Menjelang Sore di Pantai Pasir Putih Wates Rembang - Nasirullah Sitam

Menjelang Sore di Pantai Pasir Putih Wates Rembang

Share This
Siluet di pantai pasir putih Wates, Rembang
Siluet di pantai pasir putih Wates, Rembang

Di kamar hotel, aku melihat catatan gawai yang kubuat sebelum berkunjung ke Rembang. Sore ini agendanya mengunjungi salah satu pantai. Seperti kesepakatan awal, aku hendak mengunjungi Pantai Pasir Putih Wates, Rembang. 

Sembari menunggu jemputan, aku melihat rute menuju pantai tersebut. Pantai ini berjarak 8.2 kilometer dari pusat kota Rembang. Sepertinya, waktu naik bus dari arah Semarang, aku melintasi jalan ke sini. Walau tidak masuk di pertigaannya. 

Pesan singkat kuterima. Bergegas aku turun ke lantai satu Fave Hotel Rembang, lantas menyeberang ke Alun-Alun Rembang. Seseorang yang hendak menemaniku ke pantai sudah menunggu. Kami berdua menaiki sepeda motor, melintasi jalur pantura. 

Sepeda motor berbaur dengan kendaraan yang lain di jalanan. Embusan angin di jalan pantura kencang, tubuh ini sedikit bergoyang terempas angin. Laju motor kami pelankan, sepanjang sisi jalan tampak tambak garam. 

Petakan-petakan tambak garam tersaji, matahari masih cukup terik. Di pertigaan, kami membelokkan arah kanan. Jalan aspal masih mendominasi. Hingga pada akhirnya melintasi perkampungan warga. Di jalan ini banyak polisi tidur untuk menjaga laju kendaraan lebih pelan. 

Berlokasi di Tasikharjo, Wates, Kecamatan Kaliori, pantai ini menjadi opsi wisata masyarakat setempat. Melihat jalannya, untuk kendaraan roda empat harus pelan-pelan jika melintas. Misalkan bus besar, sepertinya akan kesulitan masuk. 
Gerbang pantai pasir putih Wates, Rembang
Gerbang pantai pasir putih Wates, Rembang

Mendekati pantai, sudah ada gerbang besar bertuliskan nama pantainya. Di masa pandemi, aturan protokol kesehatan pun dilakukan. Tiap pengendara sepeda motor wajib turun dan mencuci tangan, motor pun disemprot disinfektan. 

Seingatku, kami hanya dikenai biaya masuk 5000 rupiah, inipun sudah termasuk parkir. Aturan yang aku dapatkan di sini, selama pandemi kunjungan maksimal hanya pukul 17.00 WIB. Ini artinya, aku tidak bisa memotret sunset. Tak masalah, toh yang penting berkunjung. 

Area parkir luas. Dibuatkan tempat beratap seng di samping lapangan bola. Di sudut area parkir sudah disediakan wadah-wadah air untuk mencuci tangan. Area ini wajib bermasker dan petugas terdengar menginformasikan protokol kesehatan melalui pelantang. 

Kami berdua jalan kaki menuju pantai, lantas duduk di gazebo dekat pagar gerbang taman pepohonan cemara laut. Sekilas, pantai ini sudah dikonsep sejak awal oleh pengelolanya. Tempat warung berada di sisi kanan, sementara untuk bermain pasir di sisi kiri. 

Pepohonan Cemara Laut ini masih cukup muda. Melihat tinggi pohon rata, aku yakin ini ditanam secara bersamaan. Aku memasuki taman pohon cemara, di tengahnya sudah ada jalan lumayan luas. Berbeda dengan jarak tanam antar pohon yang hanya satu meter lebih sedikit. 
Kawasan Hutan Cemara di Pantai Wates Rembang
Kawasan Hutan Cemara di Pantai Wates Rembang

Pasir putih di pantai ini menjadi daya tarik wisatawan. Pun dengan jejeran pepohonan Cemara. Tak sedikit muda-mudi berfoto di antara pohon Cemara. Aku sendiri melintas sembari melihat sekeliling. Anak-anak kecil berlarian dalam pengawasan orangtuanya. 

Angin bertiup kencang, sepertinya bulan ini lumayan ada ombak. Jembatan panjang kokoh diterjang ombak. Bagian ujungnya terdapat sebuah bangunan kecil. Pun ada gerbang berbingkai ala-ala. Aku menuju gazebo di dekat pantai, duduk dan menikmati waktu sembari melihat kesibukan wisatawan. 

Satu perahu datang, sepasang muda-mudi turun dari perahu. Pemilik kapal menambatkan perahunya agar tidak bergerak kencang dan menggesek perahu sampingnya. Katanya, dari sini kita bisa menyewa kapal menuju Pulau Gede dengan biaya 300.000 rupiah. Satu kapal maksimal 10 penumpang. 

Jika pasir yang tak kena air laut berwarna putih, di pesisir yang terkena air warnanya agak lebih kemerahan. Ombak yang lumayan menggulung menjadikan warna air ini keruh. Aku yakin, di musim-musim tertentu pantai ini bakal tampak tenang dan air lautnya bening. 

Suara tawa kencang dari sisi warung-warung yang berjejeran. Aku tidak ke sana, toh sudah kenyang dan nanti ingin kuliner di pusat kota. Rata-rata di sini menawarkan kelapa muda. Kulihat warung pun lumayan ramai pengunjungnya. 

Pantai Pasir Putih Wates ini dikelola dengan baik. Tiap sudut tertentu sudah ada tempat sampah. Sampah kiriman dari laut dibersihkan, sehingga tetap terjaga kebersihannya. Barisan pantai ini tersedia beberapa gazebo, pun ada spot foto ala-ala yang menghias. 
Perahu dan dermaga di pantai pasir putih Wates, Rembang
Perahu dan dermaga di pantai pasir putih Wates, Rembang

Sebagian orang masih suka dengan adanya spot foto ala-ala di pantai ataupun di destinasi yang lain. Aku sendiri melihat para pengunjung silih berganti mengabadikan diri. Sementara aku cukuplah memotret pasirnya dan aktivitas pengunjungnya. 

Anak-anak kecil berlarian, sepertinya mereka selesai bermain air. Sesekali ada yang menyepak pasir, sehingga beterbangan. Di tepian pantai tampak satu keluarga yang momong anaknya. Mengenalkan anak kecil dengan air laut. 

Bapaknya tetap memegangi dua putra, ibunya sendiri sibuk merekam ataupun mengabadikan suaminya. Anak yang satu sudah remaja sibuk mengabadikan pemandangan laut. Menarik juga melihat kebersamaan mereka. 

Ada aturan yang membuatku sedikit tersenyum di sini. Larangan mengambil pasir. Entahlah, apakah pengunjung di sini banyak yang mengambil pasir atau bagaimana, sehingga muncul larangan tersebut. Aku sendiri dulu pernah melihat ada pengunjung yang mengambil segenggam pasir dan dimasukkan dalam bekas botol air mineral. 

Menjelang sore, pengunjung makin ramai. Berkali-kali pengelola mengingatkan untuk tetap mengenakan masker dan berjaga jarak. Pun imbauan untuk membuang sampah pada tempatnya. Kulihat baskara masih cukup silau. 
Pengunjung di pantai Wates Rembang sedang menikmati waktu sore
Pengunjung di pantai Wates Rembang sedang menikmati waktu sore


Waktu menunjukkan pukul 16.45 WIB, imbauan lokasi ini hendak ditutup mulai diteriakkan. Aku menuju tepian pantai, memotret barisan perahu dengan cahaya matahari. Kusetel aturan kamera agar hasilnya siluet. 

Melihat arah matahari terbenam, sepertinya pantai ini lumayan strategis. Matahari terbenam sejajar dengan barisan pantai. Pantai ini menghadap utara, sehingga penggalan matahari kala terbit dan terbenam bisa terabadikan dari ujung. 

Kutunggu pengunjung berjalan di pesisir, lalu mengabadikan. Hanya saja tak kulihat ada pengunjung yang berjalan di sudut tersebut. Aku mengabadikan seadanya, meski kurang puas, tapi tak masalah. Karena waktu makin berjalan. 
Menjelang sunset di Pantai Wates Rembang
Menjelang sunset di Pantai Wates Rembang

Di jembatan masih ada orang yang berjalan menuju daratan. aku sedikit berlari menuju sisi timur jembatan, lantas menunggu orang-orang yang berjalan tepat pada bingkai spot foto di pangkal jembatan. Lagi-lagi, aku memotret siluet. 

Sedikit bersabar untuk memotret seperti ini. Beberapa orang sudah lalu-lalang, hanya saja luput dari jepretanku. Pada akhirnya aku mendapatkan foto siluet, lalu bergegas menuju gazebo. Seseorang masih sabar menantiku. 

Kami memeriksa barang bawaan. Gopro, kamera miroles, gawai, dan yang lainnya sudah lengkap. Lantas kami berdua berjalan menuju area parkir. pengelola pantai terus mengimbau agar pengunjung pantai Wates untuk pulang. 
Siluet bingkai spot foto ala-ala dan pengunjung pantai Wates, Rembang
Siluet bingkai spot foto ala-ala dan pengunjung pantai Wates, Rembang

Kulihat, ada rombongan yang baru datang dan tetap santai menuju pantai. Mungkin rombongan muda-mudi ini warga setempat, sehingga mempunyai akses lebih leluasa. Sementara dua mobil yang baru mau masuk diminta penjaga gerbang untuk putar balik. 

Di lapangan kulihat anak-anak bermain bola. Aku mengambil motor, dan kami melaju ke pusat kota Rembang. Di tengah jalan kampung, warga setempat memberi arah jalur motor yang berbeda dengan mobil, kami terus melintas melalui jalan yang sama. 

Walau tak bisa memotret sunset di Pantai Pasir Putih Wates, aku cukup puas dengan kunjungan hari ini. Menurutku, pantai ini memang cocok untuk menikmati waktu sore sembari melihat sunset. Pantas jika pantai ini mendapatkan banyak kunjungan wisatawan dari Rembang dan sekitarnya. *Rembang; 19 September 2020. 

18 komentar:

  1. pasti ada spot foto ala ala ya, heuheuheu

    BalasHapus
  2. Baru sekali ini liat Cemara ditanam di pantai tp jumlahnya banyak gitu :). Biasanya kan cuma ada bakau, ato pohon kelapa. Aku jarang ke pantai memang, jd referensi pantai yg bisa utk pembanding ga banyak.

    Itu Cemara setinggi itu msh berusia muda ya mas? Gimana kalo usianya LBH tua lagi, bakal LBH gede dan tinggi dong yaaa :D. Seolah masuk ke hutan, bukan ke pantai aku bayangin nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya cemara banyak di pantai, di Karimunjawa pun sama. Kalau tinggi suaranya bagus pas terterpa angin hehehehhehe

      Hapus
  3. pohon cemaranya tertata rapi ya kalo dilihat di foto, bagus. ada jembatannya juga. cocok nih nunggu sunset di ujung jembatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rapi tapi menurutku agak terlalu rapat sih, karena kalau besar bisa saling tabrakan bagian daunya. Tapi baguslah, ada pohon agar tidak abrasi

      Hapus
  4. Sepertinya aku pernah ke sini waktu berkunjung ke Lasem. Entahlah kok aku nggak menemukan sesuatu yang wow di pantai ini. Singkat sih aku ke sini setelah berkunjung ke museum R.A Kartini. Apa mungkin aku ke sana pas jam 12 siang, di mana matahari sedang jahat-jahatnya buhahahaha. Jadinya lemesssss.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum ke museum kartini, pas ke sana lagi tutup hahahaha. Besok mau njajal ke sana lagi

      Hapus
  5. Belum ada jam 5 sore, tapi ada info kawasan pantai akan tutup. Sebetulnya bingung sih, orang ke pantai sore hari niatnya untuk menikmati sore dan matahari terbenam. Tapi belum melihat matahari terbenam malah sudah tutup.

    Mendengarkan bunyi dari gesekan daun cemara di pantai bisa sebagai terapi ketenangan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini karena masa pandemi, jadi jam 5 sore kami harus pulang ahahhahaha

      Hapus
  6. Kayaknya romantis banget berjalan berdua bergandengan tangan menyusuri jembatan yang ombaknya mayan gede hehehe. Trus itu ternyata pohon cemara ya yang berpasir putih? Cakep pemandangannya. Mau donk naik perahu motornya :D

    BalasHapus
  7. Berarti dirimu selama ini menetap di Karimun Jawa ya?
    Tapi ada bagusnya juga sih, bisa menikmati laut dan pantai setiap hari hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jogja, Daeng. Pulang Karimunjawa biasanya tiga bulan sekali. Sekarang masa pandemi tidak bisa fleksibel heheheh. Agak susah pulangnya

      Hapus
  8. Nggak nyangka lho ada pantai pasir putih di Rembang, di pesisir utara Jawa. Aku suka bagian cemara yang berjajar rapi di pantai pasir putih itu. Ini mengingatkan aku saat main ke Lasem, trus diajak ke pantai. Aku kaget dong lihat pantainya yang putih bersih, dan luas banget. Eh, apakah ini pantai yang sama ya,, secara Rembang dan Lasem ini kan sebenernya satu area kan yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lasem adalah bagian dari Rembang. Pantai ini malah jauh sebelum masuk kota Rembang kalau dari Pati. Jika diakses dari Lasem malah lebih jauh lagi. Pantai yang terjangkau di Lasem seperti Karangjahe

      Hapus
  9. Jejeran cemaranya kalau sudah besar bakal keren banget itu, Mas. Teduh pasti. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi menurutku agak terlalu rapat ya, tapi mungkin ada alasan tertentu dengan ditanam lebih rapat.

      Hapus

Pages