Mie Kopyok Pak Dhuwur Semarang |
Pengunjung di Lawang Sewu ramai. Seringkali aku berpapasan dengan rombongan beserta pemandunya. Sesekali harus bersabar menunggu mereka berlalu dari spot untuk berfoto. Aku sendiri menemani dua blogger Banjanegara; Idah Ceris dan Neli. Mereka berdua menjadi admin di blog minggatan.
Selama beberapa jam aku menjadi jurufoto dua perempuan ini. Hingga tidak terasa sudah siang. Waktunya rehat sembari mencari tempat yang enak untuk makan siang. Kami buta kuliner kota Semarang. Usai mencari beberapa referensi, akhirnya pilihan jatuh di Mie Kopyok Pak Dhuwur.
“Sepertinya enak siang-siang makan mie kopyok.”
Antara lapar dan tidak begitu tahu kuliner di Semarang membuat kami yakin pilihan Mie Kopyok sudah tepat. Berbagai ulasan tentang Mie Kopyok Pak Dhuwur tersaji. Beberapa blog yang mengulas kuliner ini aku kenal pemiliknya. Sesaat memantau ulasan melalui gawai, kami putuskan langsung menuju lokasi.
Bangunan Lawang Sewu Semarang |
“Cocok!” Aku pun memantapkan.
Belum juga sempat kupesan transportasi daring untuk bertiga. Kawan dari Banjarnegara sudah sigap. Dia sudah memesan terlebih dulu. Untuk sementara waktu, kami bertiga menghabiskan waktu di trotoar pintu keluar Lawang Sewu. Menantikan jemputan yang sepertinya tersendat keramaian kota.
Kembali lagi perjalanan tersendat. Baru masuk mobil dan ingin memutari jalan depan Simpang Lima, rasanya lama. Pengemudi membuka obrolan tentang rute yang kami tuju. Beliau tidak paham benar warungnya. Namun, hapal rute menuju lokasi.
Berlokasi di Jalan Tanjung No.18A, Pandansari, Kota Semarang. Warung kuliner ini tidak sulit ditemukan. Dari kejauhan sudah banyak kendaraan parkir, pun dengan gerobak penjual lotis yang ikut meramaikan jualan di tepi jalan. Sekilas corak spanduk Mie Kopyok Pak Dhuwur ini mirip dengan spanduk Warmindo di Jogja.
Tempat yang disediakan sederhana. Tanah lapak yang sudah ditutupi atap permanen. Meja panjang dilengkapi kursi plastik. Warung ini berada di tempat terbuka. Tidak ada atap menjulang tinggi. Di depan, hanya pagar berwarna hijau kusam sebagai pembatas.
Warung Mie Kopyok Pak Dhuwur yang melegenda di Semarang |
Pengunjung sudah ramai. Meski buka pada pukul 07.00 WIB dan biasanya tutup menjelang sore, warung ini tidak pernah sepi. Terlebih jika datang tepat waktu makan siang seperti kedatanganku. Kami menunggu pengunjung yang sudah selesai makan, lantas cepat-cepat mendudukinya agar tidak dipakai pengunjung yang lain.
Meja sudah didapatkan. Aku mulai mengeluarkan kamera untu mengambil gambar. Gerobak tempat meracik mie sedikit gelap. Beberapa pelayan bertugas melayani pengunjung. Tempat ini memang sangat ramai kala siang hari.
“Izin memotret ya pak,” Ujarku sembari mendekati bapak yang menuangkan kecap pada irisan tahu.
Beliau bersenyum seraya mengangguk. Melihat respon bapak yang meracik, aku yakin beliau sudah terbiasa mendapati tamu seperti aku. Beliau tidak merasa canggung ataupun terusik kala aku berusaha memotret dari jarak yang dekat. Malah beliau mengajak berbincang.
“Wah dari Jogja, toh.”
Menyiapkan pesanan Mie Kopyok |
Kusapu pandangan, melihat warung Mie Kopyor Pak Dhuwur yang ramai. Silih berganti pelayan mengantarkan piring-piring penuh makanan dan membawa piring kosong ketika kembali. Lantas menaruhnya di belakang. Sudah ada satu pelayan yang mencuci piring dan gelas kotor.
Sementara di gerobak tempat membuat mie kopyok tak kalah sibuk. Tangan-tangan terampil mengiris tahu, touge, dan ada juga lontong. Atau tangan tersebut dengan cekatan mengambil mie dan meniriskan sebelum dimasukkan ke piring.
Dua temanku sudah memesan menu. Tatkala aku kembali duduk, sudah ada tiga porsi mie kopyok lengkap dengan minumannya. Potongan tahu dan remahan kerupuk nasi, dan taoge menutupi mie. Kuah yang disiramkan berbentuk agak pekat. Seperti ada kaldu bawang. Tidak ketinggalan sambal yang menambah citarasa.
Sepiring Mie Kopyok Pak Dhuwur sudah di meja |
Tiap hari warung mie koptor ini buka. Nyatanya kuliner ini sudah melegenda di Semarang. Sengaja aku memposting foto mie pada WAG. Alhasil mereka semua bisa menebak jika kami berada di Mie Kopyok Pak Dhuwur.
Di Semarang memang banyak pilihan kuliner. Tentu Mie Kopyok Pak Dhuwur ini bisa menjadi opsi saat kalian berkunjung di Kota Atlas ini. Porsi tidak banyak, namun cukup pas untuk makan siang. Bagiku, kuliner ini cukup pas di lidah. Namun, beberapa kawan yang merespon di WAG ada yang kurang pas rasanya. Kutekankan, urusan rasa memang tergantung lidah masing-masing.
Satu porsi mie kopyok plus teh sekitar Rp.14.000. Aku sendiri tidak membayar, karena ditraktir kedua kawan yang sedari tadi. Tuntas satu porsi habis, kami tidak bisa berlama-lama di sini. Warung yang makin ramai dengan tempat duduk terbatas tak bisa membuat kita lama-lama bersantai.
Mari menikmati makan siang Mie Kopyok Pak Dhuwur |
Kami beranjak keluar. Rata-rata pengunjung di sini hanya untuk makan dan langsung pulang setelah selesai makan dan membayar. Mungkin yang agak sulit di sini adalah tempat parkir. Kalau sedang membludak, rasanya sedikit repot mencari tempat parkir bagi kendaraan roda empat.
Kembali kami memesan transportasi dari. Kali ini melanjutkan perjalanan menuju Sam Poo Kong. Sebelumnya, kami menyempatkan membeli lotis yang di tepian jalan. Mie Kopyok Pak Dhuwur menjadi makan siang hari ini sebelum meninggalkan Semarang menuju kota masing-masing. *Kuliner Mie Kopyok Pak Dhuwur; 05 Januari 2019.
Baru tahu ada makanan ini di Semarang. Tahu gitu sekalian nyobain waktu ke sana beberapa waktu lalu.
BalasHapusSaya juga baru kali ini mencicipi kuliner Mie Kopyoknya hehehehhe
Hapussering ke Semarang, tapi malah gak tahu kuliner ini hahaha
BalasHapusbelum pernah nyobain malah, biasanya cuma tahu gimbal atau beragam kuliner pecinan di kampung pecinan
Rata-rata kalau ke Semarang itu makan Tahu Gimbal atau Lumpia di salah satu gang.
HapusJadi kangen makan mie kopyok pak dhuwur. Lokasinya dekat sama kantor lama, dulu kalau ke sana bisa jalan kaki. Segernyaaa kuah sama rasa bawang putihnya itu lho yang bikin kangen
BalasHapusKudu balik Semarang lagi mbak.
HapusAtau sudah siap bikin kedai kopi di Semarang hahahahha
meski kalah pamor dibanding lumpia
BalasHapusmie kopyok ini pernah beberapa kali kuliat di acara kuliner TV
Iya mas, meski kalah pamor tapi tetap banyak yang mengetahui.
Hapusmie kopyok plus teh sekitar Rp.14.000 terjangkau sekali ya :D
BalasHapusBenar banget, sangat terjangkau :-)
HapusMas Nasirullah, terima kasih telah mampir di blog saya. Semoga kehadirannya membawa berkah. Amin.
BalasHapusSuka mie opyok? Saya juga suka, tetapi tidak hobbi. Saya suka beli mie opyok pada penjual mie keliling. Toap malam biasanya selalu ada penjual mie opyok keliling. Ya, terima kasih atas kunjungannya.
Aminnn
Hapusini kali pertama saya kulineran mie kopyok pas di Semarang :)
kemarin diajakin makan mie kopyok ini, tapi mager panas dan macetnya semarang.. bisalah kalau ke semarang menyempatkan nyicip mienya
BalasHapusTinggal tidur aja, njuk nggak minta dibungkusin? hahahhaha
Hapusaku tuh kalo ke semarang cuma lewat dan palingan beli lumpia thok.. kuliner semarang jujur aja blm banyak tahu ;p.. pernah mampir nyobain soto ayam gitu, nasi goreng babat dan tahu pong, tp tetep aja lumpia favoritku hahahaha.... kapan2 nyobain mie kopyok deh. suka banget liat tampilan tahunya
BalasHapusSelain ini, di Semarang yang terkenal juga Tahu Gimbalnya. Menarik dicoba mbak ahahhaha
HapusWah kalau siang-siang makan mi kopyok pasti sueger yo, mas, apalagi di Kota Semarang. Gandos tenan :D
BalasHapusKapan rep diagendakke neng Semarang bareng. Buahahahaha. Siaki kudu ngecek kalender, Sam
Hapusbelum pernah nyobain mie kopyok ini ... tampilan fotonya menggugah selera ... ada rencana mau main ke Semarang .. jadi dapat ide nih untuk kulineran apa disana ... soalna yang kebayang hanya bandeng mulu :)
BalasHapusSemoga bisa mencicipi kuliner mie kopyok ini, kang :-)
HapusAku belum pernah makan mie kopyok, malah baru denger namanya hehe. Tapi kayaknya cocok buat sarapan. Remahan kerupuknya nggak nahaann.
BalasHapusKalau siang malah lebih enak mas. Makan siang di sini ahahahhaha
Hapus