Salah satu menu makanan di Angkringan Mbok Nom Rembang |
Tepat sebelum azan magrib berkumandang, aku sudah bangun. Kulongok jendela kamar Fave Hotel Rembang, waktu sudah mulai petang. Tak ada aktivitas di sekitaran Alun-alun Rembang karena memang sedang ditutup terkait pandemi.
Niat hati ingin kulineran, tapi sedikit bingung. Bergegas aku mandi dan menunaikan salat magrib di kamar. Sebenarnya, Fave Hotel Rembang ada musola, tepatnya di basemen. Aku malas turun dari lantai tiga, cukuplah salat di sudut kamar menghadap kiblat.
Di pusat kota Rembang, ada salah satu tempat yang sudah dikenal untuk sekadar nongkrong ataupun makan. Namanya Angkringan Mbok Nom. Kulihat jarak dari hotel tidak jauh. Setidaknya, aku ingat jalannya hampir searah dengan Nobon Coffee.
Sengaja aku jalan kaki dari hotel menuju Angkringan Mbok Nom. Lokasinya berada di Jalan Dr. Soetomo No 19, Tawangsari, Leteh, Rembang. Kulintasi jalan raya depan terminal, mengarah ke taman, lalu belok kiri. Jalanan di sini lumayan gelap.
Selama berjalan, sepertinya hanya aku yang jalan kaki. Hilir-mudik kendaraan roda dua maupun empat silih berganti. Sepanjang jalan Soetomo ini ramai kuliner. Berbagai stand buka mulai sore. Aroma makanan tercium, aku terus berjalan menuju Angkringan Mbok Nom mengikuti arahan Google Maps.
Suasana Angkringan Mbok Nom Rembang |
Malam ini tidak terlalu ramai. Meski memang akhir pekan, adanya pembatasan jam buka tempat makan menjadi alasannya. Parkir kendaraan roda dua tepat di arah pintu masuk. Aku menuju area cuci tangan, lantas masuk kedai yang modelnya terbuka.
Angkringan Mbok Nom konsep bangunannya terbuka. Lumayan luas, dan tidak terlalu ramai. Setiap meja sudah diberi keterangan maksimal empat orang duduk. Malam minggu ini, menurutku masih normal keramaiannya. Aku bergegas menuju tempat kasir mengambil daftar menu.
Informasi yang kudapatkan, angkringan ini buka sejak pukul 10.00 WIB. Sementara tutupnya antara pukul 22.00 WIB ataupun 23.00 WIB (akhir pekan). Meski bernama angkringan, konsepnya seperti kedai tempat tongkrongan. Bisa untuk mengopi saja ataupun memang makan berat.
Di tiap kota, aku sendiri jarang menjadikan makanan khas daerah sebagai tujuan kuliner. Aku lebih berminat liburan santai tanpa target. Terkadang hanya memotret aktivitas masyarakat atau sekadar duduk santai di kedai, dan kujadikan konten tulisan.
Berbagai menu makanan tersaji, harganya antara 10.000 rupiah hingga 19.000 rupiah. Aku sendiri memilih Paket Mbok Nom. Paket ini sebenarnya nasi + ayam +sambel + teh manis. Sementara yang bersamaku memesan paket mie. Aku lupa nama pesanannya.
Sembari menulis daftar pesanan, aku menyempatkan waktu untuk mengelilingi angkringan. Bagian depan deretan kasir, mulai dari meja untuk kopi, pemesanan, hingga semacam gerobak angkringan kecil. Pun banyak pramusaji yang bertugas.
Daftar harga dan menu di Angkringan Mbok Nom Rembang |
Deretan meja dan kursi panjang tersebar. Sebagian atap terbuat dari ases ataupun seperti kanopi. Aku tidak bisa memastikan. Jika siang dan cuaca panas, kurasa lebih asyik di meja yang tidak jauh dari kasir. Di sisi ujung meja terbuka tanpa atap, cocok untuk malam hari.
Pun dengan tempat cuci tangan selepas makan bersampingan dengan bangunan toilet. Untuk musola, aku tidak melihat. Mungkin satu barisan juga, di sini aku hanya mengelilingi secara terbatas. Tempatnya cukup asyik.
Tidak perlu waktu lama, pesananku sudah datang. Nasi ayam goreng ditambah sambal bawang tersaji. Kami menuntaskan makan malam. Sambal bawangnya pedas, cocok untuk lidahku yang memang suka dengan sambal tersebut.
Pukul 19.00 WIB, pengunjung lumayan ramai. Silih berganti yang berdatangan. Mayoritas mereka adalah muda mudi setempat. Ada yang hanya menyesap kopi beserta camilan, tidak sedikit pula yang memang makan berat sepertiku.
Suara musik cepat berganti dari pelantang. Asap rokok mengepul, bagi orang yang tidak suka asap rokok menjadi kurang nyaman. Inilah risiko tempat terbuka dengan bebas rokok, aku sendiri harus memakluminya.
Salah satu paket Mbok Nom |
Teringat olehku tadi ada meja barista. Bergegas aku menuju meja kasir dan memesan minuman kopi. Kuputuskan untuk menyesap kopi, seharian ini belum kunikmati kopi. Pilihanku jatuh pada Vietnam Drip. Untuk sementara waktu aku memang menghindari minuman kopi manual seduh.
“Tambahkan di meja nomor 18, mas,” Celetukku ke kasir.
Piring dan gelas yang sudah kosong kujadikan satu, harapannya nanti bisa diangkat pramusaji. Kutunggu pesanan Vietnam Drip datang. Selang beberapa menit, pesanan itu datang. Aku kaget, gelasnya belum dituang air panas.
Layaknya menyeduh sendiri, kutuangkan air panas pada bagian atas alatnya. Setelah penuh, kutunggu tiap tetesan yang tertampung pada gelas. Kembali lagi kutuangkan air agar gelas tersebut penuh. Percayalah, di kedai manapun biasanya air sudah dituangkan, kita tinggal menunggu sampai tetes terakhir.
Kesibukan kasir dan pramusaji |
Aku antusias dengan penyajian Vietnam Drip di sini, setidaknya pembeli secara langsung ikut terlibat dalam proses bagian akhirnya. Air sudah penuh, kuaduk kopi agar menyatu dengan susunya. Kusesap, lumayan manis.
Untuk seleraku, rasanya agak lebih manis. Tapi ini tak jadi masalah, karena setiap orang mempunyai selera yang sama. Aku pribadi tetap bisa menikmati vietnam drip ini. Kebiasan minum kopi dengan sedikit gula memang menjadikan lidah lebih sensitif dengan rasa manis.
Pukul 20.00 WIB, aku pulang. Kutuju meja kasir sembari menginfokan nomor meja. Total semua yang kubayarkan 75.000 rupiah, ini sudah termasuk makanan, camilan, beberapa minuman, dan pastinya kopi. Harga yang wajar.
Kembali aku berjalan kaki menuju hotel, menyusuri jalan yang sama, dan menyempatkan berhenti di salah satu stand kuliner dan minimarket untuk membeli makanan. Jarak dari Angkringan Mbok Nom ke hotel terjangkau dengan jalan kaki.
Vietnam Drip di Angkringan Mbok Nom Rembang |
Pada dasarnya, Angkringan Mbok Nom ini cocok untuk nongkrong ataupun makan berat. Harga sudah jelas, dan tidak mahal. Ada sedikit catatan kecil menurutku, tentu ini bukan serta merta tanggungjawab angkringan, tapi untuk semuanya.
Entah karena kebiasana pengunjung yang kurang peka dengan kebersihan membuat banyak tisu-tisu kotor yang dibuang di bawah meja. Sebagian pada luput untuk menjadikan satu di bekas piring kotor dan tidak asal dibuang. Ini yang kulihat banyak tersebar di tiap bawah meja.
Angkringan Mbok Nom memang menjadi salah satu tujuan populer para muda-mudi yang berada di pusat Rembang. Mungkin suatu ketika saat ke Rembang lagi, akan kusempatkan bersantai di sini sembari menikmati makan malamnya. *Rembang, 12 Juni 2021.
ini konsepnya enggak sama dengan angkringan yang di pinggir jalan gitu yaa?
BalasHapusbtw nama menunya unik unik dah, ada mbok nom, rondo teles, rondo ting ting, heuheuheu
Seperti rumah makan biasa, mas. Cuma memang ada gerobak angkringannya di dekat kasir.
Hapushuhuh kangen makan dan nongkrong di angkringan
BalasHapusYen lagi musim ngene iki rodo riskan, hahahhaha
HapusWow, angkringannya keren ya. menu yang lengkap dan pengin nyoba kopinya...
BalasHapusKopinya, jos mas. Enak dan manisnya pas bagi orang yang suka manis
HapusWah, Makin bikin pengin aja Om. Semoga ada saatnya bisa Ngopi di Mbok Nom. tapi mesti bilang nyonya dulu biar nggak salah paham he..he..he...Mbok Nom je
HapusHahahahha, bener juga mas
HapusModelnya mirip2 angkringan mayak di Jogja ya.
BalasHapusDuh udah lama gak makan di angkringan.
Btw kok yang jualan banyak yang gak pake masker ya? Hehehe.
Aku kayake belum pernah ke angkringan mayak di Jogja.
HapusUntuk pramusajinya harusnya lebih peka sih, semoga lepas ini mereka lebih bisa disiplin
Cukup unik juga ya jika memesan vietnam drip di sini, soalnya kita sendiri yang menuangkan air panasnya. Makanan yang dipesan terlihat enak sih kayaknya. Selain itu harganya juga cukup aman dikantong kalo dilihat dari price list yang aku lihat.
BalasHapusBenar mas, ini menjadi pengalaman pertama saya di tempat seperti ini menuangkan vietnam drip hahahahha. Harga biasanya mengikuti areanya, mas
HapusUdah lama ih aku ga nyobain Vietnam drip. Lumayan suka, dan buatku ini kopi teraman, Krn aku pasti suka kopi dan susu gitu. Walo hrs sabar nunggu tetesannya hahahah.
BalasHapusNgeliat nasi ayamnya, aku lgs tertarik Ama sambel. Dari warnanya udh kliatan itu pedes :D. Sepertinya bakal cocok juga Ama seleraku mas.
Dan aku juga salfok Ama foto kasir dan barista. Ga pake masker :(. Tapi memang yg aku denger msh banyak kalo di luar kota yg seperti itu .. :(
Betul mbak, vietnam drip paling aman untuk dikonsumni bagi yang tidak suka kopi manualan. Pedasnya lumayan dapat mbak, dan memaang sih prokesnya kudu ditingkatkan
HapusSalut buat Mas.Sitam, konsisten dengan nulis di blog. Wajib jadi panutan nih...hehehe..
BalasHapusKawan Lama di Cilacap
Halo mas. Duh lama nggak ke Cilacap lagi, pankapan mau gowes di sana
HapusNamanya angkringan tapi bentuknya kedai kece gini cocok buat hangout ya, kirain mirip lesehan gitu hehehe :) Menu2 yang disajikan bermacam2 dan harganya sangat ramah di kantong, pasti nambah 3 piring ya mas wkwkwkwkwk :D
BalasHapusIya hahahha, awalnya aku kira model angkringan. Tapi memang ada gerobak di sampingnya hahahha
Hapus