Bakar Ikan Tongkol di Pulau Cilik Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Bakar Ikan Tongkol di Pulau Cilik Karimunjawa

Share This
Ikan bakar yang siap santap
Ikan bakar yang siap santap

Pagi hari, aku tak ada agenda apapun. Rencananya ingin mengajak dua kawanku menikmati sunset di Pantai Tanjung Gelam. Sebelumnya tentu menjelajah sudut-sudut Karimunjawa, seperti Bukit Love Karimunjawa ataupun yang lainnya. 

Rencana berubah total, aku mendapatkan kabar jika teman-teman kampung hendak dolan ke pulau. Pilihannya antara tiga pulau; Pulau Cilik, Pulau Seruni, dan Pulau Sintok. Nantinya dua dari pulau tersebut dikunjungi. 

Kusampaikan kabar ini pada dua kawanku, Aqied dan adiknya mengangguk setuju. Menyenangkan, setidaknya dia berdua tidak hanya tidur di kamar. Untungnya mereka tidak mempunyai tujuan khusus kala ikut ke Karimunjawa. 

Sudah menjadi tradisi turun temurun para pemuda kampung, tiap lepas idulfitri, kami kumpul bersama di pantai. Tujuannya hanya ingin menikmati kebersamaan. Sebagian besar dari kami merantau di daratan, momentun seperti ini patut dirayakan bersama. 

Seperti berpacu dengan waktu, aku mempersiapkan kamera dan bekal. Lalu kami menuju Pelabuhan Hadirin. Di sini, kami berkumpul sembari memeriksa bekal yang dibawa. Aku mendengar pulau Seruni menjadi tujuan awal. 
Persiapan di Dermaga Hadirin Kemujan
Persiapan di Dermaga Hadirin Kemujan

“Kalau ombaknya tidak besar, kita ke Pulau Seruni. Misalkan ombak agak besar, kita ke Pulau Cilik.” 

Semua sepakat, lantas kami menuju kapal. Dua kapal kecil menjadi transportasi kami. Aku menaiki kapal Usman, dulu sempat mancing menggunakan kapal tersebut. Rombongan berlayar beriringan, lantas tuas gas ditarik kencang. 

Masih di perairan dangkal, ombak rasanya berkawan. Sesekali memang ada ombak agak besar, bulir-bulir air laut menerpa tubuhku. Bergegas kulindungi kamera dibalik kaus yang kukenakan. Kapal yang satu sudah meluncur cepat. 

Teriakan demi teriakan menyambut hempasan ombak. Makin mendekat Pulau Cilik rasanya ombak makin besar. Kapal terus mengarah ke Pulau Seruni. Gelombang makin tak berkawan. Melihat ini, kawan yang mengemudi mengalihkan tujuan ke Pulau Cilik. 

Kapal yang satu sudah jauh di depan, melihat kami menuju daratan, mereka mengekor. Kulirik Aqied dan adiknya, raut wajah sedikit tegang tampak samar. Sepertinya dia menikmati hempasan ombak sekaligus adrenalin ombak. 

“Kalau penumpangnya sedikit gak masalah. Kita penumpangnya banyak, jadi ke Pulau Cilik saja.” 

Aku mengangguk setuju. Kawan-kawan kampung memprioritaskan anggukanku, terlebih ada dua kawanku yang ikut. Mereka tak mau bermain dengan adrenalin. Kapal meliuk mengikuti gulungan ombak. Menyisirnya, tidak menerjang lurus. 
Memecah ombak laut
Memecah ombak laut

Pada dasarnya aku sudah terbiasa dengan ombak besar. Hanya saja terlalu lama tidak bergelut dengan lautan, rasanya ada sedikit kengerian. Kawan-kawan pun paham dengan pikiranku. Kami melintasi dermaga pulau Cilik, lalu bersandar tepat di pesisir, agak menjauh dari dermaga. 

Dua kapal tersandar, kawan yang duduk paling depan cekatan melemparkan jangkar. Kail jangkar tertancap dalam pasir. Tidak hanya satu jangkar, dua jangkar dengan sudut berbeda diturunkan bagian depan. Satu lagi di belakang agar kapal tak bergesekan. 

Satu persatu penumpang turun. Kuperiksa bawaanku. Kamera dan gawai sudah masuk di drybag. Sembari meniti papan kapal, aku menuju bagian depan dan turun. Kulihat Aqied dan adiknya tak mengalami kesulitan saat turun dari kapal. 

Air laut dangkal, kaki basah tak sampai lutut. Kawan-kawan kampung sudah sigap. Ada yang memanggul air galon, membawa kotak besar styrofoam berisi ikan tongkol, serta barang-barang yang lainnya. Semua sudah tahu tanpa harus dikomandoi. 

Pulau Cilik Karimunjawa merupakan salah satu pulau yang menjadi tujuan para wisatawan. Tak jarang pulau ini dimasukkan sebagai tujuan keliling pulau kala berlibur di Karimunjawa. Pulau yang kecil ini mempunyai pasir putih yang terhampar luas. 

Pada musim-musim tertentu pulau Cilik menjadi tujuan. Misalkan angin barat, pulau ini menjadi opsi karena sekitaran Pulau Geleang dan sebarisnya ombak lumayan besar. Lokasi pulau ini berjejeran dengan Pulau Tengah
Kapal sandar di sudut lain Pulau Cilik Karimunjawa
Kapal sandar di sudut lain Pulau Cilik Karimunjawa

Bulan juni ini hamparan pasir merata di sisi barat. Rumput liar tumbuh di atas pasir, sedikit sampah masih ada di sudut-sudut tertentu. Menyatu dengan bongkahan kayu yang terdampar di tepian pantai. Di sisi ini, pasir tidak sepenuhnya terawat. 

Sewaktu rombongan kami datang, sudah ada satu kapal wisatawan yang singgah. Sepertinya satu keluarga sedang menyewa kapal. Mereka bermain air di tepian pantai. Dermaga kayu agak menyala menjelang siang terik. 

Kapal-kapal wisatawan bersandar di dekat dermaga. Nantinya para wisatawan bisa langsung bermain air. Di bulan ini air cukup bening, cocok untuk berenang. Anak kecil berlarian menikmati ombak kecil yang mengempas. 

Kami tidak mau mengganggu keseruan mereka. Rombongan kami menuju bagian yang agak sepi, menjauh dari tempat duduk di bawah Cemara Laut. Kami berkomunikasi dengan penjaga pulau yang merupakan tetangga dusun untuk izin membakar ikan di sekitar sini. 
Wisatawan bermain air di dekat dermaga pulau Cilik Karimunjawa
Wisatawan bermain air di dekat dermaga pulau Cilik Karimunjawa

Di sini sudah ada tungku besar yang memang disediakan untuk membakar ikan. Sebagian kawan kembali bekerja. Ada yang mengolah ikan, ada juga yang mencari sabut kelapa ataupun ranting kayu kering untuk dibakar. 

Aku sendiri kembali ke rumah penjaga pulau. Kami memesan beberapa gelas kopi, sekaligus meminjam tiga piring untuk wadah sambal kecap. Bara api sudah siap, ikan-ikan pun mulai dipanggang. Aku beserta kawan yang lain bersantai. 

Tidak ada bumbu khusus kala membakar ikan. Ikan segar tersebut hanya dibersihakan menggunakan air laut, diiris bagian badan agar matangnya meresap, dan asal dibakar. Tidak ada lagi olesan kecap sebelum dibakar. 

Embusan angin lumayan kencang. Salah satu kawan inisiatif menutupi dengan spanduk kecil yang dibawa dari kapal. Meski tak sepenuhnya terhadang, setidaknya cukup untuk sekadar menahan laju embusan angin laut. 

Sekitar 10 ekor ikan tongkol berukuran besar ditambah satu ayam kampung. Satu persatu ikan sudah siap santap. Sambal kecap yang berisi irisan cabai dan bawang merah sudah dibagi pada tiga piring. Dua piring untuk cowok, satu piring untuk temanku. 
Kawan kampung membakar Ikan Tongkol
Kawan kampung membakar Ikan Tongkol

“Ambilkan dua ikan untuk kawanmu, Rul,” Ujar kawan kampung. 

Belum juga aku bergerak, kawan yang lainnya sudah mengambilkan dua ekor ikan tongkol yang mengepul. Ikan-ikan tersebut ditaruh pada papan dan dilapisi daun. Semua langsung membuat lingkaran kecil. Seperti sedang kembulan; makan bersama-sama dalam satu wadah. 

Beberapa ikatan buras dilepas, ada juga yang makannya menggunakan lontong. Masa-masa idulfitri seperti ini memang jarang warga setempat menanak nasi. Mereka sudah membuat lontong ataupun buras. Untuk ketupat nanti sewatu H+7 lebaran. 

Lepas makan, kami membereskan semua peralatan. Kukembalikan piring dan gelas ke warung penjaga pulau sembari membayar kopi. Ada juga yang mengambil air laut dan memadamkan bara api. Kami duduk-duduk di bawah pohon, dua kawanku sedang asyik berfoto di dermaga. 
Santap bareng ikan bakar di Pulau Cilik Karimunjawa
Santap bareng ikan bakar di Pulau Cilik Karimunjawa

“Lanjut ke Pulau Sintok?” 

Kembali kami berdiskusi untuk ke pulau kedua. Salah satu kawan memanggilku, apakah dua kawanku sudah puas di pulau ini atau masih ingin bermain. Aku menghampiri Aqied, mengatakan kalau waktunya pindah pulau. 

Kuanggukkan kepala pada kawan-kawan yang berkumpul. Isyarat tersebut diterima dengan baik. Kami berkemas menuju kapal yang tersandar. Sebelumnya, kami mengabadikan foto bersama. Aqied bertugas menjadi jurufoto. 

“Anak pulau piknik ke pulau,” Celetukku. 
Anak pulau piknik ke pulau
Anak pulau piknik ke pulau

Kembali suara mesin dihidupkan, dua kapal saling melaju kencang ke pulau Sintok. Pulau ini membuatku terkenang almarhum bapak. Setiap beliau mancing, pasti menyempatkan salat asyar di bangunan kecil di pulau ini. Bahkan, sajadah dan sarung beliau ditinggal di sini. 

Ombak laut sedikit menggulung, di pulau Cilik tinggal tiga kapal. Dua kapal dari warga Batulawang, serta satu kapal milik wisatawan. Tradisi berlibur ke pantai H +3 lebaran seperti ini sudah ada sejak aku masih kecil. Dulu, pulau yang dikunjungi malah Pulau Tengah. *Karimunjawa; 06 Juni 2020.

20 komentar:

  1. saya doyan banget ikan tongkol mo dimasak gmn juga. Tetap saya sikat :)

    btw bakarnya kok sampe gosong gitu mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nikmat dagingnya kang.
      Ini bukan gosong sioh, hanya kulitnya saja. Soalnya kami membakar tanpa diolesi minyak

      Hapus
  2. gede banget ikan tongkol nya, biasane nek tuku nang tukang sayur cilik cilik
    sering makan tongkol, digoreng aja enak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, ini hasil tangkapan teman-teman sehari sebelumnya, jadi kami simpan beberapa untuk pesta ahahhahah

      Hapus
  3. Yg giniiii nih yg aku suka. Krn kampungku juga daerah pesisir, tiap kali pulang kesana kdg aku srg di ajak sodara ke daerah pantai ato pulau2 sekitar dan udh pasti manggang ikan. Sama, ga usah dibumbuin saat dibakar, tp rasa dagingnya udh enak Krn segeeeer :D.

    Udh kebayang sih rasa ikan yg kalian bakar mas :).

    Jd kangeeen bgt pgn mudik ke kampung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhahha, pokoknya kalau sudah kena air laut, kelar. Pasti enak rasanya, itu yang ada di pikiranku.

      Hapus
  4. Pasti enak ini, karena ikan masih seger. Kumpul sambil bakar-bakar ikan, mantab tenan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dinikmati mas, pokoknya aktivitas dolan air wajib dilaksanakan kalau pas pulang

      Hapus
  5. Pulaunya cantik Mas.
    Berpasir putih, airnya jernih dan latarnya itu sih yang paling menggoda, kayak ada gunung gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini memang salah satu destinasi tujuan wisatawan, bang.
      Gunung yang di seberang itu daratan Karimunjawa

      Hapus
  6. wah seru bangetttt bikin ngiri .... kalau warga disana jalan jalannya ... antar pulau ... kerennn

    BalasHapus
  7. Ah jadi kangen pantai nih.
    Sudah lama banget gak ke pantai dan bakar ikan di tepi pantai
    Pengalaman yang mewah. Abis bakar ikan bisa langsung nyebur, udah gitu ikannya segar2 lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya memang harus diagendakan di lain kesempatan, daeng hehehehhee

      Hapus
  8. Aku sering masak ikan tongkol tapi yang kering, jarang kalau yang basah. Ngebayangin masak rame2 bakar tongkol di Karimunjawa enak banget ya. Sambil menikmati alam trus makan deh. Bumbunya banyak amat pasti terasa lezat tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, bumbunya sudah dibuat sama kawan-kwan duluan mbak. Pokoknya libas makannya haahahah

      Hapus
    2. Kepengen sih kapan2 main ke Karimunjawa tapi belom kesampaian. Buat aku dan anak yang doyan makan ikan dengan suasana laut kayak gini, bisa seru dan jadi momen asik bakar2an sendiri. Iya yach yang penting bumbunya udah ready, sebab aku ga mau ngulek2 hahahaha :D

      Hapus
    3. Berkabar saja mbak, siapa tahu bisa ketemu di Karimunjawa hehehe

      Hapus
  9. Ikan bakarnya sedap sekali kayaknya, Mas. :D Kebayang rasanya kalau disantap pakai nasi putih hangat... ah... jadi laper.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahha, pokoknya kalau begini yang menarik adalah daging dan sambalnya, mas. Nasi cukup sedikit aja

      Hapus

Pages