Berbelok Arah ke Pantai Jatisari Rembang - Nasirullah Sitam

Berbelok Arah ke Pantai Jatisari Rembang

Share This
Pantai Jatisari yang berlokasi di Rembang
Pantai Jatisari yang berlokasi di Rembang
Lumayan lama aku mengendarai sepeda motor,belum ada tanda-tanda plang tulisan Pantai Robyong, Rembang. Sisi kiri jalan adalah deretan pantai memanjang dan mempunyai banyak nama di beberapa titik. Mereka dirias menjadi objek wisata.

Kuhentikan sepeda motor, kami sepakat melihat gawai. Pada titik tertentu nama pantainya ada, waktu kami melintas, tak ada tanda-tanda ini adalah destinasi. Kuputuskan balik arah, menuju objek wisata pantai yang lainnya di Rembang. Namanya, pantai Jatisari.

Perjalanan sebenarnya sudah lumayan jauh. Jalanan ini didominasi kendaraan berat. Aku cukup mengendarai motor di tepian. Sesekali menyalip sepeda motor ataupun truk yang kecepatannya lambat. Bagiku, mengendarai kendaraan di jalur ini jauh berbeda dengan di perkotaan.

Petakan perkebunan disekat pagar panjang berwarna hijau. Pada salah satu tembok pagar bertuliskan Anjungan Hutan Laut. Pantai Jatisari ini seperti sudah dikelola. Jalanan menurun, tanah dan bebatuan agak terjal.
Bebatuan yang dipasang semacam tanggul
Bebatuan yang dipasang semacam tanggul
Bangunan di kiri jalan sepi tanpa pemilik. Kepulan asap orang membakar sampah di dekat pantai. Seorang bapak mendekatiku dan memberikan secarik kertas. Satu motor dikenai biaya 5000 rupiah. Untuk mobil berkisar 10.000 rupiah.

“Parkir motornya di sekitaran sini, mas,” Ujar bapak yang menyerahkan tiket.

Aku mengangguk dan memarkirkan motor. Bapak tadi kembali berbincang dengan ibu yang asyik membakar sampah. Kusapu pandangan, pantai Jatisari belum sepenuhnya bersolek. Atau malah memang sudah pernah bersolek namun tak maksimal.

Bebatuan karang ditata membentuk petakan semacam kolam air laut di tengahnya. Sekilas mirip penahan abrasi, tapi rendah. Ketika air pasang dan cuaca kurang baik, aku rasa tumpukan karang tersebut bakal terbenam air.

Lahan yang kosong ditanami pepohonan. Aku tidak melihat dengan seksama, sepertinya pohon yang ditanam adalah waru laut. Sejenis pohon tepi pantai, waru laut adalah perdu yang menyebar di sepanjang pantai-pantai beriklim tropis.
Warung yang ada di pantai Jatisari, Rembang
Warung yang ada di pantai Jatisari, Rembang
Kuarahkan kaki menuju sudut pantai Jatisari. Di sini sudah ada beberapa wisatawan yang berdatangan. Tak banyak, hanya sekumpulan remaja serta rombongan keluarga. Lahan parkir yang luas cukup sepi. Segelintir mobil yang terparkir.

Di sini sudah ada warung. Aku tidak menuju warung tersebut, hanya kulihat sekumpulan pemuda tanggung sedang bermain gitar. Suara gitar bersahutan dengan musik dangdut dari pelantang warung. Sepertinya suara musik dangdut tak mengganggu pemuda tanggung yang terus bernyayi.

Warung di tepi pantai tidak mempunyai menu khusus. Rata-rata didominasi dengan makanan kemasan. Pop mie, indomie, ataupun gorengan serta kopi kemasan menjadi hal yang lumrah. Posisi warung ini strategis karena satu-satunya warung yang ada.

Sebenarnya aku tergoda melihat tumpukan kelapa muda di sudut warung. Hanya saja waktuku tak banyak. Aku harus mengabadikan beberapa momentum kala senja yang berbalut awan. Sudah kuprediksi, sore ini tak ada senja yang indah.
Hamparan pasir dan pohon cemara
Hamparan pasir dan pohon cemara
Jika di dekat area parkir didominasi bebatuan karang, melewati warung yang kulihat adalah pasir putih. Pepohonan cemara laut menjadi peneduh. Di bawahnya terdapat batang-batang kayu yang dimanfaatkan menjadi tempat duduk.

Tidak ada yang istimewa, selain tempat ini jauh lebih senyap dibanding pantai-pantain yang sudah dikenal di Rembang. Belum juga senja, para wisatawan mulai berdatangan. Seperti kami, tempat ini rata-rata dikunjungi muda-mudi.

Air laut agak surut, sehingga pecahan ombah masih jauh di depan. Hamparan pasir terbentang menyisakan garis pantai yang ditumpuki sampah laut. Pemandangan seperti ini sebenarnya bukan hal yang baru.

Sampah-sampah laut yang terseret arus dan mengikuti laju ombak lebih banyak botol minum kemasan. Lalu sampah sandal ataupun botol kaca. Termasuk juga bolam-bolam yang sudah rusak. Sisanya tentu plastik makanan kemasan.

Kontras dengan hamparan pasir yang ditumbuhi cemara laut. Sudut lain di pantai Jatisari ini lebih dominan bebatuan karang. Warna batu kecoklatan dan sedikit lebih gelap. Sesekali bebatuan ini ada yang licin kala terinjak.

Spot ini yang paling banyak diabadikan. Jauh di sana, tebing menjulang tinggi. Bebatuan yang menjorok ke laut menjadi tujuan para wisatawan lokal. Untuk mengakses ke sana, mereka melintasi tepian pantai. Jika air laut pasang, sepertinya jalanan tertutup.
Sudut lain pantai Jatisari adalah bebatuan karang
Sudut lain pantai Jatisari adalah bebatuan karang
Dari kejauhan, sekumpulan wisatawan keluarga asyik bermain air di bebatuan yang menjorok. Tak ada petugas keamanan, sehingga keselamatan wisatawan murni dari mereka sendiri. Remaja tanggung acapkali melompat dan mengempaskan diri ke air laut.

Waktu sore merangkak, rombongan keluarga tersebut meniti tepian pantai menuju arah kami. Di tempatku duduk, air agar jauh, bebatuan lempeng yang sedikit licin terhampar. Suara riak berembus terbawa angin.

Aku duduk di bawah semak, lenganku sempat tergores duri pandan laut. Di sisiku sepasang muda-mudi asyik bercengkerama. Tak enak rasanya duduk di sini membawa kamera, kuabadikan sudut lain yang lebih aman.

Perempuan yang bersamaku sudah asyik menatap laut lepas. Aku hanya duduk dan sesekali memotretnya dari kejauhan. Karena dia, kami akhirnya nyasar ke sini. Tujuan pertama pantai Robyong tak ditemukan.

Mendung makin gelap, waktu pun makin sore. Tak ada semburat warna jingga ataupun dewangga. Sang baskara sudah hilang sedari sore tadi. Cahayanya kalah dengan selimut awan tebal yang menghiasi langit.
Berfoto di Pantai Jatisari, Rembang
Berfoto di Pantai Jatisari, Rembang
Pantai Jatisari memang belum populer layaknnya pantai-pantai lainnya yang ada di Rembang. Untuk yang ingin bermain air harus waspada, karena di sini sepertinya langsung berbatasan dengan air dalam, tepatnya setelah bebatuan yang menjorok.

Untuk saat ini, pantai Jatisari lebih banyak dikunjungi wisatawan lokal dengan rombongan keluarga ataupun muda-mudi. Harapannya tentu pantai Jatisari dikelola dengan lebih baik, sehingga dapat menggaet wisatawan lokal lebih banyak.

Sebelum kumandang azan magrib, kami pulang. Melintasi jalur padat pantura, menuju kota Rembang. Selepas sarapan dan salat magrib, aku ingin mengunjungi kembali kedai kopi kawan di Rembang. Nobon Coffee namanya.

Tak ada yang salah ketika kami harus membelokkan arah tujuan ke Pantai Jatisari. Bagiku, perjalanan itu bukan tentang cerita indahnya saja ataupun hasil sesuai rencana. Tapi, jauh dari itu. Kita bisa menikmati dengan sudut pandang lebih luas. *Pantai Jatisari; 28 November 2020.

9 komentar:

  1. kontras banget ya, di satu sisi berpasir, di sisi lain penuh bebatuan karang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, agak tajem lagi bebatuannya hehehhehe. Kalo aku lebih suka duduk di pasirnya

      Hapus
  2. kalimat penutup e bener banget. yg penting bisa menikmati. kadang pergi ke tempat wisata yg rame juga tuh malah terlalu riuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, memang sekarang aku tak punya target muluk-muluk. Bisa menikmati udara segar saja sudah menyenangkan

      Hapus
  3. Kalau lewati jalur pantura rembang-tuban bakal disuguhi pemandangan pantai sepanjang jalan. Tinggal pilih mau singgah di pantai yang mana.

    Setuju mas sitam, yang penting dari sebuah perjalanan emang menikmati perjalanan itu sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, tinggal belok ada banyak pantai. Penting hepi pas dolan hahahahha

      Hapus
  4. Aku lebih suka yg sisi bebatuan mas. Lebih karena, aku benci kakiku kotor kena pasir hahahahha. Susah ngilangin pasir pantai. Kalo sisi bebatuan kan ga terlalu bikin kotor :D. Paling harus hati2 Krn licin.

    Rasanya aku bakal bisa suka Ama pantai ini, jg Krn sepi :). Ngeliat pantai itu enaknya pas sepi, jd bener2 bisa nenangin pikiran sambil ngeliat ke laut lepas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe, kalau aku malah suka pasir. Bisa dolan pasir sepuasnya. Bebatuan kadang ada yang licin dan tajem hehehhe

      Hapus
  5. Pantai yang cukup indah juga ya Mas.
    Di satu sisi berpasir dan banyak tanaman rindangnya.
    Namun di sisi yang lain dipenuhi bebatuan.

    BalasHapus

Pages