Café Whaleys, Kafe di Bukit Love Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Café Whaleys, Kafe di Bukit Love Karimunjawa

Share This
Mengopi di Bukit Love Karimunjawa
Mengopi di Bukit Love Karimunjawa
Kelapa muda yang kuminum belum habis. Mendadak aku terpikirkan mengunjungi Bukit Love Karimunjawa. Terlebih saat kutahu di sana ada kafe yang menyediakan minuman kopi. Kusempatkan membuka perambah di gawai, tertera nama Café Whaleys tepat di Bukit Love Karimunjawa.

Ini artinya soreku lumayan sibuk. Belum genap duduk setengah jam di warung tepian jalan, kami sudah mengendarai sepeda motor menuju destinasi selanjutnya. Beruntung Antok luang. Dia juga kenal dengan pengelola di destinasi populer di Karimunjawa tersebut.

Sepeda motor metik meraung melintas tanjakan lumayan curam. Melihat jalur ini, aku membayangkan mengayuh pedal sepeda di jalanan seperti ini. Tentu menyenangkan. Di sekitar Bukit Love Karimunjawa sudah ada hotel. Cukup lama juga aku tak ke sini.

Bukit Love Karimunjawa lengang. Hanya ada empat remaja yang berfoto di landmark tulisan ‘Karimunjawa’. Kami tidak membayar tiket masuk. Untuk masyarakat Karimunjawa, destinasi ini gratis. Untuk wisatawan ada tiketnya yang dibayar dengan harga terjangkau.

“Kapan-kapan mampir di kafe, bisa sambil mengopi,” Ujar Cici pengelola Bukit Love Karimunjawa kala bersua di Balai Taman Nasional.
Landmark tulisan Karimunjawa
Landmark tulisan Karimunjawa
Kami mengangguk, memang belum kurencanakan datang, berhubung pulang kali ini bukan untuk bersantai. Akhirnya, tanpa direncanakan pun kami datang. Percayalah, aku datang bukan untuk memotret sunset, hanya ingin menyesap kopi.

Petakan tanah yang berlokasi di perbukitan ini disulap menjadi destinasi buatan. Selaras dengan momentum kala itu, adanya media sosial yang digunakan para milenial berjalan seiringan dengan wisata spot foto. Di seluruh Indonesia, spot foto menjadi destinasi wisata baru.

Beberapa tahun yang lalu, aku pernah ke sini bersama teman bloger. Sepertinya ada perubahan dengan tambahan spot untuk berfoto. Mungkin, spot tersebut dibuat karena makin banyak wisatawan yang ingin berfoto di tempat ini.

Kuabaikan saja berbagai patung buatan yang menjadi spot foto. Aku menaiki tangga menuju bangunan di atas. Suara musik kencang dari pelantang, lagi bergenre reggae terdengar memecah kesunyian. Plang kecil menunjukkan arah ke kafe maupun ke toilet.

Bangunan kayu cukup rimbun oleh dedaunan yang merambat, menyaru menjadi satu dengan atap. Sekilas, kafe ini konsepnya terbuka. Menjelang pukul 17.00 WIB, kafe ini sepi. Ini tidak terlepas karena masih masa pandemi.
Cafe Whaleys di Bukit Love Karimunjawa
Cafe Whaleys di Bukit Love Karimunjawa
Cahaya matahari menerobos hampir sebagian besar meja-kursi yang ada di luar. Kucari tempat yang agak tidak panas. Meja di sini melingkar memanfaatkan penyanggah bangunan. Satu meja dilengkapi empat kursi kayu.

Kafe ini minimalis, memang dimanfaatkan untuk menggaet para wisatawan yang hendak menikmati waktu sore ataupun malam di atas bukit. Sajian panorama yang disajikan tentu matahari tenggelam dan lansekap pantai sisi barat Karimunjawa.

Dua pelantang disusun tertumpuk, inilah yang menjadikan suara lantunan musik kencang, terkesan tidak sepi. Satu orang yang berjaga di kafe menyapa. Seingatku, kemarin aku bertemu dengan orang ini di Balai Taman Nasional Karimunjawa waktu audensi.

Benar juga, kusapa barista yang berjag sendirian. Mas Wahyu namanya, kami berbincang sesaat. Katanya, dua orang yang bekerja sedang pulang kampung. Sehingga untuk saat ini semua diurusi sendirian. Mulai dari menyeduh kopi hingga bagian dapur.

Sebenarnya tugas utama Mas Wahyu di dapur, beliau yang menyajikan makanan pesanan pengunjung. Hanya saja, kemampuan dalam membuat kopi yang dipelajari sendiri dibantu barista menjadikan dia bisa mengurusi sendiri kala tak ramai.
Bagian depan Cafe Whaleys Karimunjawa
Bagian depan Cafe Whaleys Karimunjawa
Kulihat buku menu yang ada di meja. Sebenarnya menu di Café Whaleys terpajang pada tulisan di balik meja barista. Hanya saja di sana tak ada harganya. Untuk mengetahui harga, aku melihat langsung pada buku menu yang sudah tersedia.

Banyak minuman yang ditawarkan. Aku sendiri langsung melirik tulisan kopi. Di sini tidak ada manual seduh seperti yang kuinginkan. Akhirnya pilihanku jatuh pada Americano. Hot Americano kupesan, tertera harganya 20.000 rupiah.

Tidak hanya minuman, di kafe ini makanan pun disediakan. Mulai dari nasi goreng, mie, makanan dengan lauk ikan, cumi, ataupun, ayam. Pun dengan cemilan. Kisaran harga makanan dan minuman mulai dari 10.000 – 35.000 rupiah.

Di depan juga terdapat etalase kecil. Awalnya kukira kemasan dalam etalase tersebut teh. Kulihat lebih teliti, ternyata kemasan di dalamnya adalah tembakau. Ternyata di sini juga menyediakan sedikit varian tembakau untuk para penggemarnya.
Daftar menu dan harga di Cafe Whaleys Bukit Love Karimunjawa
Daftar menu dan harga di Cafe Whaleys Bukit Love Karimunjawa
Café Whaleys sudah tiga tahun dibuka, namun ini baru pertama kalinya aku berkunjung. Di hari normal, petugas kafe ini ada tiga orang. Bisa jadi karena menurunnya wisatawan di kala pandemi membuat tempat ini bisa diurusi satu orang.

Sore hari hingga malam hari menjadi waktu yang ramai dikunjungi. Mereka didominasi wisatawan, lalu beberapa juga muda-mudi Karimunjawa. Hanya saja untuk minuman kopi, paling banyak yang memesan wisatawan manca.

Terkadang, tiap malam tertentu ada live music-nya. Menjadi suasana yang menyenangkan menikmati sajian minuman di Bukit Love Karimunjawa diiringi musik. Santai, menikmati embusan angin dan suasana sunyi.

Mas Wahyu mengatakan untuk masyarakat Karimunjawa sendiri lebih berminat dibuatkan Kopi Tubruk. Memang benar, kopi tubruk sudah menjadi rutinitas orang-orang di Indonesia. Aku sendiri pernah menyesap kopi tubruk kalah di kedai kopi Omah Sdulur Jogja.

Kopi yang digunakan sepenuhnya robusta. Tempat ini pernah menggunakan arabica, tapi menurutnya untuk rasa lebih pas robusta. Pun pernah menjajal Kopi Tempur Jepara. Hanya sekarang tidak lagi, aku kurang tahu persis alasannya.

“Taruh di meja saja, mas,” Ucapku saat Mas Wahyu mengantarkan americano.

Aku sendiri masih memutari sekitaran kafe dengan menyalakan gopro. Selama di Karimunjawa, aku terpikirkan untuk mengambil banyak konten yang jarang diambil wisatawan. Selain untuk bahan vlog pribadi, setidaknya penonton vlogku bisa melihat sudut lain Karimunjawa.
Segelas Americano laka sore hari
Segelas Americano laka sore hari
Asap mengepul dari gelas americano. Kusesap minuman ini, lumayan sesuai di lidahku. Sudah cukup lama aku tidak menyesap americano. Kusempatkan juga memotret minuman ini di atas meja kayu. Siapa tahu nanti kutulis pengalaman menyesap kopi di Bukit Love Karimunjawa.

Sembari menyesap kopi, aku terus berbincang dengan Mas Wahyu. Sementara Antok sendiri asyik melihat panorama dari atas bukit. Dia tidak mau mengopi, katanya kembung sedari tadi minum. Pun beberapa hari kemudian, dia beserta kelompoknya bakal ke sini lagi membahas terkait wisatawan ke Karimunjawa.

Matahari masih silau, kami hendak turun. Memang tidak kurencanakan menunggu sunset. Bergegas kuhabiskan americano, lantas membayar. Sengaja cepat kuhabiskan agar minuman ini masih kusesap saat hangat. Kalau sudah dingin, rasanya jauh lebih pekat.

“15.000 rupiah, mas.”

Aku terkejut, seingatku tadi americano itu harganya 20.000 rupiah. Mas Wahyu tertawa, beliau mengatakan jika minuman americano ini menjadi 15.000 karena yang membeli adalah warga Karimunjawa. Aku tertawa mengucapkan terima kasih.

Lepas membayar dan mengucapkan terima kasih, aku dan Antok meniti anak tangga menuju parkir motor. Di sini kembali bertemu dengan Cici yang mengelola Bukit Love Karimunjawa. Kami bertegur-sapa sesaat sebelum pulang.

Tidak hanya itu, di sini juga aku bertemu dengan saudaranya kawan yang bekerja di Bukit Love Karimunjawa. Kuhampiri dia dan kubilang mendapatkan salam dari temanku yang dulu kuliah di Unnes. Dalam hati mungkin dia bingung bagaimana bisa mengenal saudaranya.

Belum senja, aku dan Antok kembali menyusuri jalanan menuju rumah. Besok pagi aku harus menyeberang ke Jepara. Melanjutkan rutinitas sebagai pekerja di Jogja. Waktu pulang yang singkat ini kunikmati sebagian besar hanya bersantai di rumah sembari mencari konten tulisan blog. *Karimunjawa, 13 Maret 2021.

12 komentar:

  1. wah enak nih, warga lokal dapat diskon, heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini menyenangkan, mas. Jadi kapan-kapan bisa mengopi lagi di sini

      Hapus
  2. Seandainya pandemi ga ada, pasti ruameee kayak kafe2 di Bali dengan turis mancanegara ya mas :).

    Suka dengan tempatnya, mungkin Krn banyak tumbuhan, JD kesannya adem. Baguuus tuh, mereka memberi hrg khusus untk orang lokalnya :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, bisa dibilang Bukit Love adalah salah satu destinasi populer di Karimunjawa

      Hapus
  3. Murah meriah mimi kopi hanya 15 ribu di Cafe Whaleys Karimunjawa. Tempatnya natural banget dan sederhana deh. Aku suka ngopi tapi pakai krimer sih bukan yang riil item hehehe. Melepas kepenatan setelah jalan2 memang palingenak ngadem makan2 dan ngopi di cafe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku biasanya lihat situasi. Kalau lagi pengen ngopi item pesan, kalau gak ya kopi susu

      Hapus
  4. Kangen bangettt sama suasana karimunjawa. Next bula juli akuu mau menuntaskan rindukuu

    BalasHapus
  5. Wiih, kapan bisa ngopi disana yak...
    Sampai sekarang masih ngiler belum kesampaian hmmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa diagendakan kalau pas dolan Karimunjawa, mas.

      Hapus
  6. baru ngeh ... kalau karimu jawa juga punya bukit dan tanjakan terjal ....
    btw .. ngopi diatas bukit sambil menikmati pemandangan dan matahari terbenam benar2 mantap pollll

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, besok-besok bakal bikin vlog jalur di Karimunjawa, om. Biar gak penasaran

      Hapus

Pages