Cuaca cerah di pertengahan bulan Desember. Dari kejauhan Gunung Telomoyo tampak jelas. Aku terus berjalan mengikuti papan petunjuk arah yang bertuliskan Desa Menari di sebuah pertigaan. Jalanan sepi. Sesekali berpapasan dengan kendaraan roda dua yang membawa pakan ternak.
Pagi ini aku sengaja ingin menjelajah Kampung Berseri Astra Tanon. Sebuah kampung yang berada di kaki Gunung Telomoyo. Seperti yang sudah banyak diketahui, Tanon memikat Astra Indonesia untuk menjadikan kampung ini sebagai Kampung Binaannya pada akhir tahun 2016.
Tentu ini menarik bagiku. Bertahun-tahun, Astra Satu Indonesia mempunyai puluhan desa binaan yang bernama Kampung Berseri Astra. Setiap kampung tentu mempunyai potensi yang bisa digali, khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan.
Gunung Telomoyo dari kejauhan |
Tanon merupakan salah satu kampung yang ada di Desa Ngrawan. Desa Ngrawan terdiri dari lima dusun, yakni; Ngrawan, Tegal Sari, Ploso, Padan, dan Tanon. Di tempat ini merupakan sentra peternak sapi perah di Kabupaten Semarang.
Memasuki Kampung Tanon, kembali sebuah papan informasi besar berlatar warna kuning tampak mencolok. Ini adalah denah Kampung Tanon yang lengkap dengan lokasi-lokasi penting yang lainnya.
Denah sederhana ini menjadi papan informasi bagi pengunjung. Tertera Sekretariat Desa Menari, Sanggar Seni, Produksi Sabun Susu, PAUD, Polindes ataupun Pospindu, hingga tempat-tempat lainnya seperti UMKM, Peternakan, dan Kantor Desa.
Secara tersirat, pilar-pilar yang ditanamkan oleh Astra Indonesia tersedia di sini. Konon, Kampung Berseri Astra Tanon identik dengan peternakan serta konsep Laboratorium Sosial. Aku tertarik apa yang dimaksud Laboratorium Sosial dan siapa yang menggagas ide tersebut.
Sebelum jauh mengulik tentang sosok dibalik konsep Laboratorium Sosial, biarkan aku menceritakan pengalaman saat berkunjung di Kampung Menari Tanon. Sebuah kampung yang sederhana, namun mempunyai kesan begitu mendalam.
Menebar Harmoni Merajut Inspirasi Menuai Memori
Tak ada suara gamelan yang ditabuh, apalagi tarian penyambutan wisatawan saat aku datang. Aku malah disapa warga yang sedang berjalan. Mereka begitu ramah melihat orang asing memegang kamera sepertiku.
Menariknya, sebelum aku mengenalkan diri, ibu yang berpapasan denganku dengan ramah menawarkan untuk singgah di rumahnya. Aku menolak dengan halus. Karena tujuanku ke sini ingin melihat peternakan milik warga.
Mengunjungi Kampung Berseri Astra Tanon |
Tidak perlu bertanya dua kali. Ibu ini menunjukkan arah rumah warga yang mempunyai kandang sapi. Beliau dengan senang hati menyambut orang yang datang sendirian sepertiku. Benar kata Pak Trisno (Ketua Pokdarwis Desa Menari), beliau bilang warganya sudah terbiasa menyapa orang yang datang.
Perlu diketahui, Kampung Berseri Astra Tanon ini juga dikenal dengan sebutan Desa Menari. Tahun 2012, untuk mem-branding desa Tanon, disematkanlah nama Desa Menari agar dapat dikenalkan secara meluas. Ketika orang menyebut Desa Menari, secara tidak langsung yang disebut adalah Kampung Berseri Astra Tanon.
Semalam, aku sudah ke Kampung Menari. Di sini aku meminta izin ke Ketua Pokdarwis tentang tujuanku yang ingin mengulas desa menari dalam bentuk tulisan blog. Beliau dengan terbuka mengizinkan, bahkan menceritakan kalau besok pagi ada sambatan di rumah warga.
“Kenapa Tanon menggunakan Desa Menari? Karena di sini masyarakatnya secara turun temurun melekat tradisi untuk melestarikan tarian. Lalu saya kembangkan, tidak sekadar menari (tarian) saja. Tapi Akronim dari Menebar Harmoni Merajut Inspirasi Menuai Memori,” Terang Pak Trisno.
Suasana sunyi di Desa Menari Tanon |
Di Tanon memang ada banyak penari sejak dulu. Bahkan secara menyeluruh di Desa Ngrawan sendiri terdapat sanggar-sanggar tari yang tersebar. Sanggar tersebut tidak setiap hari ada latihan. Anak-anak berlatih kala senggang.
Tujuan menari bukan untuk penyambutan tamu. Mereka berlatih menari agar tarian-tarian yang sudah melekat pada diri mereka tetap ada dan terjaga. Tidak terlupakan serta hilang tergusur zaman.
Gelaran tarian akbar sempat tersaji di Desa Menari kala Festival Lereng Telomoyo 2019. Tarian akbar berlangsung di panggung terbuka Desa Menari. Selebihnya di hari-hari biasa, panggung ini hanya untuk latihan. Terlebih lokasinya dekat dari sanggar.
Berbagai alat musik tradisional tertata rapi di ruangan terbuka. Pagi ini tidak tampak keramaian. Malah cenderung sunyi. Hanya ada seorang anak perempuan kecil yang sedang menyabuti rumput di depan halaman.
Sanggar memang sepi pada jam-jam anak sekolah. Latihan menari hanya sore, itupun meluangkan waktu. Desa Menari Tanon tidak ingin kesibukan anak-anak dalam bersekolah ataupun beraktivitas terganggu untuk latihan menari.
Seperti yang diterangkan Pak Trisno sejak awal, Menari itu mempunyai dua makna. Satu sebagai desa menari (tarian), dan kedua adalah harmoni, inspirasi, dan memori. Semua bisa kita dapatkan jika menginap di sini ataupun kala berinteraksi dengan masyarakatnya.
Sanggar Tari di Desa Menari Tanon |
Menari yang lainnya adalah sebuah bentuk konsep yang tergambar pada paket wisata di desa ini. Desa Menari menawarkan kepada khalayak umum yang ke sini untuk belajar harmoni terlebih dahulu. Harmoni sendiri adalah keselarasan.
Diharapkan tiap wisatawan bisa selaras dengan dirinya sendiri, selaras dengan lingkungan, serta selaras dengan masyarakat sekitar. Ketika harmoni itu sudah muncul, hal yang diharapkan adalah adanya inspirasi.
Masyakarat di Desa Menari meyakini siapapun yang datang ke sini adalah guru. Karena itu, dengan siapapun mereka harus belajar mendapatkan inspirasi. Di sisi yang lainnya, diharapkan orang yang berkunjung ke sini bisa merasakan inspirasi.
Pada akhirnya muncul memori yang indah. Dari Tanon, dari kegiatan-kegiatan yang sederhana muncul semangat perubahan. Sebuah kenangan yang terus diingat serta dibagikan ceritanya ke khalayak umum.
Menari bukan sekadar sebuah perwujudan tarian. Namun, jauh lebih luas. Tentang bagaimana seseorang yang merasakan ketenangan, mendapatkan inspirasi, lalu terekam dalam memori selamanya.
Mengenalkan Outbond Ndeso dan Berinteraksi dengan Warga
Berbagai paketan sudah tersedia di Desa Menari Tanon. Semuanya dilakukan secara bergotong-royong. Rumah-rumah warga juga sebagian sudah menjadi penginapan. Tertera nama-nama penginapan di tiap pintu rumah warga.
Dolanan anak, kesenian tradisional, beternak, ataupun kegiatan mancakrida ndeso terkonsep dengan baik. Sudah banyak wisatawan yang turut menginap di rumah warga, serta beraktivitas dengan warga. Uniknya, Desa Menari Tanon menjadi daya tarik wisatawan manca untuk merasakan sensasi tinggal bersama di rumah penduduk.
Masyarakat Desa Menari Tanon sedang berkumpul di halaman rumah warga |
Paket wisata yang ditawarkan pada akhirnya semua untuk masyakarat, permainannya pun identik dengan dolanan anak. Pun aktivitas yang ditawarkan sendiri adalah outbond ndeso, sebuah kegiatan yang dilakukan oleh warga setiap hari seperti bertani dan beternak.
Kegiatan outbond ndeso pun tercakup di sini. Konsep yang beliau lakukan adalah outbond di tengah-tengah desa, dengan pemandu orang-orang desa, dengan permainan dan aktivitas ala desa. Setiap outbond yang beliau tawarkan mempunyai nilai edukasi untuk tamu.
Semua wisata outbond ndeso ini bisa dirasakan saat wisatawan datang dan memilih paketnya. Jika kalian berminat untuk menikmati konsep outbond ndeso, silakan datang berkelompok dan mengambil paket-paket yang sudah disediakan.
Aku turut merasakan bagaimana serunya berbaur dengan masyarakat Desa Menari Tanon. Kucoba merasakan sebuah harmoni kala berinteraksi dengan warga, meraih inspirasi sewaktu berbincang, hingga tebersit dalam memori selamanya.
Di antara kumpulan warga yang sedang berbincang di sebuah joglo kecil, aku turut bergabung sambil mendengarkan agenda hari ini. Salah satu warga di Desa Menari Tanon sedang ada hajatan. Ini artinya tiap orang turut gotong royong membantu yang punya hajat.
Di Jawa Tengah, sebagian menyebutnya sambatan. Kami berbincang santai sembari meneguk teh serta mengemil kudapan yang disediakan tuan rumah. Di hadapanku, dua ekor kambing siap disembelih.
Warga setempat menerima kedatanganku dengan ramah. Kami seperti sudah kenal lama, berbincang santai dan sesekali aku mengabadikan aktivitasnya. Tanpa ada komando, dari berbagai arah sudah banyak orang yang berdatangan.
Kami memasang tratak tenda. Besi-besi disusun sesuai dengan tempatnya. Satu dan yang lainnya saling dikaitkan. Lantas bagian terakhir memasang terpal yang awalnya tergulung. Tidak lama, tenda untuk para tamu sudah terpasang.
Tradisi gotong royong masih melekat kental di Desa Menari Tanon |
Satu kegiatan sudah selesai. Para warga yang lelaki tidak lantas bersantai. Tugas selanjutnya menyembelih kambing. Dua kambing ditarik ke belakang rumah. Lalu disembelih secara bergantian. Selepas itu, mereka sudah tahu tugasnya masing-masing.
Di dapur pun tak kalah sibuk. Ibu-ibu yang bertugas membuat makanan untuk disajikan beraksi. Tungku kayu bakar mengepul. Aroma kuliner khas desa menyeruak. Segala canda terlontar saat aku turut mengabadikan.
Sekumpulan perempuan yang lainnya juga sibuk berkumpul membentuk lingkaran. Mereka mengiris bawang merah, wortel, serta sayuran yang lainnya sebelum diolah menjadi sup. Nuansa gotong royong di Desa Menari amat melekat.
“Sambatan, Kerja Bakti, atau ataupun itu di kampung kami menjadi paket wisata yang menarik bagi wisatawan manca, mas,” Terang Pak Trisno sembari tersenyum sumringah.
Hari ini ketika ada hajatan di salah satu warga, Desa Menari Tanon tidak menerima kunjungan wisatawan. Mereka fokus gotong royong membantu orang yang punya hajatan. Nilai-nilai kebersamaan warga jauh lebih penting daripada menerima tamu wisatawan saat ada warga yang punya hajatan.
Para ibu memasak di dapur rumah warga yang punya hajatan |
Tanon, Desa Menari Binaan Kampung Berseri Astra
Jauh sebelum dikenal dengan sebutan Desa Menari, Tanon hanyalah dusun kecil yang berada di kaki Gunung Telomoyo. Kehidupan penduduknya beternak dan bertani. Tidak banyak anak-anak yang melanjutkan sekolah.
Waktu terus berjalan, Pak Trisno mulai bergerak dengan ide-ide yang brilian. Pada akhirnya dusun ini dikenal oleh banyak orang. Puncaknya ketika tahun 2016 akhir Astra Indonesia menjadikan Tanon sebagai kampung binaannya dengan sebutan Kampung Berseri Astra.
Tiap kampung yang dibina oleh Astra mempunyai empat aspek yang diperhatikan yakni, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan. Desa Menari Tanon yang dikomandoi Pak Trisno bersama warga berusaha semaksimal mungkin melakukan setiap kegiatan sesuai aspek tersebut.
Di Jawa Tengah sendiri, Desa Menari Tanon menjadi desa Kampung Berseri Astra yang pertama. Jika ditelusuri, Tanon menjadi Kampung Berseri Astra ke 27 secara nasional. Sebuah pertanda jika Tanon memang mempunyai potensi besar menurut sudut pandang Astra.
Tidak semua aspek tersebut terlihat mencolok di Tanon. Semua aspek secara umum sudah dilakukan, namun tetap pada lingkup lokal yang ada di desa. Di Tanon, aspek kesehatan misalnya. Kegiatan secara khusus tidak ada.
Aspek kesehatan tetap mengacu pada kegiatan Pospindu. Pospindu di Desa Menari Tanon sudah tercatat resmi di Puskesmas. Sehingga setiap kegiatan yang dilakukan oleh warga secara langsung mendapatkan pelayanan dari puskesmas yang ada di sekitarnya.
Untuk posyandu sendiri baru posyandu remaja. Semoga ke depannya aspek-aspek yang berkaitan dengan kesehatan bisa berjalan dengan baik. Minimal dengan adanya Pospindu ini masyarakat peka dengan kesehatan.
Di bidang pendidikan pun sama. Secara spesifik Desa Menari Tanon tidak ada kegiatan yang mencolok. Namun, justru di sinilah yang menarik. Pak Trisno selaku ketua Pokdarwis merangkul semua pemuda di desa untuk berkreasi.
Perpustakaan Omah Cikal, tempat berkreasi para pemuda di Desa Ngrawan |
Di rumah Pak Trisno terdapat banyak koleksi buku. Sebagian buku tersebut dihibahkan ke Perpustakaan kecil bernama Omah Cikal. Tempatnya masih di desa Ngrawan. Perpustakaan inilah yang dikembangkan pemuda desa bersama Pak Trisno untuk mengajarkan anak-anak terkait literasi dan diharapkan bisa berkreasi.
Akhir bulan Desember ini, Pak Trisno bersama pemuda-pemuda yang bergerak di bidang literasi sedang mengonsep kegiatan bernama “Nyawiji Ing Candar Kirana”. Sebuah kegiatan berkumpul, belajar bersama dengan satu tujuan yang diimpikan.
Konsep yang menarik karena kegiatan ini mendapatkan respon positif dari Astra Satu Indonesia. Melalui akun Instagramnya, Omah Cikal mengabarkan kunjungan Astra Satu Indonesia di perpustakaan desa tersebut. Ini artinya, bidang pendidikan di Desa Menari menggeliat dan bermanfaat.
Kegiatan bertajuk lingkungan pun sama. Setiap desa mempunyai aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan. Di Desa Menari Tanon, aspek lingkungan diterapkan pada para warga yang bertani dan peternak.
Aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan juga diterapkan dengan membuat pupuk organik, pun dengan menjaga lahan pertanian di Desa Menari Tanon tetap terjaga serta generasi mudanya ada yang terjun menjadi petani modern.
Satu hal juga yang dilakukan dalam lingkungan adalah konservasi mata air. Letak geografis Desa Menari Tanon yang berlokasi di kaki Gunung Telomoyo mempunyai potensi mata air bersih melimpah. Harapannya bisa dikelola dengan baik dan tetap terjaga.
Selain lahan pertanian terhampar luas menjadi aspek penting untuk mata pencaharian. Pun dengan potensi peternak di Desa Menari Tanon. Tiap warga hampir sebagian besar mempunyai hewan ternak sapi yang bisa menghasilkan perah susu.
Sebagian besar masyarakat Desa Menari Tanon adalah peternak dan petani |
Suara sapi melenguh dari kandang kecil. Aku meminta izin pemilik hewan ternak untuk melihat sapi peliharaannya. Perempuan paruh baya dengan ramah membukakan pintu kandang sapi. Beliau berseloroh jika banyak wisatawan yang ke sini untuk melihat sapi.
Dua sapi besar merespon kedatanganku. Anak sapi yang baru satu bulan lahir bertingkah. Berlari-lari kecil di dalam sekatan pagar bambu. Tanpa aku tanyai, Bu Bakinem menerangkan jika dua sapi perahnya ini setiap hari menghasilkan 12 liter susu murni.
Warga Desa Menari Tanon yang mempunyai sapi perah menyalurkan susu sapinya ke KUD. Di sinilah peran KUD dalam menyediakan kebutuhan masyarakat di bidang pertanian dan peternakan.
Susu sapi di Desa Menari sebagian diolah menjadi sabun. Olahan sabun ini yang melengkapi aspek Astra Indonesia di bidang kewirausahaan. Produksi sabun susu sapi memang belum besar. Namun, potensi untuk dikembangkan pasti tetap ada.
Dari olahan susu sapi menjadi sabun, Pak Trisno sendiri mempunyai misi untuk memantik tiap warga Desa Menari Tanon dalam membuat olahan yang lainnya. Misi beliau ditangkap dengan baik karang taruna. Mereka membuat olahan minuman dan dijual dengan kemasan menarik.
Minuman hasil olahan warga dikemas karang taruna. Lalu mereka mempromosikan dengan media sosial. Aku sendiri sudah menyesap minuman hangat dari serbuk beet. Rasanya cukup manis. Hingga kuputuskan membeli serbuk minuman tersebut.
Aneka minuman hasil olahan warga setempat |
Aktivitas outbond ndeso juga bagian dari aspek kewirausahaan. Desa Menari Tanon mempunyai banyak paket yang bisa pilih wisatawan. Tentu paket wisata outbondnya ini berkaitan dengan kegiatan masyarakat serta mempunyai nilai edukasi.
Oleh-oleh yang kubawa dari sini antara lain empat macam serbuk minuman Sereh, Jahe, Kunyit, dan Beet. Produk olahan warga ini diharapkan ke depannya bisa lebih dikenal dan mendapatkan respon posifit bagi wisatawan yang datang.
Desa Menari Tanon dibilang sangat bagus kinerjanya menurut Astra Indonesia. Kini desa tersebut mendapatkan predikat Bintang 4 Utama dengan sertifikat tertanggal 05 April 2019. Penganugerahan bintang 4 ini sendiri mempunyai makna jika Kampung Berseri Astra tersebut sudah mandiri.
Tidak hanya sebagai Kampung Berseri Astra, dari Tanon juga muncul sosok inspratif penerima Apresiasi Astra Satu Indonesia yang disematkan pada Pak Trisno. Ini artinya, di Desa Menari Tanon benar-benar menginspirasi.
Pak Trisno, Penerima Satu Indonesia Award 2015 dan Penggagas Laboratorium Sosial
Di tengah majunya Desa Menari Tanon, tentu ada sosok inspiratif yang bekerja sepenuh hati dalam memajukan desanya. Di sinilah peran Pak Trisno. Sosok yang sedari tadi aku sebut setiap bercerita tentang Desa Menari Tanon.
Pak Trisno adalah orang asli Desa Menari Tanon. Beliau kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, lalu kembali mengabdi di desa agar tempat tinggalnya bisa lebih baik. Mengabdi untuk desa adalah suatu kebanggaan tersendiri.
Pak Trisno, sosok inspirasi dari Desa Menari Tanon |
Sosok yang mendapatkan apresiasi dari Astra Satu Indonesia tahun 2015 di bidang lingkungan ini memang berperan penting dalam kemajuan desanya. Beliau sejak awal menanamkan prinsip sekolah tinggi itu untuk mendapatkan ilmu, lalu kembali ke desa untuk menggali potesi yang ada.
Berjalannya waktu, Dusun Tanon yang awalnya dianggap sebagai dusun miskin dan tertinggal lambat laun menggeliat potensinya. Pak Trisno bersama warga setempat saling bersatu menggapai asa untuk kesejahteraan. Kebersamaan menjadi kunci keberhasilannya.
Kini, semua orang mengenal Tanon dengan sebutan Desa Menari. Dusun yang awalnya tidak pernah dianggap mempunyai potensi, dari kreativitas penduduknya menjadi salah satu dusun paling bersinar dan mandiri dalam perekonomiannya.
Bermula dari apresiasi Astra Satu Indonesia untuk tokoh inspirasi, Astra Satu Indonesia ini langsung meninjau desa Pak Trisno untuk membuktikan peran beliau di desa. Hingga akhirnya tahun 2016, pihak Astra Indonesia menjadikan Tanon sebagai kampung binaannya.
Sekarang, Desa Menari Tanon menjadi salah satu Kampung Berseri Astra yang sudah mandiri. Setiap aspek berjalan dengan baik mengikuti lingkup lokal desa tersebut. Sebuah perjuangan yang pada akhirnya memanen hasilnya.
Di sisi lain, Pak Trisno juga menggagas konsep Laboratorium Sosial di Desa Menari Tanon. Adapun maksud dari Laboratorium Sosial tersebut adalah keinginan untuk membuat kampus kehidupan di Desa Menari Tanon.
Pada prinsipnya, Laboratorium Sosial tersebut meliputi aspek konservasi profesi asli masyarakat (petani & peternak), konservasi dolanan tradisional dan konservasi kesenian lokal. Semua dikemas selaras dengan potensi-potensi lokal desa.
Berbaur dengan masyarakat kala ada hajatan di salah satu rumah warga |
“Saya tidak tahu di luar sudah ada konsep ini atau tidak. Saya munculkan konsep tersebut sejak 2009 di sini karena keprihatinan saya. Berawal dari kegagalan saya 2007-2009 mengelola dua kecamatan. Akhirnya dititik jenuh saja, saya berpikir harus membuat laboratorium bagi saja. Karena bukan laboratorium itu bukan ekstrak, berartikan laboratorium sosial,” Terang Pak Trisno.
Di sini orang bisa belajar banyak hal, dapat berdiskusi hingga bersekolah pemikiran di kampung. Siswa yang datang harus menginap selama enam hari dan tidak boleh pulang. Mereka membuat makalah, membaca buku, berinteraksi dengan masyakarat, dan tidurnya di rumah penduduk setempat.
Cara lain dalam menerapkan Laboratorium Sosial adalah dengan membatasi kunjungan tamu di Desa Menari Tanon. Beliau menekankan jika Desa Menari Tanon tidak ingin merambah menjadi sebuah desa wisata murni.
Beliau mengatakan jika setiap hari ada kunjungan wisatawan, lingkungan itu membutuhkan waktu istirahat. Tidak baik jika setiap hari ada kunjungan. Jika kunjungan tiap hari ada, nilai-nilai konservasi alam hilang. Secara tidak langsung, ada peran kita dalam kerusakan alam.
Masyarakat di desa juga butuh istirahat, dalam artian tidak mengurusi tamu wisatawan tetapi kembali ke pekerjaan aslinya sebagai petani maupun peternak. Kesinambungan seperti ini yang beliau inginkan agar konsepnya berjalan dengan baik.
Pertimbangan matang beliau ambil untuk merealisasikan konsep Laboratorium Sosialnya. Beliau mengajak masyarakat setempat sebagai subjek dalam dalam kegiatan. Bukan menjadi objek dalam kegiatan yang dilakukan.
Arah ke depan adanya Laboratorium Sosial di Desa Menari Tanon adalah keinginan Pak Trisno untuk mengembalikan atau regenerasi profesi asli masyakarat sebagai petani dan peternak. Beliau miris karena petani dan peternak sekarang minim generasi.
Pembatasan kunjungan wisatawan juga diharapkan memantik para pemuda menggeluti profesi mereka sebagai petani maupun peternak modern. Pertanian modern itu berbeda dengan sekarang dilakukan. Harapannya mereka dapat mencari banyak referensi pertanian dan peternakan melalui literatur yang ada, dan diterapkan.
Kami berbincang cukup lama, beliau berujar yang sekarang dilakukan adalah pengkaderan. Harapannya, dari Desa Menari Tanon ini muncul sosok-sosok yang bisa mengembangkan kampungnya untuk lebih maju.
Regenerasi memang menjadi tantangan terberat di Desa Menari Tanon. Selama ini mereka cukup tergantung pada sosok Pak Trisno. Dari sinilah Pak Trisno merangkul semua pihak untuk kerja bersama membangun desanya agar lebih baik.
Tujuan akhir dengan adanya konsep Laboratorium Sosial ini adalah orang-orang desa agar kembali ke desa. Mereka mencintai desanya, mereka berpikiran maju tapi bertindak dari hal-hal yang bersifat lokal.
Pak Trisno bersama anak-anak warga Kampung Berseri Astra Tanon |
“Indonesia tidak akan terang benderang karena obor di Jakarta. Tapi Indonesia akan menjadi cahaya yang kuat karena lilin-lilin kecil yang terpendar dari desa,” Sepenggal saduran dari Bung Hatta ini yang Pak Trisno sampaikan.
Secara tersirat, Pak Trisno menerapkan kalimat tersebut. Beliau terinspirasi ucapan Bung Hatta (Proklamator Indonesia) jika membangun Indonesia itu dari desa. Dari kalimat tersebutlah Pak Trisno kembali ke desa dan membangun Desa Menari Tanon menjadi dikenal seperti sekarang.
Semangat Pak Trisno ini yang membuat Astra Satu Indonesia menganugerahkan apresiasi untuk dedikasinya membangun desa. Harapannya, semangat-semangat ini juga lahir di setiap desa di Indonesia. Sehingga Indonesia bisa menjadi lebih baik.
Waktu sudah malam, aku pamit pulang. Sebuah perbincangan yang tidak pernah kulupakan. Dari obrolan dengan Pak Trisno, aku bisa mengambil banyak hikmah. Siapa tahu aku bisa menerapkan segelintir nasihat Pak Trisno untuk kembali membangun desa sendiri di kampungku. #IndonesiaBicaraBaik #KitaSATUIndonesia *Desa Menari Tanon; 20-21 Desember 2019.
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Anugerah Pewarta Astra 2019
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Anugerah Pewarta Astra 2019
Panjang bgt mas Tulisannya... tp sangat bermanfaat sekali... terutama bagi saya yg jarang bepergian. Desa Menari Tanon semoga ke depannya makin ramai dan dikenal semua org, serta menghasilkan kreasi dan karya2nya yg bermanfaat. Salut dan bangga dgn Pa Trisno... yg dgn gigih membangun desanya hingga seperti saat ini... Salam dari Cirebon mas
BalasHapussaya follow blognya ya...
Iya mas. Ini tulisan terpanjang saya selama punya blog. Sepertinya nanti jika ada kunjungan ke desa-desa yang lainnya, mungkin juga bisa menulis sepanjang ini. Matur nuwun sudah diikuti blog saya, dan salam kenal.
HapusSungguh sosok yang menginspirasi sekali Pak Trisno ini.
BalasHapusSaya juga suka ucapan Bung Hatta yang disadur ini, " Indonesia akan menjadi cahaya yang kuat karena lilin-lilin kecil yang berpendar dari desa" 👍
Membangun dari desa memang jauh terlihat manfaatnya. Benar rasanya apa yang Pak Trisno utarakan :-)
HapusJadi pengen kesana.
BalasHapusSetidaknya pengen tahu cara ngebranding kampungnya oom:)
Bisa langsung ke kampung menari, om.
HapusPak Trisno dan warga di sini sangat terbuka untuk diajak berbincang-bincang
weh Desa Menari, jadi inget cerita horor yang viral beberapa bulan lalu, heuheuheu.
BalasHapusluar biasa, salut ama pak trisno, semangat membangun desanya
Yang ramai dengan cerita horor Desa Penari, hehehehehe. Di sini Desa Menari dan sama-sama ada kaitannya dengan tarian
HapusBegitu mengulas tentang Desa Menari, yang terlintas di benakku ada dua. Pertama tentang Ronggeng Dukuh Paruk, yang kedua tentang kisah horor itu hehehe :)
BalasHapusBaru ngeh di Semarang ada beginian. Biasanya kan melulu tentang Kota Lama dan kuliner lunpianya itu. Malah kalau ada yang lebih banyak infonya itu ke arah Ungaran. Pernah ke situ soalnya :)
Hehehehhe, kalau mau lihat bagaimana penarisnya, bisa ke sini pas Festival Lereng Telomoyo, mas
HapusWah. Menang ki. Jos memang Pak Trisno.
BalasHapusKudu diundang ke Jogja
Tulisanmu yo tetap jos hahahahahha.
HapusBeliau konsepnya bagus, Nif untuk masukan desa wisata. Karena beliau agak berbeda dengan desa wisata pemikirannya. Siapa tahu bisa saling mengisi pada sisi-sisi tertentu.
keren ih desanya
BalasHapusbenar-benar terintegrasi. beberapa keunggulan dalam satu desa
mudah2an nanti akan lebih banyak desa seperti ini di Indonesia.
dan pak Trisno ini yang main iklan kan ya? iklan obat sakit kepala kalau nda salah
Jujur ini tulisan terpanjang saya di blog, daeng. Memang menarik ketika menulis dengan sudut pandang sendiri, pun dengan sumber yang kita ajak berbincang adalah sosok pelakunya.
HapusBetul, beliau sekarang tayang di iklan obat sakit kepala dengan ciri khas menari.
Mungkin Astra tertarik karena Kampung Tanon identik dengan peternakan serta konsep Laboratorium Sosial ya pak trisno.😃
BalasHapusAwalnya karena melihat peran pak Trisno sebagai sosok yang bisa menjadikan desa Tanon menjadi lebih baik kehidupannya.
HapusLiputan yang paripurna! Sangat menikmati ulasan yang dipaparkan mas Sitam di sini. Apalagi desa ini sesuatu yang baru bagi saya. Sukses untuk tulisannya, Mas!
BalasHapusHeeee, makasih mas. Ini juga karena sering baca tulisanmu di blog mas.
HapusKok seru.... ra ajak-ajak huhuhu. Dari dulu pnasaran banget sama sosok Trisno, penggagas Desa Menari. Ternyata banyak produk unggulan yang lahir yah. Jadi penasaran gimana penggolahan Beet bubuknya. Okesip, tahun ini kudu main ke Desa Tanon. ^^
BalasHapusHeheheheh, kemarin dadakan, koh.
HapusKalau pas mau ramai itu nunggu ada Festival Lereng Telomoyo, jadi banyak penarinya.
kerennnn ....
BalasHapuskalau banyak perusahaan besar melakukan apa yang telah Astra lakukan pasti akan semakin banyak desa desa yang maju, mandiri dan sejahtera warganya.
btw ... desa menari itu bukan "desa Penari" itu kan ... hahaha
Langkah yang diambil Astra memang bagus untuk perkembangan desa. Salut untuk inovasi ide-idenya.
Hapus