Tongkrongan Baru di Kopikabana Coffee and Kitchen Jogja - Nasirullah Sitam

Tongkrongan Baru di Kopikabana Coffee and Kitchen Jogja

Share This
Biji Kenya metode V60 di Kopikabana
Biji Kenya metode V60 di Kopikabana
Ada kalanya aku ingin mencari tempat baru untuk mengerjakan tugas yang sudah mendekati batas akhir. Biasanya aku menuntaskan pekerjaan tersebut di Homi Coffee, Sua Coffee, ataupun di Aegis Coffee. Bagiku, tiga kedai kopi tersebut menjadi favorit karena lokasinya tidak jauh dari kos. 

“Sepertinya di sekitaran Terban ada kedai baru, ke sana yuk?” Sebuah ajakan yang menarik. 

Kiriman WA disertai tautan yang mengarah pada akun Instagram. Kopikabana Coffee and Kitchen namanya. Akun yang sudah mengunggah banyak foto berkaitan dengan menu serta interior ruangan. Tertera alamatnya di Jalan Prof. Herman Yohanes, Terban. 

Kami sudah sepakat ke sana siang ini. Pengendara transportasi daring mengantarku menyibak keramaian di jalan Urip. Berhubung kedai kopinya di jalan satu arah, jadi yang ingin ke sana harus melewati Galeria. Atau bisa juga lewat belakang (jalan Kartini) jika dari arah UGM dan sekitarnya. 

Di depan kedai, tulisan besar “Kopikabana Coffee & Kitchen” lengkap dengan lambangnya. Tulisan yang dibingkai lingkaran serta tertancap kokoh diberi sentuhan tanaman kecil layaknya taman. Menarik juga. Biasanya kedai kopi cukup menggunakan plang kecil dengan nama kedainya. Ini berbeda. 
Tulisan Kopikabana di depan kedai
Tulisan Kopikabana di depan kedai
Belum juga masuk, aku mulai suka dengan konsep yang disajikan. Meski teras depan tidak luas, pemilik kedai membuat kesan di depan adalah murni tempat tongkrongan. Tiap tepi dipasangi kursi panjang berbentuk L berkombinasi dengan kursi-kursi bulat dan meja kecil. Atau adanya tempat khusus untuk bean bag yang identik dengan tempat bermalas-malasan. 

Kalau mau lebih buat bermalas-malasan, bolehkan memesan kopi terus ambil tempat duduk yang ada semacam hammock. Siapa tahu selepas pesan minuman sampai sini lanjut tiduran. Tempat ini memang asyik, kalau malam menjadi tempat favorit para pengunjung kedai. Berhubung ini di luar, jadi boleh merokok. 

“Selamat datang mas,” Sapa pramusaji dan barista kedai kopi. 
Meja dan kursi di luar kedai
Meja dan kursi di luar kedai
Sesaat aku melihat menu yang tersedia. Pilihanku tertuju pada Es Kopikabana. Ini sepertinya Es Kopi Susu jika di kedai-kedai yang lain. Setelah itu aku menuju tempat yang masih kosong, sofa yang berada di pojokan. 

Sebelum melanjutkan motret di dalam kedai, aku meminta izin terlebih dahulu. Seingatku yang berjaga di sana adalah Mas Sapta dan Mbak Ria. Sesekali aku berbincang dengan salah satu dari mereka berdua, bertanya-tanya perihal kedai kopi ini. 

Kedai Kopikabana dibuka pada bulan September 2018. Di sini ada tiga barista dilengkapi dengan empat pramusaji plus kasir. Menu yang disediakan jauh lebih beragam, konsep Coffee & Kitchen dipadukan dengan tempat yang nyaman. Di sini ada menu Jus, malah menu Jus ini banyak yang membeli karena tidak semua yang nongkrong di sini adalah pecinta kopi. 

Berada di tempat yang strategis, Kopikabana buka mulai pukul 10.00 WIB – 23.30 WIB. Rata-rata yang berkunjung didominasi mahasiswa dan siswa sekolah. Banyak siswa Bopkri maupun Stella Duce Jogja yang mengerjakan tugas di kedai ini. 
Jejeran kursi di dalam kedai asyik buat nongkrong
Jejeran kursi di dalam kedai asyik buat nongkrong
“Kisaran yang datang sehari bisa mencapai 100 orang, mas.” Terang Mas Sapta. 

Secara tempat dan konsep memang kuakui menyenangkan. Di ruangan dalam ada banyak tempat duduk beragam. Tempat duduk yang paling favorit adalah deretaan kursi yang disulap layaknya sofa, mejanya pun memanjang dengan latar belakang mural. 

Di bagian depan kasir dan barista terdapat meja berukuran besa dan tinggi. Tempat ini lebih asyik untuk rombongan lebih dari enam orang. Sisi di dekatku duduk pun ditata sedemikian menarik. Meja bulat dilengkapi dengan kursi-kuris yang mengiringinya. Stop kontak hampir ada di setiap meja. 

Tentu kedai seperti ini identik dengan mahasiswa. Bagi pekerja lepas yang butuh ketenangan, mungkin kalau mampir ke sini lebih nyaman waktu awal buka. Oya, parkir motor di halaman belakang, dan lantai dua sementara belum digunakan (sewaktu aku datang). 

Sedari siang aku di sini, satu tulisan tuntas terselesaikan. Menu camilannya juga beragam. Bagiku Es Kopikabana cenderung manis, bisa jadi cocok untuk lidah muda-mudi yang tidak terlalu suka dengan kopi. 
Menikmati waktu di Kopikabana Coffee and Kicthen
Menikmati waktu di Kopikabana Coffee and Kicthen
Kunjungan kedua aku memilih minum kopi manual brew, menggunakan biji Kenya. Di kedai kopi ini hanya tersedia tiga biji kopi untuk manual brew. Biji kopi dari Kenya, Ethiopia, dan satunya dari dalam negeri. Dua biji kopi luar terdapat tambahan saat membeli. Harga manual brew 18.000 rupiah. Jika biji luar ditambah lagi 10.000 rupiah, jadinya membayar 28.000 rupiah. 

Setiap kedai tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pun dengan Kopikabana Coffee and Kitchen. Kuakui beragamannya meja-kursi menjadi nilai plus bagi pengunjung, sikap barista dan pramusaji juga ramah. 

Mungkin yang menjadi catatan adalah fasilitas umumnya kalau bisa ditambah. Bagiku, kehadiran tempat kecil untuk salat kalau bisa diusahakan, mungkin jika bangunan lantai dua sudah jadi. Karena selama di sana, kita yang ingin salat harus menuju hotel yang di sampingnya. 

Satu lagi, waktu pertama datang ke sini, akses internet tidak dibatasi. Kunjungan kedua akses internet sudah dibatasi dua jam. Untuk mengakses internet pun harus login dengan memasukkan sandi yang diberikan pramusaji/kasir. 

Menjelang sore, suara pengunjung makin riuh. Bagi yang suka ketenangan tidak aku rekomenadsikan ke sini saat sore maupun malam. Lebih asyik waktu awal buka. Dan lantunan musik suaranya cenderung lebih kencang. 

Terlepas dari itu semua, bagiku Kopikabana Coffee & Kitchen bisa menjadi opsi para muda-mudi menghabiskan waktu akhir pekan di kedai kopi. Tempat-tempat seperti ini mempunyai pangsa pasar yang lebih luas dibanding kedai kopi biasa, karena pilihan menu nonkopi jauh lebih beragam. *Kunjungan penulis ke Kopikabana Coffee and Kitchen; 15 Desember 2018 & 03 Januari 2019. Kemungkinan informasi berkaitan dengan harga bisa berubah-ubah.

11 komentar:

  1. awalnya saya kira bukan di Jogja. soalnya katanya tempatnya di Teban hahaha
    Teban itu nama wilayah di Jogja ya?

    anyway, kalau ke tempat ngopi saya tuh malas kalau suara musiknya keras sekali. berasa terganggu, apalagi kalau sampai ngobrol sama teman harus teriak-teriak. menurut saya yang paling asik ya kalau musiknya pelan-pelan saja, nda usah terlalu riuh, apalagi kalau iramanya kayak jazz yang menenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, pertamax nih? hahaha
      jarang2 loh saya bisa pertamax di blog yang komentarnya ramai ini

      *penting*

      Hapus
    2. Di Jogja namanya Terban ehheheheh. Lokasinya dekat dari Universitas Negeri Yogyakarta & UGM :-)
      Benar, akupun suka kedai yang lagunya tidak kencang dan asyik kalau lagu klasik atau Jazz. Namun tiap kedai mempunyai selera yang berbeda-beda :-)

      Hapus
  2. wuih ada biji kopi kenya ama ethiopia. favoritku semua tuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak pokoknya mas, bikin pengen seduh lagi ehehhehehe

      Hapus
  3. Mataku langsun tertuju pd hammock dan beanbag, uhuhuu mau gegoleran di siniii...
    Tp monmaap lain kali kasi spoiler harga nonkopi ya. Pan pembaca situ nda cuma timkopi aja, Hufff

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku lupa nggak pakai spoiler heheheheh. Ayo pankapan ke sini sambil nggibah

      Hapus
  4. iyaa, akupun kalo disurub milih ke cafe kopi yg khusus kopi ato pilihannya banyak ragam, aku pasti milih yg trakhir. yg ini lucuk banget designnya. apalagi dindingnya dilukis mural gitu. aku seneng liat hiasan yg warna warni, krn kesannya jd hidup dan ceria :D. kopinya bisa jd favku mas. krn mnrtmu cendrung manis kan :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini bisalah kalau untuk asyik-asyik ngobrol. Sempat jadi satu artikel sih, cuma menurutku agak ramai hahahaha

      Hapus
  5. Menarik ya, ada beanbag-nya juga. Kalau saya ke tempat ini pasti bisa lama banget soalnya bisa ketiduran di beanbag hahah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selama tidak ada deadline, tentu itu menarik ahahhahahah

      Hapus

Pages