November Rain. Sebuah sapaan setelah sekian lama musim kemarau di Indonesia. Pagi ini, awal bulan November hujan menyapa. Tanah gersang berganti lembab. Aku menyeduh kopi di depan jendela, menikmati suasana mendung di Jogja.
Tangan-tangan menari di atas keyboard laptop. Mengacuhkan keramaian orang-orang yang asyik menyesap kopi sembari berbincang dengan kawan. Sesekali perempuan berjilbab mengotak-atik kamera. Sepertinya dia sedang membuat video rekaman di Erha Coffee Jogja.
Begitu transportasi daring menghentikan motor tepat di bangunan ini, aku merasa tidak asing. Erha Coffee ternyata dulunya tempat yang digunakan oleh Dongeng Kopi. Tidak banyak perbedaan yang mencolok, sehingga aku cukup mengenali tempat ini.
Sebuah mural tergambar pada tembok putih bertuliskan Erha Coffee and Literacy, di jendela terdapat sebuah meja kecil yang tersemat. Jika digunakan, nantinya pengunjung yang duduk di kursi menghadap ke jalanan.
Logo Erha Coffee and Literacy |
Kaki kulangkahkan memasuki kedai kopi ini. Dua orang sedang duduk berbincang di meja depan barista. Melihat aku masuk, salah satu lelaki yang di sana beranjak berdiri dan menyapa. Lelaki ini adalah barista yang sedang bertugas di siang hari.
Meja bar panjang, di depannya sudah tersebar meja dan kursi. Penempatan meja ini memanfaatkan tiap pojokan ruangan. Sedikit ada meja yang berada di tengah-tengah. Melihat konsep penataannya ini, aku yakin pemilik kedai sudah mempertimbangkan tentang kenyamanan pengunjung yang mengopi.
Lantai berkeramik putih dan dikombinasikan dengan keramik berwarna agak gelap. Baluran cat putih. Di beberapa spot sudah terdapat tanaman yang merambat, sehingga tanaman tersebut menjuntai ke bawah dari atap.
Suasana ini membuatku menjadi nyaman. Meski aku belum sepenuhnya menjelajah sudut-sudut ruangan ini, sudah kusimpulkan tempat ini terbuka. Hal ini didukung dengan banyaknya jendela yang terbuka, tanpa menggunakan pendingin ruangan, dan dominan cahaya dari luar.
Ruangan di depan meja bar Erha Coffee and Literacy |
“Mari bisa dibantu?”
“Menunya di mana ya mas?” Tanyaku.
“Di atas mas,” Jawab barista sambil menunjukkan tulisan menu yang tersemat di tembok.
Aku mengucapkan terima kasih, lantas membaca menu-menu yang disediakan. Kopinya cukup beragam. Ada juga minuman non kopi yang bisa dipesan. Aku sudah lumayan lama tidak menikmati minuman manual seduh, di sini ingin mencoba menyesap kopi seduh sambil bersantai.
Pilihanku jatuh pada Kopi Mandailing. Sebelumnya, barista sudah mengatakan jika kopi untuk manual seduh tinggal dari Mandailing dan satu lagi aku lupa namanya. Pilihan kopi Mandailing ini karena rekomendasi dari baristanya. Lucunya, stok kopi tinggal sedikit. Cukuplah untuk aku seduh sore ini.
Daftar harga dan menu di kedai Erha Coffee and Literacy |
Sekilas tentang Erha Coffee and Literacy. Kedai kopi ini sudah hampir dua tahun, tepatnya bulan April 2018. Beralamat di Gorongan, Jl. Wahid Hasyim, Ngropoh, Caturtunggal, Erha Coffee ini lokasinya tidak jauh dari Kampus UPN.
Kedai kopi ini mulai buka cukup pagi. Pukul 08.00 WIB sudah buka, dan tutup pukul 02.00 WIB. Barista yang bekerja di sini ada empat orang, belum termasuk kasir yang juga bertugas sebagai pramusaji.
Sembari menunggu seduhan kopi, aku berbincang dengan baristanya. Mas Dimas cukup tanggap kala berinteraksi dengan pengunjung. Siang ini belum begitu ramai. Tempat yang sudah banyak orang ada di meeting room.
Dari obrolan ini, aku tahu jika minuman yang paling banyak dipesan pengunjung adalah es kopi susu. Sepertinya minuman ini masih menjadi andalan para kedai kopi dalam menggaet pengunjung. Kulihat harga yang tertera berkisar 20000 rupiah.
Seperti yang sudah aku bilangs ejak awal. Erha Coffee and Literacy ini peka dengan keinginan pengunjung. Mereka mengonsep tempat ini seperti berada di rumah sendiri, sehingga penataan meja dan kursi jaraknya terjaga.
Ruangan terbuka yang nyaman di Erha Coffee and Literacy |
Ruangan terbuka cukup luas, layaknya rumah yang dominan tempat terbuka. Kursi dan meja kayu terpasang di sudut-sudut strategis. Aku sendiri sudah duduk di meja yang tepat di jendela dan menghadap area luar belakang kedai yang dimanfaatkan sebagai tempat merokok.
Jaringan internet sudah ada, sementara ini cukup mumpuni saat aku mengaksesnya. Sebenarnya sebagian besar ruangan di Erha Coffee and Literacy diperbolehkan merokok. Seingatku tadi barista mengimbau jika larangan merokok itu di meja bar.
Tiap meja terdapat fasilitas colokan listrik. Sehingga di sini lebih nyaman jika kita ingin bekerja. Dari informasi yang aku dapatkan, waktu yang tepat untuk menepi dan mengerjakan tugas kala di kedai kopi ini adalah pukul 08.00 WIB – 12.00 WIB. Setelah itu cenderung mulai ramai.
Benar saja, ketika aku berkunjung awalnya cukup asyik dengan suara musik dari pelantang. Lambat laun menjelamg sore makin riuh. Sudut-sudut yang strategis digunakan orang untuk bermain menggunakan gawai, ada juga yang sedang merekam, sepertinya sedang ada project.
Lantai dua sebenarnya untuk musola. Selain itu juga ada meja panjang yang menghadap ke dua arah. Meja ini sebagai pelengkap, seluruh pemandangannya ke luar. Sedangkan di lantai satu bagian belakang, kedai ini masih mempertahankan dua pohon rindang sebagai peneduh.
Tiap sudut strategis ditambahi susunan buku bacaan. Sehingga menjadikan suasana nyaman tempat tersebut. Sejak datang, aku langsung tahu tempat yang sekarang kutempati adalah spot menarik. Tidak membosankan tempatnya.
Kedai kopi identik dengan tempat bekerja atau dikenalnya dengan sebutan working space. Sempat kusinggung tentang tempat tersebut. Namun, menurut barista tidak ada fasilitas tersebut. Malah, yang ada itu meeting room.
Diskusi di ruangan rapat Erha Coffee and Literacy |
Ruangan rapat ini sudah difasilitasi dengan LCD, untuk memesan ruangannya pun tinggal menghubungi kedai kopi melalui telepon atau WA. Menariknya lagi pemesanan tempat tidak dikenai harga. Minimal tiap orang membeli makanan atau minuman 20000 rupiah.
Aku penasaran dengan tempat tersebut. Lantas mencoba melihat di dalam. Sayangnya tempat ini memang cepat dipesan, sehingga sudah ada sekelompok mahasiswa yang diskusi. Aku meminta izin memotretnya dari luar, dan mereka mengizinkan.
Sebelum kembali melanjutkan menulis blog, aku meminta mbak kasir untuk mengabadikan diri di spot yang paling strategis menurutku. Duduk santai di kursi menghadap jendela terbuka dan melihat suasana luar.
Kombinasi Kopi Mandailing dan keik cukup pas. Berkali-kali mbak kasir menekan tombol shutter, lantas memintaku untuk memeriksa dengan alasan dia tidak terbiasa memotret menggunakan kamera. Aku mengecek hasil fotonya.
“Bagus mbak, terima kasih ya sudah dibantu,” Ujarku tersenyum.
Spot foto ala-ala di Erha Coffee and Literacy |
Kembali aku menikmati waktu merangkai kata. Larut dalam kesendirian, sesekali melongok sekelompok mahasiswi yang sedari tadi sibuk membuat rekaman. Mereka adalah mahasiswi dari UPN, jurusan Agribisnis. Katanya sedang membuat konten cover lagu.
Waktu terus berjalan, tanpa terasa satu tulisan terselesaikan di Erha Coffee Jogja. Percaya atau tidak, tulisan yang aku buat adalah yang kalian baca sekarang. Jadi, untuk beberapa waktu ke depan, aku sengaja menantang diri ini menulis kedai kopi di lokasinya langsung. Sehingga ide-ide tersebut masih segar.
Sedikit kesanku tentang Erha Coffee and Literacy selama lebih tiga jam di lokasi. Tempat ini nyaman untuk bekerja sebelum siang. Makanan beragam, tempat salat tersedia. Menjelang sore mulai ramai, masih bisa untuk bekerja tapi bagi yang tidak terbiasa ramai kurang kurekomendasikan.
Tempat sampah ada di beberapa sudut, termasuk di lantai dua. Minuman kopi rasanya tidak jauh beda dengan kedai kopi yang lainnya. Untuk es kopi susu setahuku menggunakan plastik meski minum di tempat.
Pada dasarnya cukup bagus. Kasirnya juga sempat membantu menunggui barang-barangku waktu kutinggal salat asyar. Seperti kusebut sejak awal, berhubung ini berdekatan dengan UPN, jadi banyak mahasiswa UPN yang nongkrong di sini. *Erha Coffee and Literacy, 02 November 2019.
jadi betah nongkrong nih kalau banyak mahasiswi , hihihihi
BalasHapusHahahahah siapa tahu bisa kenal salah satu dari mereka *eh
HapusMenu segede gitu di tembok nggak liat ya Mas.. hahaha..
BalasHapusKeren tempatnya, zadul zadul gimanaaa gitu.
Saya biasanya lebih fokus ke pengunjungnya, terlebih yang cewek *eh
Hapusruang rapat dengan harga ekonomis .... ide yang bagus ... jadi keunggulan dan sekaligus pembeda dari banyaknya kedai kopi yang bermunculan
BalasHapusIni yang menjadi nilai plusnya kang. Harganya sangat terjangkau. Tapi rebutan yang ke sana hahahhaha
Hapus