Museum Kata dan Kupi Kuli Belitung - Nasirullah Sitam

Museum Kata dan Kupi Kuli Belitung

Share This
Kupi kuli ala Belitung

Di Belitung, aku mengikuti alur wisatawan yang kali pertama menjejakkan kaki di pulau Belitung. Mencuatnya film Laskar Pelangi menjadikan pulau ini sebagai destinasi wisata bagi para pejalan. Tak salah rasanya jika di sini ada namanya wisata ala Laskar Pelangi. Mengunjungi destinasi-destinasi yang tampak di film tersebut. 

Museum Kata secara tidak langsung menjadi bagian dari film Laskar Pelangi. Tempat ini memang bukan menjadi spot dalam film. Namun, pendiri museum tersebut yang menjadikan Belitung dikenal sebagai Tanah Laskar Pelangi. 

Bangunan dengan corak warna warni menjadi pemandangan yang mencolok di jalan Laskar Pelangi, Lenggang, Gantung. Tiap sisi jalan ramai kendaraan parkir. Museum ini menjadi target kunjungan selanjutnya setelah tadi dari Replika Sekolah. 

Bang Teguh mencari lahan kosong untuk memarkirkan mobilnya. Lantas mengajakku keluar menuju jalan masuk. Tiga orang menjaga tiket. Untuk wisatawan, masuk ke Museum Kata kena biaya Rp.50000. Tampaknya Bang Teguh akrab dengan tiga penjaga museum, mereka sempat saling menyapa dan melontarkan kalimat candaan. 
Mural bertuliskan kutipan di Museum Kata Belitung
Mural bertuliskan kutipan di Museum Kata Belitung
Plang pemberitahuan waktu buka dan tutup tersandar di sudut dinding. Tertera pemberitahuan buka pukul 09.00 WIB – 17.00 WIB. Layaknya museum-museum di Indonesia untuk jam bukanya. Menariknya, pada bawah plang bertulisakan museum ini lebih asyik jika yang berkunjung adalah orang-orang pecinta buku, sastra, dan arsitektur. Museum Kta merupakan museum sastra pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Didirikan tahun 2009 (sesuai dengan informasi di buku terbaru Andrea Hirata dengaj judul; Orang-orang Biasa), museum ini menjadi destinasi berwisata para wisatawan. Mereka penasaran dengan koleksi yang ada di dalamnya. Terlebih nama Andrea Hirata sudah dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Tiap sudut dinding banyak terdapat mural dan kutipannya. Dari awal masuk hingga di area dalam terdapat kutipan-kutipan yang bisa kita baca. 

Area Museum Kata tidak terlalu luas, namun cukup asyik karena di halaman sedikit rimbun. Aku melangkah menuju pintu masuk. Sebelum melangkah lebih dalam, kusempatkan melihat figura yang menerangkan tentang museum ini. Sejak munculnya novel Laskar Pelang, aku menjadi salah satu fan berat Andrea Hirata. 

Bangunan di Museum Kata terbagi menjadi beberapa bagian. Di sisi luar terdapat semacam teras yang dikelilingi kayu penyanggah. Aneka jendela warna-warni membuat tempat ini ceria. Tidak lama aku di tempat tersebut karena ada sepasang muda mudi yang sedang sibuk membuat konsep foto pranikah. 
Memasuki bangunan Museum Kata Andrea Hirata
Memasuki bangunan Museum Kata Andrea Hirata
Kuputuskan masuk Museum. Dipandu Bang Teguh yang sudah berkali-kali mengantarkan tamu, beliau memberi arahan spot mana saja yang menarik diabadikan. Beruntung Bang Teguh cukup lihai dalam urusan memotret. 

Rumah ini terbuat dari papan dan dibalur cat dasar berwarna putih. Kombinasi warna yang lainnya menjadikan tempat ini penuh berwarna dan menarik diabadikan. Menurutku yang menjadi menarik diabadikan bukan karena warna-warni catnya. Namun, penataan berbagai figura lakon Laskar Pelangi yang tepat. 

Benar imbauan sebelum masuk yang tertera di plang pengumuman. Bagi pecinta sastra, buku, dan arsitektur, tempat ini menarik dikunjungi. Letak foto-foto berbagai momen lakon Laskar Pelangi menyatu dengan sampul novel Laskar Pelangi dari belahan Negara yang lain. Menurutku, memang juara yang menata sedemikian rupa. 
Ruangan berisi berbagai foto cuplikan Laskar Pelangi
Ruangan berisi berbagai foto cuplikan Laskar Pelangi
“Di situ bang, aku potret,” Ujar Bang Teguh. 

Sontak aku berhenti, menunggu aba-aba dari beliau. Tidak lama berselang, beliau sudah menghampiriku dengan memperlihatkan hasil fotonya. Pas banget posenya. Terlebih kaus yang kukenakan selaras dengan latar lantai. 

Di belakangku, ruangan satunya itu terdapat seluruh koleksi karya Andrea Hirata. Buku-buku tersebut terpasang rapi dalam bingkai. Sebagai fan Andrea Hirata, hampir semua koleksinya pernah kubaca. Namun, tidak semua kumiliki. Buku terbaru yang kumiliki adalah Sirkus Pohon, dan bulan Maret tahun ini ikut pre order karya yang terbaru dengan judul Orang-orang Biasa
Berfoto di dalam Museum Kata Andrea Hirata
Berfoto di dalam Museum Kata Andrea Hirata

Menyeduh Segelas Kupi Kuli 

Ada kejutan di Museum Kata, sebuah kedai kopi sederhana di bagian belakang ruangan. Jika sebuah rumah, kedai kopi ini berada di dapurnya. Dibuka bersamaan dengan bangunan museum, kedai ini bernama “Kupi Kuli”. Konsep menyeduh kopi dengan cara yang sederhana. 

Aku jadi teringat tahun lalu, ketika seorang kawan mengirimkan sebuah gambar perempuan sedang memegang ceret di depan tungku tanah. Dia seperti menuangkan kopi ke dalam gelas kecil. Foto yang dikirimkan adalah tempat ini. 

“Kamu harus ke sini, mas,” Ujarnya kala itu. 

Kopi, di Belitung penyebutannya dengan kata “kupi”. Seperti sebuah mural yang pernah kubaca di sudut warung kopi Belitung. KUPI; Ketika Utak Perlu Inspirasi. Di sini, aku memang mendapatkan inspirasi untuk mengulas warung kopi ini di blog. Kupi Kuli ini menjadi magnet bagi wisatawan. Sehabis menjelajah museum, pengunjung bisa bersantai di dapur sembari menyeruput kopi. 
Di belakang museum kata belitung ada tempat mengopi
Di belakang museum kata belitung ada tempat mengopi
Konon penamaan kupi kuli diambil dari rutinitas warga Belitung yang dulu sebelum berangkat kerja mempunyai kebiasaan menyeduh kopi di warung kopi. Tak hanya pagi hari, ketika siang pun para pekerja atau kuli biasanya datang ke warung kopi untuk melepas lelah. 

Rata-rata warga yang bekerja sebagai penambang. Kita dapat melihat dampak peninggalan pengerukan tambang di banyak tempat. Cerukan-cerukan lahan terbengkalai membentuk kolam. Jauh sebelum dikenal sebagai destinasi wisata, Belitung erat kaitannya dengan timah. 

Segelas kopi pekat tanpa gula tersaji. Bagi yang tidak suka pahit, di meja sudah tersedia gula dalam stoples. Penyajiannya pun tak kalah sederhana. Tinggal menuangkan kopi dari ceret, lantas disajikan dengan alas piring kecil. 
Perempuan yang membuatkan kop ala belitung, kupi kuli namanya
Perempuan yang membuatkan kop ala Belitung, kupi kuli namanya
Pernah melihat cara orang tua di masa dulu minum kopi? Alas piring kecil yang disertakan itulah sebagai alat untuk menyeduh kopinya. Biasanya, kopi dituangkan pada piring kecil, lantas diseruput. Selain membuat kopi cepat dingin, cara ini memang terlihat unik. Apalagi di masa sekarang, cara menyeduh seperti itu sudah jarang terlihat. 

“Ternyata abang suka kopi,” Celetuk Bang Teguh sembari mengacungkan jempolnya. 

Aku bercerita jika di Jogja sering menyeduh kopi. Mendengar ceritaku, beliau antusias ingin mengajakku mengopi nanti malam sebelum pulang ke hotel. Kami menyeduh kopi bareng sembari melihat hilir-mudik pengunjung yang silih berganti datangnya. 

Di Kupi Kuli hanya ada satu yang bertugas melayani pembelian kopi. Selain kopi, di sini juga ada souvenir yang bisa dibeli seperti kaus ataupun totebag. Aku sempat mengincar satu kaus, hanya saja tidak ada ukuran yang pas, sehingga kutangguhkan. 
Secangkir kupi kuli di museum kata Belitung
Secangkir kupi kuli di museum kata Belitung
Tidak terasa, segelas kopi hitam pekat tandas. Aku mengajak Bang Teguh menuju area luar. Kami melanjutkan jelajah museum yang sempat terhenti. Menyenangkan rasanya berkunjung ke Belitung, menapaki destinasi-destinasi Laskar Pelangi, dan menyempatkan ngopi di Museum Kata. 

Waktu di Belitung masih panjang. Daftar destinasi yang kucatat belum sepenuhnya terpenuhi. Aku kembali ke dalam mobil, kami melanjutkan perjalanan. Halo Belitung! Doakan banyak konten yang bisa kudapatkan selama di tanah Laskar Pelangi. *Belitung, 27 Oktober 2018.

20 komentar:

  1. dadi kelingan jaman cilik, nek pas ngopi dituang dulu ke piring kecil, biar cepet dingin, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyo mas. Itu cara menikmati kopi yang paling enak ahahhahah

      Hapus
  2. Loh cara ngopinya sama kayak bapakku. Dituangin ke cepeh trus diseruput dikit dikit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang dari dulu caranya begitu, Nof. Kita saja yang jarang melakukannya hehehheh

      Hapus
  3. kupi kuli, penasaran sih,, tapi tiap habis ngopi, perutku langsung bergejolak. ah..

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan dipaksakan mas. Mungkin lebih cocok jika ada campuran susunya :-)

      Hapus
  4. Aku pertama kali ke sini 2013, masih sederhana banget rumahnya, tapi secara umum sama dengan yang difoto. Hanya aku gak suka warna warni tembok bagian luar di versi terbaru. Rada... norak menurutku. Tapi ini soal selera sih ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagian luar menurutku memang benar,om. Terlalu banyak warna. Bagus yang di dalam.

      Hapus
  5. Dari dulu pengin ke Belitung tapi belum kesampaian. Pengin naik mercusuar dan foto laut dari atas. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah pasti bisa menjejakkan kaki di Belitung.
      Saya dulu juga seperti itu, dan akhirnya bisa menginjakkan kaki juga di pulau ini.

      Hapus
  6. Semuanya srba vintage gitu ya mas, apalagi ada kedai kopi kaya gitu, suamiku pasti suka bgt, kapan2 ah aku ngrayu biar diajak kesana hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada lagi satu kedai kopi yang sangat terkenal di belitung. Belum kutulis heheheheh

      Hapus
  7. unik banget museum-nya ... kalau ke Belitung ngga datang kesini kayaknya belum afdol ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dibilang ini menjadi destinasi wisata kekinian hehehhe. Diciptakan setelah meledaknya film Laskar Pelangi.

      Hapus
  8. pernah baca kalau dulu baru buka Museum Kata ini gratis. kemudian bayar, semoga pengunjungnya tetap ramai. berharap bisa ke Belitung untuk cicip kopinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bayar 50 ribu dan dapat satu novelnya sih. Kurasa tidak masalah bagi wisatawan yang jauh

      Hapus
  9. Ini museum keren dan pengen bisa ke sini. Huhuhu jauuuh :(
    Btw proses pembuatan kupi kuli masih sangat sederhana dan proses semacm itulah yang sehari-hari kami lakukan di rumah hehehe. Menyeruput kopi di piring itu dulu juga saya lakukan: kopi/teh, biar lekas dingin dan bisa segera diminum hhahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga di masa mendatang bisa datang ke sini mbak. Tempanya memang asyik kok heheheh

      Hapus
  10. trakhir ke museum ini bareng temen2 kantor, outing ksana. aku suka sih ama belitung. museum kata nya yg bikin menarik yg karena wrna warni cerahnya itu. dr pertama kali melihat udh bikin ceria :D.

    kupi kulinya aku jg cobain. tempat utk mengirim kartu pos masih ada ga mas? kange sih pgn ke belitung lg.dulu itu cm pas weekend. jd ga puas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku suka konsep yang di dalamnya. Kalau baluran cat luar bagiku biasa aja hhehehehe

      Hapus

Pages