Menjemur Ikan Teri di Tepian Jalan Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Menjemur Ikan Teri di Tepian Jalan Karimunjawa

Share This
Menjemur ikan teri di Karimunjawa

Jalanan lengang, aku menarik tuas gas motor pelan. Kontur jalan di sepanjang Nyamplungan menuju Alang-alang berliku. Pun dengan tanjakan di beberapa titik. Salah satu tanjakan yang terkenal dinamai tanjakan Kasno. Penamaan tersebut karena lokasinya tepat di bawah rumah almarhum Pak Kasno. 

Cuaca hari ini cerah. Mataku melirik sisi kanan jalan tatkala melintasi jalan datar nan panjang di Alang-alang. Air laut di sisi kanan, sementara nyiur di sisi sebaliknya. Pepohonan Ketapang membuat pantai makin teduh. Di bawahnya, ada dua orang yang sedang membuat kapal kayu

Aku menikmati penjalanan santai sendirian menaiki motor metik. Kontras dengan suasana kota yang macet. Di sini, aku tahan terkena terik matahari walau panasnya tak kalah dengan suasana siang di Jogja. 

Tepat di dekat Sekolah Dasar Karimunjawa 04, aku menghentikan laju motor. Laut yang teduh membuatku terpancing untuk mengabadikan. Kutinggalkan begitu saja motor di tepi jalan, lalu aku melangkah beberapa meter sampai di pasir. 

Perahu nelayan tertambat tenang. Tak ada ombak yang membuatnya bergoyang. Di tempat kami, perahu sejenis ini disebut Soppek. Entah bahasa ini diadaptasi dari Bahasa Bugis atau Mandar. Tapi kata tersebut melekat diingatanku sejak dulu. 
Perahu nelayan tertambat di pantai
Perahu nelayan tertambat di pantai

Pantai di Alang-alang ini menghadap barat laut ataupun utara. Sehingga dari sini tidak bisa melihat sunset. Jika ingin melihat sunset, kita harus menuju pantai yang populer di Karimunjawa. Pantai Tanjung Gelam. Lokasinya dekat dari sini. 

Di musim baratan, pantai ini terkena dampak ombak besar. Kapal-kapal digalang, jarang ada yang memancing. Sebaliknya, saat musim timuran, pantai di sini cukup lengang dan teduh. Sepanjang pantai di sini bukan merupakan destinasi wisata. 

Setiap pagi, rutinitas masih sama. Pada musim-musim tertentu, khususnya ikan teri. Di pantai ini sering kulihat hasil laut nelayan ditimbang. Ikan teri dimasukkan ke wadah tombong. Tombong adalah wadah besar terbuat dari anyaman bambu. 

Tepat di tepian jalan yang berbatasan langsung dengan pantai. Terhampar ikan teri yang dijemur. Tidak banyak, tapi menjadi pemandangan yang mencolok. Aroma ikan segar dijemur menurutku harum. Mungkin karena sudah terbiasa sejak kecil. 

Ikan teri menjadi komoditas yang bagus di Alang-alang. Sedari dulu, tempat ini menjadi pusat penjemuran ikan teri. Di sini juga pengusaha ikan teri melakukan pengemasan. Dulu, di Alun-alun Karimunjawa pun kalau siang menjadi tempat penjemuran ikan. 
Menjemur ikan teri di pinggir jalan
Menjemur ikan teri di pinggir jalan

Ibu-Ibu Penjemur Ikan Teri di Karimunjawa 

Motor kupindahkan di tempat yang teduh di pinggir bangunan kecil depan sekolah dasar. Seingatku, tempat ini dijadikan sebagai gudang penyimpanan ikan kering. Aku melihat hasil foto sembari menyeka keringat. 

Empat anak SD riang melaju sepeda. Pulang sekolah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Aku masih duduk santai, melihat pohon jambu air yang sudah berbuah di depan rumah warga. Embusan angin membuat aku ingin berlama-lama. 

Dari dua arah berbeda, ibu-ibu berdatangan. Ada yang jalan kaki dan ada yang mengendarai sepeda motor. Tiga di antaranya menggunakan topi anyaman bambu. Sedangnya ibu yang satu menggunakan topi biasa berwarna merah. 

Kehadiranku yang menenteng kamera membuat beliau penasaran. Aku lantas mengenalkan diri dan mengatakan bahwa orang Kemujan. Pun kuterangkan jika kakak sulungku yang mempunyai toko kelontong di Nyamplungan. 
Ibu-ibu bertugas menjemur ikan teri
Ibu-ibu bertugas menjemur ikan teri

Ibu yang didekatku dengan mudah mengenali orangtuaku dan kakak sulungku. Beliau mengira aku adalah wartawan. Sedari dulu, stigma wartawan masih terpikirkan oleh warga di manapun tatkala melihat orang membawa kamera dan memotret, apalagi sambil mencoret buku catatan. 

Bu Waginah bersama tiga ibu yang lainnya mulai membalikkan ikan teri yang sudah terjemur sedari pagi. Tiap ujung jaring dipegang dan dilipat menjadi dua. Ikan yang terjemur langsung menumpuk panjang, kemudian tiap ibu kembali meratakan ikan agar kering secara merata. 

Tadi pagi hasil nelayan tidak banyak. Ikan yang ditimbang dari nelayan hanya ada empat tombong, sekitar empat kuintal. Di waktu musim teri, dalam sehari seluruh nelayan yang menimbang ikan di sini mencapai 1 ton. 

Menjemur ikan ini menjadi mata pencaharian ibu-ibu di Alang-alang. Dituturkan beliau, setiap kuintal ikan yang dijemur, penguasa ikan memberi upah 70.000 rupiah. Hasil pembayarannya dibagi dengan empat orang. 

Kala siang terik sedari pagi, penjemuran ikan hanya membutuhkan waktu satu hari. Di Karimunjawa cuaca panas memang menyengat. Ini pun disiasati ibu-ibu dengan menggunakan topi serta bedak adem. 
Aktivitas tiap musim ikan teri di Karimunjawa
Aktivitas tiap musim ikan teri di Karimunjawa

Bedak adem ini semacam masker tradisional para perempuan di Karimunjawa. Bagi yang membuat sendiri, bahannya hanya dengan menumbuk beras, dibentuk bulan kecil dan dikeringkan. Ketika ingin menggunakan, tinggal melebur dengan sedikit air. 

Di Karimunjawa, bedak ademnya berwarna putih. Berbeda dengan bedak adem yang dibeli dari Jepara. Kemasan plastik kecil berisi lima atau enam butir bedak siap pakai. Warnanya kuning. Konon warna kuning itu dicampur dengan kencur sebagai pewarna. 

Ikan teri yang dijemur memang sudah tampak kering. Aku memegang ikan yang dijemur. Seingatku, proses sebelum dijemur ikan-ikan yang masih basah dicampur dengan garam. Ditiriskan dalam tombong, lalu dijemur. 

Siang ini jenis ikan teri putih yang didapat nelayan. Konon teri ini harganya lebih murah dibanding ikan teri seret. Dituturkan ibu yang menjemur, ikan teri putih harganya 25.000 perkilo. Sementara teri seret harganya 60.000 perkilo. 

Dilihat secara detail memang ada perbedaan antara teri putih dan teri seret, warna teri putih dominan seperti ini. Sementara teri seret agak kehitaman. Aku lupa harga yang disebutkan itu untuk ikan yang basah atau sudah dikeringkan. 
Ikan teri tangkapan nelayan Karimunjawa
Ikan teri tangkapan nelayan Karimunjawa

Di Alang-alang sendiri sudah ada orang yang bisnis ikan teri. Beliau mengemas ikan kering dalam kardus dan menjualnya ke Jepara. Pengiriman ikan menggunakan kapal ASDP Siginjai. Usaha mikro seperti ini menjadi penopang perekonomian warga sekitar. 

Usai berbincang dengan ibu-ibu penjemur ikan, aku meminta izin melanjutkan perjalanan ke Karimunjawa. Misalkan kalian berkunjung ke Karimunjawa, coba nikmati waktu berinteraksi dengan masyarakatnya. Tentu menjadi sesuatu pengalaman yang menyenangkan. 

Tidak semua masyarakat Karimunjawa bergelut di bidang pariwisata. Di sudut-sudut kampung Karimunjawa, masih banyak masyarakatnya yang tidak bersinggungan dengan wisatawan. *Karimunjawa; 08 September 2018.

15 komentar:

  1. Dari birunya langit tanpa awan yang terekam di foto kerasa sekali teriknya matahari di sana, wajar ibu-ibunya pake bedak adem ya. Btw, bedak adem ibu-ibunya sedikit banyak mengingatkan pada thanaka di Myanmar yang juga digunakan untuk menangkal efek panas matahari ke kulit.

    Baca-baca postingan ini malah jadi kebayang ikan teri digoreng tering lalu disantap dengan nasi anget, sambel, dan sayur bening. Ternyata di balik kenikmatan ikan teri goreng, ada perjuangan yang cukup berat sampai akhirnya bisa kita nikmati di meja makan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya bedak adem ini memang digunakan dibanyak tempat, mas.
      Aku jadi kepikiran, kenapa tidak aku sertakan makanan waktu santap siang dengan ikan teri ya. Bisa juga tuh buat tambahan tulisan

      Hapus
    2. Nah, iya! Ngebayangin nasi anget pake teri kering dan sambel aja udah bikin ngiler kan :))

      Hapus
  2. Mas itu lautnya tenang sekali ya, malah tak kelihatan ada riak ombak. Jadi kangen pengen ke Karimun Jawa lagi. Sepertinya memang perlu menjelajah pulau ini lebih jauh, menghindari objek objek wisata utama dan memperbanyak waktu berbincang dengan penduduk lokal. Saat ke sana sebagian besar waktu saya mengikuti jalur destinasi yang telah disiapkan pemandunya.

    Ngomong-ngomong tentang ikan teri, saya termasuk penggemar teri garis keras mas, apalagi kalau digorengnya bareng kacang. Modal teri kacang sama nasi saja sudah pasti bikin saya nambah. Salam buat ibu ibu yang menjemur ikan teri di sana mas, sampaikan kepada mereka betapa mulianya pekerjaan mereka. Tanpa mereka, tak bisa lah saya menikmati teri kacang nan lezat di meja makan saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di bulan-bulan tertentu, ombak di Karimunjawa memang lengang. Tapi kalau pas musim angin, seperti ada gumpalan kapas di tengah-tengah lautan.

      Wah, ikan teri memang menyenangkan dimakan. Kadang malah kubuat cemilan di dapur hahahahah.

      Hapus
  3. warna biru langit dan laut itu pemandangan yang sungguh menyenangkan. baca tulisan ini aku jadi tahu ada hal lain yang ada di karimun. soalnya, tiap orang yang ke karimun, ceritanya nggak jauh dari snorkling, main ke alun-alun, sama makan malam. jadi ya aku mikir kehidupan di sana begitu sempit.

    kalo ditulis sama orang karimun sendiri ternyata ada hal lain yang mungkin nggak ditangkap oleh turis. ini tentu membuat ada pandangan baru, terutama bagi orang yang belum pernah ke karimun kayak aku.

    btw, aku justru penasaran habitat yang disukai ikan teri itu yang kayak gimana, karimun itu kan luas, tapi kenapa ikan terinya lebih suka tinggal di area sekitar Alang-Alang. gitu maksudku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena memang pada dasarnya wisatawan itu lebih ke pantainya. Sementara yang ingin menjelajah lainnya ya terbatas orang kampung

      Hapus
  4. waw ya pantas aja sih dikira wartawan, bawa kamera sambil corat caret buku catatan. wkwkwk
    liat teri segini banyak auto bayangin makan nasi anget+oseng teri pedas manis. duuuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang pengennya bawa gopro, biar pas ngambil video aman dan gak mencolok hahahaha

      Hapus
  5. Ikan terinya bikin laper Mas. Di sini juga banyak ikan teri Mas, yang paling terkenal jenis Teri Medan.

    Ngomongin bedak, ternyata di sana juga mirip ama di tempatku Mas, di sini biasanya sih bedak yang kekuningan itu yang banyak dipakai ibu-ibu ketika turun ke laut mencari kerang.

    Sedangkan bedak putih dari beras lebih dipake sebagai adat ketika seorang ibu melahirkan anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kekuningan di sini katanya dicampur kunyit untuk pewarna. Rata-rata putih biasa.
      Aku tahu istilah Teri Medan dari kawan yang merujuk pada teri nasi.

      Hapus
  6. jemur ikan teri di tepian jalan dan pantai, pemandangan yang belum pernah kulihat langsung nih. beberapa Desa/kampung nelayan yang pernah kukunjungi enggak mengolah ikan teri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Woo, berarti malah ikan ebsar kalau dijemur. Atau langsung dikirim ke Tempat Pelelangan Ikan, mas

      Hapus
  7. Aku blm prnh nih liat orang mengolah ikan teri begini :D. Di kampung papa, di Sibolga, walo daerah pesisir tp orang2nya ga fokus di pengolahan ikan teri .

    Aroma ikan dijemur, mungkin Krn aku ga biasa mencium itu kali ya mas, jadi aku ngebayanginnya dgn aroma amis menusuk. Tapi aku yakin, indera penciuman kalo udh terlalu lama mencium aroma yg sama, lama2 pasti jadi biasa sih :). Ini Krn aku blm biasa dan ga sering juga nyium seperti itu.

    Bedak dinginnya jd ingetin Ama bedak dingin yg dulu babysitterku srg bawa dari kampungnya di Jawa. Bulet putih2. Aku srg minta pakein juga di muka. Krn adem :D. Apalagi aceh kan samaaa panasnya Krn daerah pesisir juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aroma ikan teri tidak semenyengat ikan-ikan besar saat dikeringkan, mbak. Ikan teri cepat kering, jadi sedikit lebih aman.

      Iyaaaa hahahah, bedaknya bulet-bulet kecil dan tinggal dilebur pakai air kakakakak

      Hapus

Pages