Jikustik Show dan Pesan Bersepeda Bijak di Jalan Raya - Nasirullah Sitam

Jikustik Show dan Pesan Bersepeda Bijak di Jalan Raya

Share This
Permainan di acara Jikustik Show
Permainan di acara Jikustik Show

Fenomena pesepeda yang membludak mengundang berbagai respon. Berbagai lini masa tak sedikit membahas perilaku pengguna sepeda. Sayangnya, hampir semua yang tersebar adalah kelakuan-kelakuan kurang bijak. 

Di Instagram yang kupegang, pertanyaan para warganet terlontar melalui pesan. Mereka bertanya pendapat kami (admin Instagram sepeda di Jogja) terkait informasi tersebut. Aku cukup luang membalas satu persatu pesan langsung dengan mengarahkan agar pesepeda lebih bijak. 

Tak hanya di Instagram, kehebohan para warganet juga berlangsung di grup sepeda Jogja Gowes. Berbagai pendapat saling bertebaran, tak sedikit yang menganjurkan para pesepeda untuk menaati aturan kesehatan dan keselamatan. Pun dengan opsi bersepeda di tempat sepi. 

Menariknya, fenomena ini juga membuat Jikustik (Band Yogyakarta) merespon. Mereka mempunyai acara di Youtube yang bernama “Jikustik Show”. Tim Jikustik ingin bertanya-tanya ke kami (pesepeda) tentang fenomena tersebut. 

Kubaca pesan yang masuk di gawai. Permintaan dari Tim Jikustik tak mungkin kutolak. Setidaknya, dengan tampil di acara Jikustik Show, secara tidak langsung kami (Jogja Gowes) dapat menyampaikan pesan kepada para pesepeda. 
Personil Jikustik sedang menyapa tamu
Personil Jikustik sedang menyapa tamu

“Baik mas. Nanti kami datang di hari tersebut. Pendiri Jogja Gowes bakal datang, ini sudah aku pastikan beliau hadir,” Jawabku meyakinkan. 

Hingga pada saatnya, aku sudah berada di studio acara Jikustik Show. Selama belum dimulai acaranya, kami berbincang santai tentang sepeda. Seingatku, personil Jikusti juga ada yang suka bersepeda. Bahkan, kami berbincang pengalaman yang dialami saat awal-awal bersepeda. 

Mengkampanyekan Tertib Bersepeda di Jalanan 

Jikustik Show adalah program yang ada di youtube Jikustik. Hingga aku menyelesaikan tulisan ini, sudah ada 38,3 ribu subscriber dengan unggahan video sebanyak 109. Sementara acara yang bertajuk Jikustik Show baru ada di bulan Mei 2020. 

Untuk acara tajuk yang sama, baru ada episode lima. Dari sini, aku tahu Jikustik sedang berinovasi dengan perkembangan zaman. Selain sebagai band, mereka juga sedang merambah ke media digital untuk tetap eksis, dengan konsep bincang santai. 

Bincang santai sudah terkonsep, intinya tiap tamu sudah tahu arah obrolan yang bakal diperbincangkan. Awalnya, aku menjadi bagian dari tamu tersebut. Namun, melihat pesan yang ingin disampaikan, aku membujuk satu pesepeda perempuan untuk hadir. Agar pesannya jauh lebih tersampaikan. 

Satu tembang selesai dinyanyikan, Mas Yuda dan Mamiz sudah bersiap tampil. Sepeda balap mas Yuda sudah terpajang di belakang sofa. Pun dengan sepeda lipat Mamiz yang terlipat anggun di sudut sofa. Aku sendiri menyiapkan kamera untuk membidik diselingan waktu. 
Brian (vokalis) menyanyikan satu lagu Jikustik
Brian (vokalis) menyanyikan satu lagu Jikustik

Brian, Adhit, Ardi, dan Carlo berbincang tentang sepeda. Di tengah-tengah obrolan, perwakilan dari Jogja Gowes masuk. Di sini, topik yang diperbincangkan seputaran bersepeda dan patuh aturan lalu-lintas. 

Pemantik silih berganti, selingan canda pun tersaji. Bagaimana obrolan di balik layar sebelumnya tentang kram di bagian selangkangan. Atau bagi pesepeda pemula yang merasa ‘ada yang hilang’ saat terlalu jauh bersepeda. Semuanya tertawa. 

Aku masih menikmati kacang dan cemilan yang lainnya di belakang layar. Sesekali mencatat poin-poin yang diperbincangkan terkait fenomena pesepeda di masa kenormalan baru yang makin melejit dan sulit diarahkan. 

Pada dasarnya semua butuh arahan. Pesepeda harus ikut mematuhi aturan, menggunakan protokol kesehatan, hingga tidak berkumpul dalam jumlah besar. Disarankan lagi jika memang tujuannya untuk penyegaran sekaligus olahraga, memilih jalur sepi. 

Fenomena maraknya pesepeda memang tidak hanya di Jogja. Di hampir seluruh Indonesia pun sama. Ada semacam selorohan teman-teman waktu berbincang, mungkinkan ini musiman layaknya hobi-hobi yang sebelumnya. Atau seperti apa. 

Mas Yuda memberikan pendapat jika melejitnya pesepeda di sepanjang kota ini berkaitan erat dengan terbatasnya aktivitas selama pandemi. Hingga banyak waktu luang para pekerja di rumah atau anak-anak yang tidak sekolah. 
Jikustik berbincang dengan Jogja Gowes terkait sepeda
Jikustik berbincang dengan Jogja Gowes terkait sepeda

Ditekankan teman-teman Jogja Gowes, di manapun bersepedanya, sudah diwajibkan melengkapi perlindungan diri. Terlebih bagi yang berada di jalur jalan raya. Keselamatan pesepeda tak hanya bergantung dari pengguna jalan yang lainnya, tapi juga bergantung diri kita masing-masing. 

Selain dua kawan dari Jogja Gowes, di acara Jikustik Show juga mengundang Dhee Kiki, penyanyi dangdut dari Magelang ini juga mulai suka bersepeda. Di sini, dia juga membawa sepeda lipat dan mengenakan kaus bertuliskan ‘Bike Baik’. 

Bike Baik mengartikan bahwa tiap pesepeda harus mengikuti aturan yang berlaku selama di jalanan. Pernyataan ini diamini teman-teman Jogja Gowes dan Jikustik. Dhee Kiki sendiri lebih banyak bersepeda di sekitaran Magelang. 

“Siapa tahu nanti bisa kolaborasi gowes bareng antara Jogja Gowes, Jikustik, dan Dhee Kiki,” Celetuk Mamiz. 

Di luar panggung Jikustik Show, aku mendekati Brian (vokalis). Kuminta beliau memberikan pesan kepada para pesepeda di Jogja pada khususnya. Beliau berujar agar teman-teman pesepeda ini bisa lebih tertib dan tetap mengikuti protokol kesehatan. 
Foto bersama tim Jikustik
Foto bersama tim Jikustik

Selain itu, teman-teman dari Jikustik juga mengharapkan agar pesepeda yang sekarang marak ini bisa bertahan dan bukan hobi musiman. Kita tidak pernah tahu ke depannya. Bagaimanapun semuanya bisa berubah, dan pesepeda pun menjadi seleksi alam. 

Di Jogja Gowes sendiri aku menulis tagar #bijakbersepedadijogja. Tagar ini aku harapkan bisa menginspirasi kawan-kawan pesepeda untuk tertib. Tagar ini ada di Instagram. Menyenangkan pada akhirnya sedikit-sedikit mereka yang patuh aturan turut meramaikan. 

Ide ini tercetus kala melihat sebenarnya masih banyak pesepeda yang taat aturan, hanya saya tidak terabadikan serta disebar oleh akun-akun besar di Jogja. Sudah ada yang ikutan menggunakan tagar tersebut, pun dengan postingan lama yang tambahi tagar tersebut. 

Jika bukan kita sendiri yang menyebarkan kebaikan dalam bersepeda, bukan tidak mustahil yang terus muncul di media sosial adalah foto-foto kesalahan para pesepeda di jalanan. Tidak sedikit pula ujaran tidak menyenangkan bagi pesepeda. 
Bijak Bersepeda di Indonesia
Bijak Bersepeda di Indonesia

Ke depannya, aku berharap pesepeda makin banyak dan taat aturan. Jalur-jalur sepeda mulai dikembalikan sebagaimana fungsinya, tidak bergelombang, dan tidak menjadi tempat parkir. Paling penting adalah toleransi antar pengguna jalan terjalin tanpa mendahulukan emosi. 

Terima kasih untuk Jikustik dan tim yang sudah mengundang Jogja Gowes. Dari obrolan ringan selama lebih satu jam ini, semoga menginspirasi teman-teman untuk bersepeda dengan bijak dan saling menghargai sesama pengguna jalan.

26 komentar:

  1. Kalo sekitaran rumahku, kayaknya jalur sepeda udh banyak berubah fungsi. Kebanyakan memang utk tempat parkir :(. Sedih sih. Mungkin Krn ga terlalu banyak pesepeda di sekitaran tempatku yaaa. Kalo daerah selatan baru tuh ruameee. Tp selama ini aku jarang ngeliat pesepeda yg ugal2an.

    Eh tapi pernah sekali lagi makan pagi di Cikini, trus ada rombongan brompton yg ruamee bgt, itu ributnya ampuuuun dah. Apaa yaa, jd ga enak aja ngeliatnya. Punya sepeda mahal tp kok ya pada ga tau etika. Ato cuma sekedar show off doang, naik sepedanya berjejer ke samping lagi. Aku sebel tuh Ama rombongan yg begitu. Ga respect yg ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhehe, sebenarnya jalur sepeda yang berubah fungsi itu banyak, butuh kesadaran bersana untuk bisa saling memahami. Wah kalau brompton tuh sepeda mahal kakakakaakka. Sebenarnya di Jogja juga banyak brompton, dan orangnya malah ramah-ramah.

      Hapus
  2. Yang cuma ikut-ikutan akan berhenti dengan sendirinya nanti sih. Gak akan lama lagi wkwk. Aku liat foto-fotomu ini beberapa waktu lalu di Twitter, Mas, tapi liat sekilas doang. Oh ternyata ini toh alasannya. Awalnya aku pikir, "Wah, Mas Sitam jadi artis ya sekarang?" wkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, semoga ada sebagian orang yang benar-benar bisa bersepeda dengan rutin, sehingga peraturan sepeda juga tidak hanya sebagai pelengkap saja.

      Hapus
  3. Aku termasuk pancalers musiman bhuahahaha. Aku sih beberapa kali diteriakin "ayo mas mlayu ojo mlaku" saat jogging oleh beberapa pancalers rombongan. Mentolo tak sawat brompton.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waiki, kalau sultan dari nJombang sudah bertitah, mau gimana lagi. Besok dilempar pakai Alex Moulton aja, kalo brompton sudah familiar hehehheh

      Hapus
  4. pesepeda memang lagi ngetrend bener, dimana mana. Mungkin karena masih baru dan belum mengenal etikanya jadi kadang bikin malu melihatnya .. haha
    kalau terlalu ngetrend ... biasanya juga musiman ... mungkin sekitar 20% kurang yang bertahan ... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika 20% itu bertahan dan paham aturan, saya rasa itu sebuah kemajuan yang luar biasa kang. Kita doakan saja

      Hapus
  5. wahh mantap sekali mas. semoga bisa menginspirasi gowesers lainnya biar tetap taat peraturan dan edukasi lainnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini yang selalu kita gembor-gemborkan, apapun sepedamu tetaplah mematuhi aturan lalu-lintas. Semoga tak bosa seperti itu

      Hapus
  6. Bersepeda emang jadi pilihan buat banyak pihak untuk mengisi waktu di masa pandemi, cuma ya sayangnya banyak yang nggak ngerti aturan dan mengganggu pengguna jalan yg lain (malah di kotaku sempat mengganggu pengunjung cafe juga). Bersepeda emang perlu edukasi juga ya, biar semua makhluk berbahagia bersepeda. Keren mas!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kasus pesepeda yang masuk kafe membawa sepeda itu menarik. Sebenarnya sepeda lipat memang bisa dimasukkan kok. Hanya saya sebelum masuk sudah dilipat dan lampu dimatikan. Nanti tinggal didorong seperti koper, serta diletakkan di bawah meja. Kesalahan pas di sana adalah, mereka tidak melakukan hal tersebut

      Hapus
  7. aku sudah puas lah bersepeda tiap hari dari SD sampai SMA, berangkat dan pulang sekolah, heuheuheu.... temen2 kantorku juga ada beberapa yg tiap akhir pekan sepedaan, tapi mblusuk2 rutenya, enggak lewat jalan2 utama..

    mantap lah, banjir rejeki buat para pedagang sepeda...

    btw udah lama enggak liat aksi panggungnya jikustik, terakhir nonton konsernya di Lombok, waktu masih vokalis yg lama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku hanya SD bersepeda, pas SMP dan SMA hingga kuliah malah jalan kaki. Makanya sekarang ngepit lagi haahhahah. Wah, untuk sekarang Jikustik fokus di acara youtube-nya hahahah

      Hapus
  8. memang ya, semuanya bakal melewati seleksi alam. semoga pesepeda yang makin membludag ini bukan cuma pesepeda musiman, pun semoga banyak pesepeda yang taat aturan. btw Mas Sitam, aku auto kangen lagu2nya Jikustik nih, wqwq

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kirain situ kangen sama aku. Kan cuma ketemu beberapa kali aja buahahahhahaha

      Hapus
  9. Mantul acaranya mas, semoga pesepeda lainnya terinspirasi untuk menataati peraturan, ga ugal2an dan mudah2an fenomena bersepeda yg terutama di Jkt lg membludak ini bukan cuma musiman karna pandemi, tp buat seterusnya biar jalanan ga macet wkwkwkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeeee, harapannya tentu seperti itu. Pesepeda makin banyak dan sadar dengan lalu lintas. Semoga sedikit demi sedikit bisa terealisasikan

      Hapus
  10. Ini tuh Jikustik yang dulu itu? Yang bandnya Ponky? Baru tau kalau udah ganti vokalis hahaha.... *kemana aja.

    Positif nih kegiatan naikin kepedulian masyarakat pake "jasa" seniman gini. Informasi tentang tata tertib bersepeda misalnya pasti akan lebih luas cakupan penerimanya. Mengingat selama pandemi ini bersepeda jadi salah satu kegiatan favorit warga, pesan-pesan untuk selalu jaga protokol, menaati aturan lalin, dan semacamnya memang perlu disebarkan berulang-ulang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hahahhahah, pongki sejak tahun 2011 sudah tidak bergabung.
      Betul banget, kegiatan semacam ini harus dinaikkan para sosok-sosok yang mempunyai fans banyak. Sehingga bisa tersampaikan dengan baik

      Hapus
    2. Wahahah udah lama juga ternyata dari 2011. Baru tau euy.

      Hapus
    3. Iya mas, sudah lama sekali hahahahah. Tapi memang setelah ganti vokalis, belum banyak lagu baru

      Hapus
  11. Ternyata bersepeda itu sebaiknya ga menggunakan masker, karena belakangan ini semakin ga sedikit meninggal dunia mungkiiin kekurangaan oksigen atau memang memiliki penyakit ternetu. Atau kalau mau pakai masker, dilonggarkan aja daaaan pilih jalur yang sepiiiiii banget jgn rame supaya leluasa gowesnya. Btw aku juga demen Jikustik loh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung rutenya mbak. Sedari dulu aku pakai masker terus karena jalanan berkutat dengan debu.
      Untuk olahraga, memang kalau bisa jangan pakai masker, tapi pilih rute yang sepi. Kalau rute ke kota, dianjurkan tetap pakai masker, dan jangan bersepeda dengan ritme kencang.

      Hapus
  12. Gara-gara pesepeda musiman, komunitas gowes yang udah lama jadi ikut kena imbas pandangan negatif dari orang awam. Ngga lama lagi marketplace fb, bl, tokped, grup fjb dll pasti isinya orang jualan sepeda dengan caption " Daripada ngga kepake, jual murah aja "

    atau " bantu temen/sodara , dijual sepeda ........ "

    BalasHapus
    Balasan
    1. Risikonya memang seperti itu, tapi jika dilihat dari sudut pandang yang lain, banyaknya pesepeda seharusnya menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Siapa tahu ada yang tetap konsisten bersepeda ke kantor, ke sekolah, dll

      Hapus

Pages