Menyibak Kesunyian Gua Permoni Bantul - Nasirullah Sitam

Menyibak Kesunyian Gua Permoni Bantul

Share This
Gua Permoni yang sering dikunjungi pesepeda
Gua Permoni yang sering dikunjungi pesepeda
Nama Gua Permoni terbesit saat aku sedang asyik menikmati teh panas di Taman Senja Ngelo. Bergegas kucari informasi dan rutenya. Pun dengan Tanya ibu pemilik warung, beliau berujar lokasinya tidak jauh dari jembatan baru. Hanya beberapa kilometer dari sini.

Meski begitu, aku tetap melihat gawai agar tidak tersesat. Sekitaran Pungkuran banyak warga setempat yang berprofesi pembuat bata. Sedari tadi kulihat banyak gubuk yang digunakan sebagai tempat pembuatan bata. Kesibukan mereka mencetak tanah liat pada cetakan bata tampak hari ini.

Jembatan baru yang dimaksud ibu warung kulintasi. Ada dua pesepeda sedang berhenti dan berfoto. Di ujung jembatan ada pertigaan. Aku bingung, yakin saja ambil kiri dan lanjut ke kanan. Seingatku, sisi kanan adalah sebuah sekolah.

Tampaknya kebiasaan tersesatku masih ada. Bahkan menuju Gua Permoni pun salah jalan. Harusnya dari jembatan itu aku belok kanan. Segera kubalik arah, melintasi jalan yang sama dan lurus sebelum jembatan. Sebuah ekskavator sedang mengeruk salah satu bukit di pinggir jalan.

“Gua Permoni di atas bukit ini, mas. Kalau naik sepeda lurus terus jalan ini, nanti ada pertigaan arah perumahan belok kiri. Terus ikuti jalan yang lurus,” Terang seorang bapak yang sedang menyiram tanaman.
Bertemu pesepeda saat ke Gua Permoni Bantul
Bertemu pesepeda saat ke Gua Permoni Bantul
Aku melanjutkan mengayuh pedal, bukitnya sudah ketemu. Tinggal jalannya yang bisa dilintasi sepeda. Jalan lumayan lengang, hingga di sisi kiri tampak jalan perumahan. Seperti arahan bapak tadi, kuambil jalan yang lurus dengan sedikit tanjakan.

Tak hanya aku, di depan sudah ada rombongan sepeda dengan arah yang sama. Rombongan ini tadi kulihat sama-sama di Taman Senja Ngelo. Bahkan salah satu dari mereka mengenaliku dan memanggil namaku. Kami bertegur sapa.

“Ini mas Sitam, saya pernah lihat vlognya,” sembari merekam.

Aku berbaur dengan rombongan tersebut. Tujuan kami sama, hendak melihat Gua Permoni. Gua Permoni ini berlokasi di Bawong, Trimulyo, Jetis, Bantul. Suasana sepi waktu kami melintas. Di atas ada dua jalur, jalan yang menuju gua belok kiri dan menanjak.

Di Bukit Permoni sebenarnya sudah lengkap berbagai fasilitas. Hanya saja tampak tidak terurus. Bangunan pendopo terbengkalai, pun dengan fasilitas yang lainnya. Sayang sekali, padahal area di sini cukup luas dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat bermain.
Bangunan limasan yang ada di Bukit Permoni Bantul
Bangunan limasan yang ada di Bukit Permoni Bantul
Kusapukan pemandangan, tak kelihatan tebing ataupun gua yang hendak kami tuju. Untuk sementara waktu aku istirahat sejenak. Melihat sekeliling, kemungkinan besar dulunya tempat ini sudah disiapkan sebagai area bermain anak-anak.

Pendopo tak bertuan, dua ayunan besi seperti yang ada di sekolah Taman Kanak-Kanak, hingga fasilitas permainan anak yang lainnya tergeletak usang dimakan zaman. Cat pada besi sudah usang, sepertinya tempat ini sudah lama tidak diperhatikan.

Tak jauh dari sana, sudah ada juga fasilitas toilet. Bangunan ini tampak penuh coretan di dindingnya. Aku masih penasaran, kenapa tempat yang harusnya bisa berpotensi sebagai wahana anak-anak bermain terbengkalai. Padahal tempatnya tak jauh dari perumahan maupun rumah warga.

Jalan cor menurun hingga tandas di ujung lahan yang tertutupi rerimbunan bambu. Rombongan yang kuikuti bingung tak tampak gua yang kami tuju. Aku melangkah turun, kulihat tebing yang tidak asing. Itulah Gua Permoni.

Bergegas kuambil sepeda dan menuruni jalan. Rombongan pun mengikuti dari belakang. Sepeda kuparkir di jalan mentok, lantas menuruni dari jalan setapak. Tebing-tebing Gua Permoni tampak jelas. Sayangnya aku tidak membawa lampu penerangan, hanya mengandalkan cahaya matahari.
Gua permoni kala pagi hari
Gua permoni kala pagi hari
Gua Permoni di atas bukit, tempatnya tertutup rimbun bambu. Jika kita datang lewat jalan perumahan, untuk mengaksesnya harus turun terlebih dulu dari pendopo. Dari berbagai sumber menginformasikan jika gua ini adalah buatan.

Konon, bentukan gua dikarenakan penggalian batu sehingga meninggalkan rongga pada tebing. Jika dilihat lebih detail, memang seperti bekas potongan bambu menggunakan alat mesin. Tiap dinding terkikis dengan bentuk yang mirip.

Di bagian dalam gua ini dipenuhi air. Aku tidak membawa lampu penerangan, sehingga airnya tidak tampak. Kuambil pecahan batu seukuran kelereng, dan coba lemparkan, suara air terdengar. Dari suaranya, sepertinya liang berbentuk kolam itu lumayan dalam.

Hawa dingin berdesir, tempat ini memang minim cahaya matahari. Ditambah tertutup rimbun bambu. Kurekomendasikan bagi yang ingin berkunjung lebih baik tidak sendirian dan pastinya menggunakan sepatu agar aman. Karena jalur ke sini seperti ada semak-semak.
Di dalam gua Permoni seperti ada kolam besar
Di dalam gua Permoni seperti ada kolam besar
Banyak di media sosial orang berfoto di dalam gua saat airnya melimpah. Ada juga yang membawa sepeda turun dan berfoto di bagian dalam gua. Menurutku sendiri cukup riskan, karena ini gua buatan, bukan terbentuk secara alami.

Penyanggah gua banyak coretan, pun dengan dinding-dindingnya. Pada satu sisi, ada lubang gua yang disekat dengan pagar panjang dan tinggi. Aku tidak tahu fungsi pagar tersebut. Bisa jadi agar orang yang berkunjung tidak terpeleset ke liangnya.

Cukup disayangkan, segelintir pengunjung yang datang mencoret dinding. Pun dengan sedikit tumpukan sampah yang ada di dekat masuk gua. Tumpukan ini ditinggal pengunjung atau wisatawan setempat yang nakal. Kebiasaan yang harus kita ubah untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Sebuah jalan kecil mengarahkanku ke belakang gua, menyibak rerimbunan pohon bambu. Kami ikuti jalan tersebut, sebuah bangunan kecil tampak, pun dengan gazebo. Jika dilihat, tempat ini lumayan bersih, siapa tahu sedang dalam proses perbaikan setelah sekian lama terbengkalai.

Kuturuti bukit hingga berbatasan dengan tebing. Kulongokkan kepala, di bawah adalah rumah warga dan jalan yang tadi kulintasi. Sekilas, ada jalan hingga ke gua Permoni, tapi hanya bisa dilintasi jalan kaki. Belum bisa jika menggunakan kendaraan.
Gazebo yang terletak di balik Gua Permoni
Gazebo yang terletak di balik Gua Permoni
Kami bersantai sesaat, rombongan yang bersamaku kembali mengabadikan diri. Aku sendiri berkeliling sembari sesekali memotret. Tempat ini perpaduan antara pohon bambu dan tanaman pohon jati. Aku duduk santai di gazebo yang sudah ada sejak lama.

Desas-desus terdengar jika beberapa tahun yang lalu area ini memang diharapkan sebagai tempat permainan anak-anak. Hingga akhirnya terbengkalai, dan kemudian ada kabar hendak dihidupkan kembali. Keberadaan gua Permoni bisa menggaet wisatawan lokal, khususnya pesepeda.

Tentunya lahan luas dengan berbagai aneka permainan anak-anak dapat dibenahi, pendopo besar di bukit serta toilet dapat dimanfaatkan. Siapa tahu malah sekalian ada warung seperti destinasi-destinasi yang sering dikunjungi pesepeda.

Kutinggalkan Gua Permoni, jalanan kembali lengang. Niat hati hanya ingin ke Taman Senja Ngelo malah bonus bisa ke Gua Permoni. Sayangnya tidak ada warung, jadi aku langsung pulang. Lumayan dua konten kudapatkan hari ini.

Kita tidak pernah tahu ke depannya seperti apa. Tapi Gua Permoni mulai dilirik pesepeda sebagai destinasi tujuan kala bersepeda akhir pekan. Siapa tahu pengelola setempat yang mempunyai kewenangan bisa menghidupkan potensi ini dengan lebih baik.

*Catatan: Kunjungan ke Gua Permoni pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021. Artikel akan penulis perbarui secara berkala jika penulis mengunjungi destinasi tersebut di waktu mendatang.

17 komentar:

  1. Weleh eman2 ya, alat2 permainan anak wes podo karatan. Dinding2 goa banyak coretan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyo e mas, katanya dalam waktu dekat ini mau ada perbaikan lagi. Soalnya di bagian yang ada tempat foto sempat dibersihkan

      Hapus
  2. padahal guanya unik dan eksotis .... sayang tidak terawat dan banyak coretan.
    semoga ada pemodal baru yang bisa mempercantik tempat ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini rata-rata begitu, kang. Kurang terawat tapi sebenarnya ada potensi

      Hapus
  3. Wah keren nih mas Sitam, udah dikenal orang karena vlognya hehehe.

    Syang banget kirang dirawat ya mas, padahal guanya bagus, tempat bermain anak juga bagus, sayang banget terbengkalai seperti itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahha, sama-sama kenal karena ngevlog meski baru dikit.
      Pokoknya penting blusukan, mbak. siapa tahu ke depannya bisa lebih baik

      Hapus
  4. Mas Sitam kebanyakan perjalanannya dilakukan menggunakan sepeda ya. Seru kayaknya tiap akhir pekan bisa gowes explore ke tempat tempat seperti ini.

    Siapa tau setelah Mas Sitam ngevlog dinsini, tempatnya jadi ramai dan terurus lagi.

    BalasHapus
  5. Kebanyakan perjalanan yang dilakukan mas Sitam ini menggunakan sepeda ya. Seru juga tiap akhir pekan bisa explore ke berbagai tempat dengan menggunakan sepeda.

    Semoga aja dengan sudah banyaknya kunjungan dari para pesepeda, dan dengan vlog mas Sitam ini, kawasan gua Permoni ini jadi lebih terawat lagi dan lebih ramai pengunjung.

    Maafkan aku harus menulis komentar 2x karena akun yg tadi bukan yang biasa digunakan untuk ngeblog hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya ambil konten blog memang pas akhir pekan sekalian dengan gowes, jadi kontennya banyak rute gowes ahahahaha. Semoga banyak yang mengunjungi :-)

      Hapus
  6. Memang deh masih banyak masyarakat yang ga merawat fasilitas objek wisata, padahal kalau bersih bisa menarik wisatawan berkunjung ke sana, termasuk Gua Permoni ini. Masih ada cahaya menyeruak ke dalam gua ya. Waktu aku masuk ke Gua Kiskendo wiiih gelaaaaaabs hahaha :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, tantangan tersendiri ini mbak. Wah malah sudah pernah masuk Kiskendo, saya belum masuk. Cuma dulu sering melintas di depannya

      Hapus
  7. Lumayan bikin merinding yo mas sitam...apalagi pas tekan atas bukit di arena permainan yang telah usang...

    ga nyongko ternyata goanya buatan tapi dalamnya ada airnya...malah jadi kelingan goa jatijajar aku sing daleme ada kolamnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, serasa bagaimana gitu ya. Padahal kalau dirawat dengan baik bakal bagus loh

      Hapus
  8. Sayaaang tempat mainnya ga keurus ya mas. Seandainya ada Playground kecil kayak gitu Deket rumahku mas, dijamin anak2 ku tiap sore pasti betah main kesana.

    Kalo goa nya sendiri jujur merinding hahahahah. Aku kurang suka Ama tempat2 tertutup dan gelap sebenernya, jadi udah pasti ga bakal DTG kesana sendirian. Apalagi pas mas Sitam bilang dalamnya ada air.

    Ngeri juga DTG malam, bagi yg ga tau bisa kecebur, itu ga kliatan airnya soalnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, kalau dekat rumah warga sebenarnya bagk bakal terbengkalai. malah dimanfaatkan

      Hapus
  9. ikutan nyimak perjalanan dolan Mas Sitam. Sayang ya kalau lihat vandalisme di tebing goa. Blog Mas Sitam banyak bantu promosikan potensi unik daerah, kereen.
    Salam sehat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah membaca tulisan ini. Mumpung masih selo buat nulis destinasi terdekat :-D

      Hapus

Pages