatan lancar, aku bergegas memeriksa sepeda. Mulai dari mengecek satu persatu, sampai menghitung jumlahnya. Sudah mirip pemandu wisata, aku mengurusi segalanya.
“Pakai sepeda ini?” Tanya salah satu orang dari Nepal.
“Iya. Pakai sepeda ontel,” Jawabku terbata-bata.
Dia memberi kode antusias. Setahuku, pria dari Nepal ini suka bersepeda. Beberapa kali sempat bertemu di jalanan sekitaran UGM. Sebelum berangkat sepedaan, ternyata ada yang tidak bisa naik sepeda. Aku meminta satu mobil untuk ikut mendampingi.
Deretan sepeda ontel yang direntalkan |
Tiga pemandu yang menemaniku lancar berbahasa Inggris. Hal ini menjadi mudah dalam berkomunikasi. Selain itu, merangkul pemandu lokal kala berkunjung ke desa wisata atau destinasi wisata menjadi hal yang diutamakan.
Perjalanan dimulai, tujuan kali ini adalah Candi Pawon. Candi mungil yang lokasinya tidak jauh dari lokasi rental sepeda. Hanya mengayuh sekitar 10 menit sudah sampai. Rombongan ditemani pemandu mengelilingi area candi.
Ini kali pertama aku mengunjungi Candi Pawon. Padahal sudah sering berkunjung ke Candi Borobudur naik sepeda. Entah kenapa tidak terbesit di pikiran untuk sekalian singgah. Padahal aku juga singgah di Candi Mendut.
Rombongan mengelilingi Candi Pawon |
Lokasi Candi Pawon di Brojonalan, Wanurejo, Borobudur, Dusun 1, Wanurejo, Borobudur, Magelang. Tempatnya sedikit tertutup, hanya ada plang penanda, namun belum sepenuhnya menjadi daya tarik wisatawan untuk singgah.
Candi Pawon dikelilingi pagar dan sedikit taman. Area parkir berada di depan, berdekatan dengan berbagai bangunan rumah warga maupun stand souvenir. Dari sini, aku melihat pemandu lokal menjelaskan perihal sejarah candi ke rombongan dengan Bahasa Inggris.
Bagi sebagian orang yang berkunjung ke Magelang, khususnya Candi Borobudur, rata-rata dari mereka tidak sekalian berkunjung ke Candi Pawon. Bahkan mungkin malah tidak tahu keberadaan candi tersebut. Ketika rombonganku sampai, di sini tidak ada pengunjung yang lain.
Sudut lain Candi Pawon |
Tiap sudut candi mempunyai relief. Hasil karya pahatan pada dinding ada yang lengkap, namun tidak sedikit yang sudah rusak dan meninggalkan bagian-bagian tertentu. Ada bagian yang menceritakan Kuwera (Dewa Kekayaan), Kinara dan Kinari (sepasang burung berkepala manusia).
Pada bagian atas berbentuk kubah-kubah kecil yang mengelilingi kubah di tengah dan jauh lebih besar. Diruntut dari lokasi dan bentuknya, candi ini merupakan candi Buddha. Aku menatap tiap pahatan yang ada di dinding. Sebuah mahakarya yang harus dilestarikan.
Relief yang terpajang pada dinding Candi Pawon |
“Come here!!” Teriak para penjaga stand souvenir.
Sedari kami datang, para penjaga stand souvenir semangat menawarkan jualannya. Masih banyak lagi teriakan para penjual berharap rombongan singgah. Setidaknya satu barang terjual pun mereka bersyukur. Destinasi wisata membuat geliat ekonomi berjalan.
Berbagai topeng, miniatur stupa, miniatur patung buddha, manik-manik, dan lainnya terpajang. Mereka juga berseru kalau harganya murah. Sebagian rombongan menyebar. Ada yang asyik mengabadikan diri, berteduh, dan melihat-lihat tempat souvenir.
Komunikasi langsung dari penjual dengan wisatawan manca terekam olehku. Aku melihat bagaimana mereka berbicara langsung dengan bahasa sederhana. Tak perlu paham seluruhnya, yang penting mereka tahu maksudnya.
Deretan stand jualan souvenir |
Teriring harapan agar candi ini juga mendapatkan kunjungan dari para wisatawan yang menyambangi Candi Borobudur. Candi ini seperti terjebak sepi di tengah lalu-lalang para wisatawan yang datang ke candi terbesar di Indonesia tersebut *Candi Pawon; Sabtu, 10 Maret 2018.
Joss tenan.. Gowesers sejati.. haha
BalasHapusBtw, Besok November ikut acara gowes jelajah Bengawan Solo Purba ms njenengan..?
Nggak mas, saya jarang ikutan event hahahhhaha.
HapusWogh, tak kira melu juga sampeyan...
HapusTemanku pada ikutan mas. Malah sebagian jadi RC dan fotografernya
HapusOo jadi candi pawon untuk menyimpan abu raja. Aku pikir tadinya ada hubungan dengan dapur, semcam dapur suci untuk menyediakan makanan bagi persembahan kepada para dewa
BalasHapusIya tante hehehee. Bisa loh mampir ke sini pas lagi ke Borobudur
HapusAku pernah melakukan kesalahan fatal, langsung ngajak ngacir tamu dari jepang biar nggak diganggu sama pedagang di borobudur.
BalasHapusPembenaranku sih karena para pedagang itu cukup mengganggu, narik-narik. Tapi ya kan emang mereka lagi cari duit ya. Harusnya cuma memfasilitasi aja, kalau mau beli dibantu, kalau enggak ya bilang. wkwk
Di sini pedagang berdiri di stand/warung kok. Tidak berjalan kaki mencari pengunjung seperti di Borobudur.
Hapusseru ya di jogja bisa gowes wisata ... candi to candi .. daerah lain tidak pernah kedengaran, padahal bisa menjadi keunikan dan daya tarik ya mas
BalasHapusJogja dan Magelang banyak candinya, kang. Jadi bisalah main-main ke sini buat susur candi
Hapusiya euy, "Candi ini seperti terjebak sepi di tengah lalu-lalang para wisatawan yang datang ke candi terbesar di Indonesia tersebut"
BalasHapusaku yang udah bolak balik Yogya Magelang juga gak menyadari keberadaan Candi Pawon ini. Mungkin harus ditemani Mas Sitam dan sambil nggowes biar bisa sampe sini
Hehehehhe, kalaun kutemani gowes kudu bawa mobil buat loading. Biar aman, kalau capek tinggal naik mobil hahahhaha
Hapuskecil yaaa tapi bagusss. aku gak tau kalau letaknya dekat borobudur, kalau candi mendut aku tau dan pernah lewat.
BalasHapusCandi ini agak masuk gang, jadi memang tidak terlihat dari jalan raya
Hapuswah baru dengar candi ini hehehe
BalasHapuskayaknya memang tertutupi oleh megahnya nama Borobudur ya
Iya daeng, sebenarnya candi ini dekat banget dari area borobudur
HapusAku pernah mas ke candi pawon ini, thn 2000 kalau ga salah, ya ampun udah lupa banget kaya apa. Dulu juga karna abis dr Borobudur, mlipir ke candi mungil ini.
BalasHapusHahahaha, berarti sudah sangat lama tidak berkunjung lagi ke sana mbak
HapusUdah dua kali ke Candi Pawon, dan aku lebih suka suasananya dibandingkan Borobudur 😀
BalasHapusLebih asyik buat santai dan foto toh mak
HapusPawon bukannya artinya dapur ya? dikira dulunya tempat dapur kerajaan. Tapi salah deh..
BalasHapusIya arti pawon dalam bahasa Jawa itu memang dapur :-)
HapusSeru main ke Candi pakai sepeda, berasa sedang berada di tempat Nan jauh dari kotanya hehe, relief candinya masih terpelihara ya
BalasHapusSayangnya candi ini jauh dari ramainya pengunjung yang ke Borobudur
Hapusseru banget mas, akupun ke borobudur 2x tapi belum pernah ke candi pawon. Harus diagendakan kalau mau ke magelang nih
BalasHapusSesekali memutari Magelang tapi tidak ke Candi Borobudurnya ahahhahaa
HapusAku sudah pernah ke Candi Pawon ini, tapi waktu itu tanpa pemandu. U tuk kunjungan berikutnya, saya pqsti pakai pemandu.
BalasHapusMenggunakan pemandu itu tujuannya kita bisa paham seidkit tentang sejarahnya mas. Kalau tidak menggunakan, kita harus mencari referensinya. :-)
HapusTapi jika sekadar suka foto sih tak masalah hehehehe
Saya justru tahu Candi Pawon ketika tugas liputan kedai kopi Pawon Luwak yang ada di seberangnya; mungkin karena letaknya yang memang "nyempil" tak terlihat dari jalan utama membuatnya seperti diabaikan.
BalasHapusBtw, kedai kopi di depannya itu menyediakan olahan kopi luwak yang joss markojos :)
Salam
Saya juga dari kedai kopi sana mas. Hanya saja waktu masih pagi, saya malah pengen minum teh-nya hehhhehe
HapusKeren bangat dah, eksplorenya pake gowes.. Selain wisata candi tentu sehat juga
BalasHapusWaktu masih semangat sepedaan. Sekarang sudah mulai jarang sepedaan :-)
Hapussha juga gatau candi pawon :P Kalau borobudur sama mendut udah pernah liat :D
BalasHapusbtw, pernak perniknya lucu bangeeet :D
mas sitam, postingan barunya di share lagi di g+ dong hehehe
Oalah padahal candinya dekat sama candi Borobudur loh ehhehehehe.
HapusSudah saya bagikan di G+ teh :-)