Sedari pagi ada sedikit aktivitas, cuaca tidak tentu. Bahkan sempat hujan ketika aku sedang berhenti di pasar. Lucu rasanya, jauh-jauh ke Batam, aku tidak mengunjungi tempat-tempat wisata terkenal. Malah sibuk blusukan ke pasar sembari membeli cokelat untuk perjalanan ke Bangka.
Ruas jalan lebar dan sepi. Bangunan menjulang tinggi berganti dengan pabrik, lalu lahan hijau. Selang beberapa waktu sudah area pantai. Pemandangan ini seperti aku sedang di Pantura, menatap pantai dari ruas jalan utama.
Laju kendaraan sedikit melambat. Sebuah tulisan besar sebelum gerbang tak terbaca dengan baik. Aku hanya melihat sekilas. Intinya, siang ini kami ingin bersantai sembari menunggu waktu keberangkatan menuju Bangka menjelang sore.
Portal menuju pantai terbuka, dua petugas memberikan kertas tiket masuk. Aku melihat harga tiket masuk pantai Coastarina, tertera nominal 15000 rupiah perorang. Sembari mengucapkan terima kasih, mobil yang kami naiki melaju menuju tempat parkir.
Mobil berhenti, bergegas aku menuju arah kamar mandi. Selama di perjalanan menahan buang air kecil. Di sini, bangunan sudah banyak mumpuni, cenderung masih baru. Namun, tidak sepenuhnya terawat dengan baik.
Bianglala dan tulisan Coastarina |
Aku melihat sekeliling, cukup senyap. Kutinggalkan teman rombongan yang asyik berfoto. Aku menjelajah sedikit sudut di Pantai Coastarina. Tempat luas ini masih lengang. Segelintir pengunjung yang datang, itupun menuju kedai kopi yang menjorok ke laut.
Tanah masih basah, di beberapa tempat ada genangan air yang belum sepenuhnya meresap ke tanah. Langit masih tertutupi awan tebal. Sejak pagi hujan sangat lebat. Di ruas jalan dekat pelabuhan yang aku kunjungi air menggenang tinggi.
Coastarina dibangun pada tahun 2009 di atas lahan sebesar 40 hektare. Tempat ini langsung diresmikan oleh Presiden SBY. Bisa jadi, tempat ini diharapkan bisa menjadi destinasi wisata yang menarik bagi masyarakat Batam dan para pelancong dari negara tetangga.
Melihat dari pembangunannya, tempat ini sepertinya memang sudah dikonsep untuk destinasi wisata. Semacam taman area tamasya bagi warga setempat. Selain berbagai wahana, tidak ketinggalan fasilitas seperti musola serta kafetaria.
Aku menjelajah sedikit sudut di Pantai Coastarina. Bagian yang menyenangkan malah di lahan hijau. Jejeran pohon Pinus menjadikan lahan tersebut rindang dan teduh. Pun lengkap dengan jogging track yang dekat bibir pantai. Keberadaan pepohonan Pinus ini tentu menyenangkan jika kita bisa bermain di bawahnya.
Pasir putih di Pantai Coastarina Batam |
Ada sedikit perbedaan di sini. Bagi mereka yang ingin bermain ke pantai, ada masyarakat yang masuk ke wilayah Coastarina, dan ada juga yang mereka cukup berhenti di tepian jalan sebelum portal masuk. Hanya saja, di tepian jalan kita hanya melihat pantai tanpa bisa bermain-main.
Di sini, jogging track-nya cukup mencolok. Jalur yang diperuntukkan para pengunjung berlari ini dilabur cat warna-warni. Pilar-pilar dengan aneka warna ini hanya pada tepian pantai yang agak menjorok ke laut.
Justru tempat ini menjadi spot yang menarik untuk berfoto. Mumpung masih sepi, aku menaruh kamera dengan tripod mini, lantas memotret menggunakan gawai. Melihat ini, rombonganku tertarik foto bersama. Lagi-lagi kami foto bersama di tempat ini sebelum menuju kedai kopi.
Tiang warna-warni di jogging track |
Tulisan besar Coastarina yang di depannya lahan luas menarik perhatianku. Kutaruh kamera di kursi permanen, lalu mencoba mengabadikannya. Meski tidak sepenuhnya simetris, cukuplah sebagai bukti jika aku sudah mengunjungi tempat wisatanya orang Batam.
Coastarina ini menurutku belum sepenuhnya optimal potensinya. Lahan yang cukup luas dengan fasilitas mumpuni, namum belum sepenuhnya bisa menggaet banyak wisatawan. Semoga tempat ini ke depannya menjadi lebih ramai dan kebersihannya terjaga.
Berfoto di tulisan Coastarina |
*****
“Kita nggak foto di sana?” Celetukku sembari menunjuk daratan dari tepi pantai Coastarina.
Di antara bangunan menjulang tinggi terdapat satu bukit yang cukup mencolok perhatian. Bukit tersebut tampak jelas menampakkan tulisan “Welcome to Batam”. Bukit yang sering menjadi latar belakang para pelancong kala berkunjung di Batam.
“Nanti sebelum ke bandara, kita singgah di sana sebentar,” Ujar Mbak Tina.
Penerbangan memang masih lama, pukul 17.20 WIB nanti jadwalnya penerbangan menuju Bangka. Rencananya aku di sana hingga hari sabtu. Sampai sekarang pun belum ada daftar destinasi yang ingin aku kunjungi. Seperti sekarang, sekadar ingin bersantai.
Cukup lama aku di Pantai Coastarina, waktunya melanjutkan perjalanan menuju Bukit Clara, Batam. Bukit ini yang dari Coastarina terlihat mencolok dengan tulisan Batam. Lokasinya tidak jauh, rasaku baru beberapa menit naik mobil, kami sudah sampai di tanah lapangnya.
Bukit Clara terlihat dari Coastarina |
Konon Bukit Clara ini berada di pusat kota Batam. Seingatku, tidak jauh dari tanah lapang ini ada masjid. Bagi masyarakat di Batam, Bukit Clara ini semacam maskot kota. Mengingatkan kita pada tulisan Hollywood Hill.
Menjelang sore, tanah lapang tempat foto dengan latar tulisan Batam belum ramai. Ada banyak spot ala-ala untuk berfoto. Spot-spot ini mengingatkanku pada spot ala-ala yang menjamur di Indonesia, khususnya di Jawa.
Menyambangi Bukit Clara Batam |
Aku tertarik mengabadikan diri dengan latar tulisan tersebut. Namun, tidak dengan tambahan bingkai ala-ala yang ditawarkan warga setempat. Aku mencari spot yang tepat agar di belakang tidak ada tampak mobil yang terparkir.
Berbekal gawai dan aplikasi yang sudah aku install, akhirnya bisa foto ala-ala dengan tulisan Batam. Tak kuhiraukan kawan-kawan tertawa melihat polahku. Nanti mereka juga bakal ikutan foto kalau sudah melihat hasilnya.
Aku tidak lama di sini. Usai foto, berbincang sesaat dengan warga yang menawarkan spot foto ala-ala. Beliau bilang jika sore hingga malam adalah waktu yang paling ramai pengunjung. Lahan kosong ini nantinya riuh menjelang malam.
Foto ala-ala di Bukit Clara Batam |
Terbayangkan hiruk-pikuk kala malam di lahan Bukit Clara. Bagaimana pelancong yang asyik berfoto, suara warga yang menawarkan makanan, spot foto, hingga minuman. Atau suara histeris pelancong yang meluapkan kegembiraannya di sini. *Batam; 24-25 Oktober 2018.
pantai yg banyak pohonnya, enak tuh buat piknik, sejuk pastinya...
BalasHapusBisa gelar tikar ya mas
HapusKl jogging tracknya gini kayake jd semangat lari deh. *alasan!
BalasHapusAlasanmu saja. Lah dikejar kenangan mantan saja nggak kuat kok
HapusNaik bianglala di tepi pantai mantap juga tuh.
BalasHapusKalau saya angkat tangan ahhaaha
Hapusanak pantrai main ke pantai, cuma kaalu ini ada tulisan gedenya hahaha, sesok mburi umah ojo di kei ngunu kui ya
BalasHapusKui mung survei, sopo ngerti dijual lahane
Hapuswah ada bianglala di pinggir pantai.. ekspetasiku kebayang kayak di film2 holywood. Pantai Santa Monica :D
BalasHapusTolong jangan membayangkan hal-hal yang terlalu tinggi haahahahah
HapusAku belum nyampek ke Batam hmmm. Padahal klo Nyingapur udah deket banget wkkw
BalasHapusSesekali neng Batam, njuk numpak kapal neng Singapur hahahhhah
HapusCoastarina tempatnya sudah oke ya ... tapi ternyata kurang menarik wisatawan ... mungkin orang Batam sudah bosen kesana ada tempat yang lebih menarik ... :D
BalasHapusMemang kudu lebih bekerja keras biar tempat ini menjadi salah satu destinasi tujuan. Sementara lebih banyak warga setempat yang main.
Hapus