Menyiapkan alat seduh kopi diarahkan oleh barista |
Adakalanya saat berkunjung di kedai aku ditawari untuk menyeduh sendiri. Karena belum pernah melakukan, dan sangat awam pengetahuan tentang meracik kopi, aku selalu menolak. Acapkali mata melihat secara rinci bagaimana proses pembuatannya hingga siap seduh.
Seringnya barista menjelaskan berkaitan tentang rasa kopi, asal kopi, hingga metode yang direkomendasikan saat menyeduh. Sayangnya, informasi tersebut lebih banyak lupa tak terekam baik ingatanku.
Hingga suatu ketika aku diajak Aqied untuk menyeduh sendiri. Tempatnya di Lokus Coffee, kedai kopi yang pernah aku kunjungi dua bulan yang lalu. Di Lokus ada program namanya “Seduh SukaSuka Bayar SukaSuka”. Ini artinya kita diperbolehkan menyeduh sendiri kopi yang kita pesan. Agenda ini setiap hari Selasa – Minggu mulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.
Bagi yang tertarik ingin meracik kopi, kalian bisa lihat postingan di Instagram dengan tagar Make Your Own Coffee. Nantinya di sini kita dibantu arahan barista langkah-langkah menyeduh kopi.
*****
Hari masih pagi, aku sudah duduk di kedai kopi Lokus. Sembari menunggu Aqied datang, aku berbincang dengan barista perempuan. Tidak banyak ngobrol, hanya sesekali melontarkan pertanyaan. Aku juga mengatakan jika pagi ini ingin mencoba seduh kopi sendiri.
Ide ini muncul kemarin sore kala Aqied ingin mencari konten yang berbeda. Sejurus kemudian dia mengirimkan pesan ke Mbak Ayuk (Lokus Coffee), dan jawaban menggembirakan datang. Kami bisa swaseduh sebelum pukul 12.00 WIB.
Aqied menjadi peserta pertama, dia menggunakan metode Kalita. Berhubung sudah beberapa kali menyeduh kopi sendiri, dia cukup lancar melakukan tiap tahapannya. Sesekali bertanya seputaran perbandingan air dan kopi. Biji kopi yang digunakan adalah Kaligua. Biji kopi Arabika yang berasal dari lereng Gunung Slemat.
Menimbang biji kopi untuk diseduh |
Tiba waktuku meracik. Sebelumnya, aku menyicip kopi racikan Aqied. Segala peralatan aku siapkan sesuai arahan barista. Baristanya bernama Kinan, barista perempuan jebolan kelas seduh Dongeng Kopi.
“V60 saja mbak,” Jawabku.
Kuambil biji dan menimbangnya. Biji kopi seberat 15gram tersebut aku ambil dari stoples. Berikutnya, aku memanasi air yang sudah tersedia. Sembari menunggu, aku bilang ke barista jika ini kali pertama aku memegang semua peralatan berkaitan dengan kopi.
Air sudah mendidih, kuangkat ketel besar dan menuangkan air pada ketel kecil. Kuselipkan thermometer pada ketel yang berisi air panas. Mbak Kinan menganjurkan sampai suhu 95 derajat celcius.
Mengecek suhu panas air |
Diatur hasil gilingan agar lebih lembut, jadi sebelum kutekan tombol giling, aku menyetel pada angka 5 grinder. Membutuhkan waktu tidak lama, biji kopi sudah menjadi serbuk. Aroma kopi makin harum.
Selanjutnya, aku mengambil paper filter V60. Bagian ujung yang lancip kulipat sedikit, dan memasang pada bagian atas, berlanjut menuangkan bubuk kopi. Timer digital sudah aku setel. Sembari mendengarkan interuksi barista, aku menuangkan air ke wadah tersebut.
Menuangkan biji kopi ke grinder atau alat penggiling biji kopi |
“50 mili pertama sampai 30 detik. Selanjutnya tambah 50 mili lagi hingga 60 detik,” Terang Mbak Kinan.
“Kalau sudah, selanjutnya tambahi 50-80 mili lagi airnya,” Tambahnya.
Ketel kecil berleher angsa Panjang ini bergerak memutar membasahi paper filter. Tetesan air kopi mulai terdengar. Lambat laun kopi tersebut makin banyak.
“Kalau sudah sampai 180 mili, mbak?” Tanyaku bingung.
“Biarkan sampai selesai mas. Ditunggu saja.”
Kuamati tetesan demi tetesan yang dihasilkan sembari berdiri. Kinan dan Aqied memperhatikanku, sesekali mengabadikan. Bubuk kopi sudah mengendap, tak ada lagi tetesan yang dihasilkan. Kuangkat wadah bubuk kopi dan membuangnya pada tempat sampah yang disediakan.
Menuangkan kopi ke dalam gelas |
“Akhirnya bisa meracik sendiri.”
Kulihat durasi waktu pada timer. Tepat 3.33 menit selesai dari awal hingga siap minum. Aku mencicipi hasil racikanku sendiri untuk pertama kali. Rasanya? Tentu tidak jelek-jelek amat. Namanya juga racikan sendiri, harus diapresiasi.
Menariknya, barista yang mengarahkan kami berdua ini kenal dengan Mak Indahjuli. Kami pun mengabari Mak Indahjuli agar datang ke Lokus. Lucunya lagi, kami sudah saling mengikuti di akun Instagram.
“Nanti ada beberapa teman yang datang ke sini,” Terangku.
Benar saja, tanpa menunggu waktu lama, tim Ngopi Tiap Pekan datang. Kali ini yang datang Mak Indahjuli, Hanif, dan Ucil. Kami berbincang santai hingga bekerja. Untuk kali pertama kami datang ke kedai kopi dan semuanya bekerja.
Bagaimanapun juga adanya swaseduh di Lokus Coffee menjadi daya tarik tersendiri pada pengunjung yang minat dengan kopi. Sebuah terobosan yang kuharapkan tetap ada, sehingga ada kesempatan menjajal meracik sendiri di lain waktu.
Menyeduh kopi hasil racikan sendiri |
Maksudku, tidak semua kedai kopi bisa seperti ini. Jadi kalian bisa mencoba datang ke sini sebelum pukul 12.00 WIB. Sepertinya ke depannya aku mau mencoba alat seduh Kalita atau Aeropress. Eh!! *Lokus Coffee; Minggu, 23 September 2018.
Catatan
*Seluruh dokumentasi foto dipotret Aqied
*Selang dua minggu, saya dan teman-teman lain mendapatkan kiriman biji kopi dari Mas Renggo (Dongeng Kopi)
Jadi kapan mo bikin kopi pake Aeropress? wkwkwkwk
BalasHapusSedang saya pikirkan, semoga tidak memecahkan gelas ahhahaha
HapusSebentar, ini sepertinya Aeropressnya femes sekali dimarketingkan dimana-mana 😆
HapusBuahahahha, kapan kamu mau seduh sendiri?
Hapusaku setuju banget kalau hasil karya sendiri harus diapresiasi. wkwkw
BalasHapusasline rasane mungkin rodo ra enak. tapi yo namanya juga baru pertama dan bukan profesional ya mas? wkwkwk
Enak kok rasanya, namanya juga latihan
Hapus50 mili pertama 30 detik, trus tambah 50 mili hingga 60 detik... ternyata ngombe kopi susah juga ya hahaha. Ini jadi tempat ngopi yang nggak biasa, jadi mupeng ama Lokus Coffee deh. :-D
BalasHapusHahahahah, kudu rene koh sekalian bikin sendiri :-D
HapusMemang hasil karya sendiri harus di banggakan bangat, hehe..
BalasHapusAda kalkulasinya juga ternyata
Iya mas, memang ada kalkulasinya biar rasa kopinya bisa dinikmati
Hapusdeket kosanku ini di Pogung, pengen nyoba kapan2
BalasHapusJangan cuma wacana loh mbak ahhahahah
HapusGrindernya itu nggak pakai ontelan? wkwk malah pingin nyium baunya pas udah jadi serbuk.
BalasHapusYeayy, besok ajak dia ke sini aja mas. Kopinya hasil dari swaseduhmu, pasti tambah ada sweet-sweetnya :p
Siapa yang mau diajak ke sini? Ada teman kah yang kudu diajak ke sini? Hahahhahaha
Hapusbanyak juga ya aturan menyeduh kopi..
BalasHapusheuheuheu, kita sebagai konsumen taunya tinggal minum dan bayar aja
Hahahaha, aku juga awalnya gitu mas :-D
HapusAku suka kopi tapi engga bisa bikin. Trus juga ga tertarik bedain dibuat pake cara apa. Cuma suka bau kopi saat dituangi air panas. Ngobrol-ngobrol kita belum pernah ngopi di Yogya ya?
BalasHapusMonggo diagendakan, saya sering nongkrong di salah satu kedai kopi dekat kos. Biasanya kalau ada deadline tulisan ya di sana.
HapusBelom pernah nyoba praktek bikin kopi kayak kamu ini mas hahaha.
BalasHapusBikinin satu dong wakakaka.
Btw kedai kopi di Jogja banyak banget yah!
Kedai kopi di Jogja emang menjamur kok hahahahha
HapusKenapa aku baru tahu ada tempat ini Nasi? Waahhhh pelanggaran ini kamu udah nyeduh kopi duluan hahaha... Aku juga mauuuu dong diseduhiiinnnnnn! Tar ya kalau ke Jogja yaa!
BalasHapusMakanya sempatkan waktu untuk mampir ke Jogja lagi :-)
Hapuswahh asik juga yak, jadi pengen nyeduh kek gitu. biasanya sih ya cuma kopi bubuk tambah gula tambah air anget udah jadi, wkwk
BalasHapusItu cara terpraktis bagi pecinta kopi ehehheh
HapusIni nih ... nambah ilmu soal dunia peracikan kopi. Sumpah, baru tahu saya soal metode V60 dan Areopress. Maklum di sini saya tahunya dua kopi + satu gula. Hahaha.
BalasHapusMasih banyak metode yang lainnya mbak.
Hapuspusing juga ya bikin kopi yang bener2 kopi. pantes aja belakangan barista jadi profesi yang keren, krn pekerjaannya juga lumayan susah.
BalasHapusSetiap profesi sebenarnya sama kok, hanya menurut pandangan seseorang saja terlihat lebih keren.
Hapuswah sudah cocok deh jadi barista ... apalagi cafe to cafe di jogya kayaknya sudah hampir khatam :)
BalasHapusMasih banyak kedai kopi yang namanya sudah besar tapi belum saya kunjungi, kang :-)
Hapuskenapa ya kalau abis minum kopi bakal g ngantuk???
BalasHapusIya kah? Tiap orang beda-beda, mas. Saya kalau abis ngopi ya biasa aja kok. Mau tidur ya tidur hehehehhe
HapusAku gak suka minum kopi. Paiiit >_<
BalasHapusTapi aku suka nyium aroma kopi di kafe2 kopi.
Tapi baca postingan ini jadi ilmu baru buat aku nih.
Yah, setidaknya utk tambah sedikit pengetahuan.
Pengen deh suka minum kopi gitu, trus nongkrong di kafe2 begini...
trus foto :D hahaha Minum kopi itu kayaknya keren gimanaaa gitu.
Hahahhahah, kalau mau manis minta barisnya susu. Atau pesan yang latte atau kopi susu. Aroma kopi memang enak kok. Minum kopi itu nggak keren, hanya kita saja yang tersugesti seakan-akan keren.
HapusKapan-kapan aku mau mampir ah hehehe, kayaknya enak banget ya bisa bikin dan meracik kopi bikinan sendiri
BalasHapusJadi pengen coba aku, Mas. Apalagi d.cuaca yang sering hujan ini, nonton sambil minum kopi nampaknya kenikmatan yang haqiqi :D
BalasHapusMinum kopi itu nggak harus pas hujan mas. Sebenarnya tinggal bagaimana kita bisa menikmati kopinya maupun suasananya.
Hapuskayak yang lamaaa banget, ada setengah jam bikinnya?
BalasHapusCuma bentar kok teh, yang lama nongkrongnya hahahahha
Hapusbeuuuh ini keren bang.. bisa gitu ya, nyeduh suka2 bayar suka hati :D
BalasHapusdan itu arabika pula!
Aku malah pengen ngopi di Aceh, bang hehehhehehe. Semoga bisa ke sana tahun depan.
HapusWah wah seru banget ini, ngopi hasil seduhan sendiri . Samaan Kita suka V60 hahahaha . Saya masih suka grogi kalau seduh sendiri wkwkkw
BalasHapusHahahahha, sama-sama belajar mas. Main Jogja geh, kita seduh barengan
HapusTiap hal kalo dicermatin prosesnya, apalagi ngalamin sendiri prosesnya, jadi lebih menarik ya. Termasuk soal kopi ini. Ini baru proses menyeduh padahal, proses dari kopi jadi biji kopi siap seduh juga pasti seru.
BalasHapusKeren ih ada tempat macam Lokus Coffee,, dia nggak cuma jual kopi, tapi juga jual experience.
Kalau lihat dari awal petik hingga siap seduh, waktunya sangat lama mbak hahahah
HapusSaya sebagai penggemar kopi perlu coba mas.
BalasHapusSemoga bisa mengunjungi kedai kopi Lokus :-)
HapusThanks You
BalasHapussama-sama dan terima kasih sudah berkunjung
Hapus