Blusukan Gang Tamansari Naik Sepeda Lipat Ecosmo 8 - Nasirullah Sitam

Blusukan Gang Tamansari Naik Sepeda Lipat Ecosmo 8

Share This
Keliling Tamansari dengan  bersepeda
Tugu Jogja sudah bersolek. Kabel-kabel yang semrawut sudah lenyap. Hingga pagi ini, sudah banyak orang yang ingin mengabadikan diri bersama sepeda di wajah baru Tugu Jogja. Aku mengayuh pedal, melihat ramainya pesepeda di sana membuatku berpikir dua kali untuk ikutan berhenti. 

Roda-roda kecil sepeda lipat yang kunaiki terus berputar mengikuti kayuhan kaki. Aku berhenti di tempat duduk yang sepi, sekitar 200 meter dari Tugu Jogja. Kusandarkan sepeda, lalu membuka gawai dan mengirimkan pesan. 

“Aku di selatan tugu. Ramai banget di sana,” Tulisku. 

Hanya dalam hitungan menit, kawan yang kuhubungi sudah di dekat tugu. Aku langsung menuju lokasi kumpul, kami berempat hendak bersepeda santai akhir pekan. Bersepeda ini tidak direncanakan sebelumnya, biasanya dadakan jauh lebih menyenangkan. 

Tidak hanya berempat, tiga kolega yang lain pun turut bergabung. Akhirnya rombongan kecil berjumlah tujuh orang ini menyusuri jalanan kota Jogja yang mulai ramai. Awalnya, kami ingin menyusuri sepanjang sungai di sekitaran Kotagede, tapi takut rutenya ramai. 
Berfoto di sudut gang penuh mural
Berfoto di sudut gang penuh mural
Hingga akhirnya, salah satu kawan mengarahkan kami menyusuri gang-gang kecil yang ada di area Tamansari. Sebuah keputusan yang tepat, terlebih aku sendiri jarang menyusuri gang di kawasan tersebut. 

Berkali-kali kami papasan dengan sesama pengguna sepeda, adakalanya saling menyapa. Terkadang hanya saling mengangguk dan tersenyum. Rata-rata pesepeda yang keliling kota fokus di Tugu Jogja, Malioboro, dan sekitaran Alun-alun Kidul. 

Mendekati halaman Tamansari, kawan yang ada di depan membelokkan sepeda ke arah kiri. Melintasi rumah-rumah warga, pun dengan warga setempat yang asik berbincang kala pagi. Lalu kami membelokkan sepeda menyusuri gang. 

Di kawasan ini rata-rata gang kecil, hanya bisa dimasuki kendaraan roda dua. Kalau pun kendaraan lainnya mungkin becak. Tiap tembok gang bertabur mural ragam gambar. Mulai mural wajah orang, hingga gambar aktivitas bersepeda. 

Sudah menjadi kebiasaan para pesepeda seperti kami yang mencari sudut-sudut untuk berfoto dengan sepeda. Di sini, silih berganti kami mengabadikan diri dengan sepeda. Sesekali juga menepi karena ada kendaraan warga yang melintas. 

Terkadang, kami bertemu dengan rombongan orang jalan kaki smebari menenteng kamera. Bisa jadi mereka adalah para wisatawan yang asyik menikmati sudut tamansar kala pagi dengan berburu foto. Tidak ketinggalan bapak-bapak pengayuh becak menawarkan jasanya. 
Gedong Ledoksari di kawasan Tamansari
Gedong Ledoksari di kawasan Tamansari
Gang-gang di Tamansari tidaklah banyak, tapi lebih membingungkan bagiku. Setidaknya, untuk orang yang kali pertama menyusuri kawasan Tamansari. Sembari terus bersepeda, aku sempat melihat rombongan sepeda yang lainnya asyik berfoto. 

Ada kalanya kami berhenti di area yang luas dan terbuka. Kembali kawan-kawan berfoto menggunakan sepeda. Aku sedari tadi lebih banyak merekam dengan kamera aksi yang kumiliki. Tujuanku untuk merangkum dalam video. 

Memasuki gerbang, aku menuntun sepeda. Pikirku tempat ini seperti di beberapa sudut Jogja yang mewajibkan para pengguna kendaraan untuk menuntun. Nyatanya tidak, teman-teman pesepeda ataupun ibu yang jualan roti tetap mengayuh sepedanya. 

Keluar-masuk gang agenda hari ini. Baru saja, aki menyusuri gang dan melintas jalan besar, lagi-lagi sepeda diarahkan masuk gang. Aku sesekali menyapa warga yang berada di teras rumah, atau menyapa pengguna kendaraan yang lain saat mereka berhenti serta memberi jalan untuk sepeda kami. 

Hingga pada akhirnya, kami berhenti di salah satu area yang lumayan luas. Di sini terdapat plang pengumuman bahwa tempat ini merupakan cagar budaya. Ada gapura kecil yang terkunci, bagian atasnya bertuliskan “Gedong Ledoksari”. 

 
Dari pintu yang tertutup jeruji, aku melihat bangunan di dalam ada yang rusak. Di sini, terdapat semacam bangunan kotak dengan ketinggian satu meter. Tidak jauh dari kotak tersebut ada anak tangga yang menyambungkan kita pada lorong. 

Kulangkahkan kaki menuju lorong, dari salah satu jendela lorong tampak rumah warga. Aku kembali menuju area Gedong Ledoksari, di sini kami bersantai dan sesekali berfoto. Akupun tak mau ketinggalan, memotret sepeda lipat di undakan menuju lorong. 

Pengalaman Naik Sepeda Lipat Ecosma 8 Edisi Tokopedia 

Pertengahan bulan desembar, aku membeli sepeda lipat untuk kali kedua. Dulu pernah membeli sepeda lipat, tapi sudah berganti hak milik. Kali ini, aku sengaja membeli sepeda sebagai bentuk apresiasi pada diri sendiri di tahun 2020. 

Usai menimang berbagai pertimbangan, sempat meminta pendapat kawan pesepeda, pada akhirnya aku membeli sepeda lipat Ecosmo 8. Sepeda dengan ukuran ban 20 inchi ini nantinya menemaniku selama bekerja, berganti dengan Monarch 01. 
Sepeda Lipat Ecosmo 8 2020
Sepeda Lipat Ecosmo 8 2020
Spesifikasi sepeda standar, gir depan hanya satu dikombinasikan dengan gir belakang sebanyak delapan. Untuk gir depan beruukuran 52T. Sepeda ini berbahan Alloy, dan digunakan untuk remaja ataupun dewasa. 

Ecosmo 8 ini adalah sepeda pabrikan Element Indonesia. Sebelumnya, sepeda lipat Ecosmo ini memikat para pecinta sepeda lipat, dimulai dari Ecosmo 7. Hingga kini ada banyak seri Ecosmo, bahkan mempunya edisi-edisi tertentu. 

Pun dengan sepeda Ecosmo 8 yang kubeli, sepeda ini edisi khusus Tokopedia. Sehingga, pada bagian tertentu tertulis “Tokopedia” dengan warna khas hijau. Untuk lebih detail spesifikasinya, kalian bisa langsung mengunjungi website sepeda Element Indonesia. 

Berbekal operan gigi sensah v8, sepeda ini cukup nyaman digunakan untuk rute yang datar. Kalaupun ingin melintasi tanjakan, ada baiknya meng-upgrade beberapa bagian yang dibutuhkan agar mendukung dengan kondisi jalan. 
Spesifikasi sepeda lipat Ecosmo 8
Spesifikasi sepeda lipat Ecosmo 8
Aku sendiri membeli sepeda ini untuk transportasi ke tempat kerja. Pun jika ingin bepergian, mungkin hanya untuk jalanan kota-kota. Bagiku, dengan spesifikasi yang ditawarkan, sepeda ini sudah lebih dari cukup. 

Meski baru sebulan kubeli, setidaknya sepeda lipat Ecosmo 8 ini sudah aku gunakan beberapa kali. Pada dasarnya, aku cepat beradaptasi menaiki sepeda lipat. Untuk selama jalanan datar, tidak ada masalah yang terjadi. 

Pengalaman menaiki sepeda ini, ada beberapa catatan yang bisa aku infokan. Pertama, operan gigi sedikit keras dana agak dalam menurutku, selain itu yang mungkin terasa adalah pegangan stang. Bahan yang digunakan agak keras, serta kurang nyaman jika tidak menggunakan sarung tangan. 

Jika membeli sepeda lipat dan sudah dalam bentuk rakitan seperti ini, kita harus luangkan waktu untuk servis sepeda terlebih dahulu sebelum digunakan dalam jangka waktu lebih lama. Biasanya, gir belakang agak bermasalah ketika proses pindah gigi. 
Sepeda Lipat Ecosmo edisi Tokopedia
Sepeda Lipat Ecosmo edisi Tokopedia

***** 

Kali ini, aku mempunyai dua sepeda. Satu sepeda gunung dan sepeda lipat. Harapannya, sepeda-sepeda ini tetap berfungsi sebagai alat transportasi ke tempat kerja ataupun sebagai teman kala menjelajah sudut Jogja. 

Bukan tidak mungkin, dengan adanya sepeda dan kamera aksi, nantinya lebih banyak lagi vlog-vlog yang aku buat. Atau tulisan-tulisan tentang destinasi wisata di blog kala menyambanginya dengan bersepeda. Semoga saja! *Yogyakarya; 25 Desember 2020.

22 komentar:

  1. Trakhir ke Jogja, aku ga masuk ke Tamansari, karena antriannya ruameeeeee banget. Serem sendiri di masa begini. Tapi Krn saat itu naik mobil, ga bisa masuk ke gang2 nya.

    Pengen deh cobain naik sepeda lipat :D. Mau tau juga apa pas melipatnya gampang ato sedikit susah. Trakhir naik sepeda zaman SMP soalnya, sepeda lipat blm trend hahahahah. Tapi dulu inget banget, sepedaku juga dua dulu. Yg 1 merk federal, yg paling banyak digunakan saat itu. Enak2 aja dipake. Tp sepeda 1 lagi, lupa merk, itu seringnya tiap kali ganti gigi, rantai gir nya lepas, ga ngerti dah kenapa :D. Yg ada kalo udh begitu, lgs deh tangan jd kotoor hitam kena lemak2 minyaknya. Makanya paling jrg dipake tuh sepeda :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ini lipatannya hanya dua, mbak. Bagian tenah, dan stang.
      Mudah kok lipatannya. Kalau mau lebih praktis bisa seperti Element Troy, Kreuz, atau malah Brompton. Kedua yang aku sebutkan awal itu lipatannya menyerupai brompton, tiga lipatan dan ringkas.

      Untuk bersihin kerak atau yang hitam di rantai ada kok minyaknya. Atau pakai bensin heeee

      Hapus
  2. Mas, nek aku pengen beli sepeda untuk di kota, tapi kontur jalannya itu tanjakan dan koyok e cukup berat, mending sepeda model gini atau ada model yg lain ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau memang jalurnya agak berat mending beli MTB, nanti ukuran ban ganti yang agak kecil 1.50-an

      Hapus
  3. tetep konsisten nge-vlog pake speda mas broo
    ak sering nonton, tapi jarang komen
    heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suwun mas,
      sama-sama merambah vlog. Vlogmu juga keren-keren mas

      Hapus
  4. ternyata ada toh sepeda lipat seri Tokopedia ... 😀
    naik seli kluyuran di gang2 yang memiliki sudut2 indah dan kuno memang spot bagus untuk foto2 atau bikin video ... jadi pengen juga sesepedaan disana

    BalasHapus
    Balasan
    1. setelah 8 tahu pakai mona 1, akhirnya nambah saya, kang ahhahahah. Masih kepikiran mau nambah gravel atau RB sih.

      Hapus
  5. Jadi kangen Tamansari, dulu pernah hampir nyasar saat menuju Sumur Gumuling di sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhahhahaha, kenangan yang sangat menyenangkan bang

      Hapus
  6. wah seru banget nyepeda di Jogjaa jadi pengen

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, penting buat seseruan gowes sama kawan-kawan

      Hapus
  7. Ternyata Taman Sari itu banyak ruang harasianya ya kayak gua2 gitu mas hihihihi :) Enaknya sepedaan menyusuri gang Tamansari itu dekat pemukiman warga kah? Praktis ya kalau sepeda lipat mau diangkat atau dibawa2 juga gampang. Aku udah liat2 ituh paling murah 3,1 juta malah ada yang sampai 10 jutaan hihihi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, emang gede banget. Malah ketemu sama orang-orang yang jalan kaki buat motret di sekitaran Tamansari

      Hapus
  8. Wahh keren ya mase ke tempat kerjapun naik sepeda, mantul.

    Aku terakhir punya sepeda pas SMP kayaknya hahaha, setelah itu udah ga punya sepeda lagi, tp suamiku punya 2 sepeda onthel noh, buluk banget meskipun kondisi bisa dipake, tapi jadulnya kebangetan, tapi sama suamiku masih suka dipake buat keliling komplek doang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhehe, selama ini alat transportasinya memang hanya sepeda, mumpung lokasinya juga dekat dari kosan. Wah sepeda ontelnya kudu dirawat mbak, yakin deh banyak yang minat sepeda ontel gitu.

      Hapus
  9. mantap sekarang ada 2 sepedanya, tinggal tambah 1 lagi nih sepeda fixie haha.. tapi aku aja mau ngubah fixie jadi roadbike deng. Ini pindah ke Lampung, dan jalan di Lampung naik turun bgt gak kuat dengkulnya kalau pake fixie hahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhahahahha, pengennya nanti nanmbah roadbike, tapi masih mikir-mikir dulu, mas. Semoga terealisasikan hahahahah

      Hapus
  10. gearnya cakep banget ya, jadi kangen sepedaan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayuk beli sepeda, biar lanjut sepedaan hhahahhahah

      Hapus
  11. Sepeda lipat kayak gini kayaknya cocok banget buat dibawa masuk gang, Mas. Pakai Monarch kayaknya agak repot tuh, ya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, enak buat blusukan santai ahahhaha. Biasanya sih pakai MTB, tapi ini sengaja pakai seli

      Hapus

Pages