Menanam Pohon di Hutan Konservasi Taman Nasional Gunung Merapi - Nasirullah Sitam

Menanam Pohon di Hutan Konservasi Taman Nasional Gunung Merapi

Share This
0 Bersepeda membawa bibit pohon - Dok. Wisnu Ajisastra
Bersepeda membawa bibit pohon - Dok. Wisnu Ajisastra
Semangkuk soto sudah tandas, pun dengan tahu bacem yang disediakan. Kami menikmati waktu sarapan sembari melepas lelah. Tadi subuh sudah bersepeda melintasi jalan bebatuan menuju Tugu Soeharto, jelajah Sabo Dam Ombo, hingga menjajal jalur All Mountain di Jurang Jero.

Rangkaian acara hampir usai. Kami menyisakan satu agenda yang belum dilaksanakan. Agenda tersebut adalah melakukan penanaman pohon di hutan konservasi Taman Nasional Gunung Merapi. Penanaman ini bersama kelompok tani Randu Ijo.

Kemarin, kami berbincang santai dengan petugas Taman Nasional Gunung Merapi terkait zona-zona di Kawasan ini. Selain itu, kami juga sudah berkoordinasi dengan petugas TNGM dan kelompok tani terkait jenis pohon yang nantinya kami tanam.

“Tidak semua jenis pohon bisa ditanam. Ada beberapa jenis pohon bisa kita tanam,” Terang perwakilan dari TNGM.

Penanaman pohon di wilayah tertentu memang harus melibatkan masyarakat dan petugas setempat. Hal ini dilakukan agar jenis pohon yang kita tanam sesuai dengan jenis pohon sebelumnya. Tidak asal menanam berbagai jenis pohon.
Berbincang dengan petugas TNGM - Dok. Wisnu Ajisastra
Berbincang dengan petugas TNGM - Dok. Wisnu Ajisastra
Sedari awal, Mas Cholik selaku penggagas kamping dan menanam pohon ini sudah berkoordinasi dengan kelompok tani Randu Ijo, sehingga jenis pohon yang nantinya ditanam merupakan pohon yang diperbolehkan, dan disediakan oleh kelompok tani.

Tak jauh dari warung tempat kami sarapan, sudah banyak bibit pohon setinggi setengah meter lebih. Bibit pohon inilah yang nantinya kami bawa ke lokasi penanaman. Menurut kelompok tani, bibit yang ditanam adalah pohon Berasan.

Tantangan yang mendasar dalam kegiatan penanaman pohon adalah bibit yang ditanam. Tidak jarang sebagian kelompok tertentu menanam tanpa menggaet pihak terkait dalam pemilihan bibit. Sehingga pohon yang ditanam tidak sesuai dengan wilayahnya.

Berasan sendiri merupakan satu dari enam jenis pohon yang bisa ditanam di wilayah konservasi gunung Merapi. Kelompok tani Randu Ijo mempunyai bibit yang bisa dibeli, dan mereka juga dapat dirangkul dalam menentukan lokasi penanaman bibit.
Melintasi jalur bebatuan menuju lokasi penanaman pohon - Dok. Wisnu Ajisastra
Melintasi jalur bebatuan menuju lokasi penanaman pohon - Dok. Wisnu Ajisastra
Setiap orang diminta membawa dua bibit pohon Berasan. Sedari awal memang kami sudah diminta untuk membawa tas kantung. Aku sendiri sudah menyiapkan tas kantung kain yang kubawa dari Jogja. Dua bibit pohon Berasan kuambil.

Aku tidak tahu berapa biaya pembelian bibit ini, semuanya sudah dibayar panitia, termasuk dengan tenda kamping. Jalur yang dilewati sama dengan kemarin sore. Kami berhenti tepat di dekat aliran irigasi kecil, menunggu kawan rombongan.

Jalur yang kami lintasi merupakan jalan setapak di irigasi. Seingatku, kemarin sore aku sempat penasaran dengan jalan ini. Benar saja, kami harus menyibak semak menggunakan sepeda. Terkadang di tengah jalan harus berhenti. Bebatuan ataupun ranting pohon yang kering menjadi penghalang.

Salah satu kawan di depan terjerembab. Ban sepeda terperosok di semak-semak. Kami sontak tertawa. Sebelum membantu, kami malah ramai mengabadikan. Rute menuju lahan penanaman pohon lebih nyaman jalan kami.
Menuntun sepeda menuju lokasi penanaman
Menuntun sepeda menuju lokasi penanaman
Jalanan mentok, sepeda kami parkir, lantas jalan kaki. Kami mendekati beberapa warga yang sudah menyiapkan lubang untuk menanam pohon. Beliau yang menentukan tempat, kami tinggal menanam. Aku mencari lubang yang belum ada bibitnya.

Awalnya, kukira lahan yang diperuntukan tanam bibit pohon Berasan ini layaknya tanah kosong tanpa ada semak-semak. Ternyata yang kubayangkan salah. Kami menanam di area gundukan bekas tambang yang ditinggal, dan penuh semak belukar.

Cangkul yang kami bawa tidak digunakan. Tanah di sini sangat keras. Cenderung bebatuan. Menurut warga setempat, memang awalnya bukit ini merupakan tumpukan bebatuan peninggalan tambang pasir yang sudah sangat lama.

Salah satu warga yang ikut dalam penanaman bibit sudah menyiapkan linggis. Ketika menggali lubang untuk tempat bibit yang ditanam, besi panjang ini menggerus bebatuan. Peninggalan tambang yang kami tanami ini awalnya memang bukit bebatuan yang terbengkalai.
Menanam pohon di hutan konservasi
Menanam pohon di hutan konservasi
Satu persatu bibit pohon Berasan sudah kami tanam, tak lupa berharap pohon ini hidup dan bisa menghijaukan bukit di sekitaran Randu Ijo. Aku sendiri mengikuti bapak yang berada di tebing, beliau mencari tempat yang tepat untuk menanam bibit.

Pohon-pohon Berasan ini ditanam dengan jarak tertentu, tujuannya agar nantinya tidak terlalu dekat ketika sudah besar. Kami menyeruak di antara semak-semak, memastikan semua bibit pohon yang kami bawa sudah ditanam semuanya.

Sebenarnya, kami masih mempunyai tanggungan untuk mengecek pohon ini secara berkala. Harusnya, setelah enam bulan dari penanaman, kami memantau kembali apakah pohon-pohon ini masih hidup atau mati. Sementara ini kami menitipkan kepada masyarakat setempat untuk menjaga.

“Enam bulan lagi berarti kita kembali kamping sambil lihat pohonnya,” Celetuk salah satu kawan.

Ide yang cemerlang, tentu jika ada agenda kamping tentu antusias. Kelompok Tani Randu Ijo menyediakan bibit pohon Berasan, dan mereka terbuka jika ada siswa yang ingin belajar tentang pohon endemik di TNGM.
Bibit pohon berasan yang akan ditanam
Bibit pohon berasan yang akan ditanam
Seluruh bibit pohon Berasan sudah kami tanam, tentu dengan doa agar bibit ini hidup, serta nantinya rindang. Kami berkemas menuju tempat sepeda. Kulihat beberapa kawan menyempatkan mengambil gambar ataupun video.

“Lewat sungai berani nggak?” Celetuk salah satu kawan yang mengendarai sepeda.

Tanpa menunggu komando, hampir semua pesepeda melintasi jalur yang berbeda dengan awal. Sungai kecil yang dimanfaatkan masyarakat untuk menyiram tanaman kami jadikan jalur bersepeda. Kedalamannya hanya setinggi mata kaki.

Secara bergantian kami mengayuh sepeda. Tentu bebatuan di sungai menjadi hambatan tersendiri. Tak jarang harus turun dari sepeda, atau malah sepeda terjerembab karena menghantam batu agak besar. Gelak tawa kencang beriringan.
Melintas di jalur irigasi pertanian - Dok. Wisnu Ajisastra
Melintas di jalur irigasi pertanian - Dok. Wisnu Ajisastra
Aku terus mengayuh pedal sepeda, sesekai harus berhenti di tepian sungai. Dua kawan yang menjadi jurufoto sudah siap memotret. Keseruan pagi ini begitu terasa, kami berkumpul di ujung jalan. Lokasi yang sama ketika kemarin sore bersepeda.

Waktunya kami menuju area kamping. Seluruh agenda berjalan dengan lancar. Kami berkemas, lantas pulang ke Jogja. Sebuah perjalanan yang menyenangkan dua hari ini. Aku ikut kamping bersama kawan-kawan pesepeda, serta mengikuti rangkaian acara sampai tuntas. *Jurang Jero, 05 Juni 2022.

12 komentar:

  1. heuheuheu, menanam pohon pakai linggis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, daerahnya bekas bongkahan bebatuan yang dibiarkan saja terbengkalai

      Hapus
  2. Tahniah!
    Ini satu usaha yang sangat baik kerana akan melestarikan alam sekitar.
    Sebut tentang Gunung Merapi, bagaimana keadaannya sekarang? Tahun 2011 saya berkunjung ke sana selepas 4 bulan gunung tersebut meletus, menyaksikan kesan-kesannya yang sangat menyedihkan. Di saat ini masih terbau belerangnya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sekarang sudah bangkit lebih baik. Tanah di sini benar-benar subur, meski harus berdampingan dengan alam

      Hapus
  3. Kirain tanam pohonnya di area tanah yg masih kosong gitu mas, ternyata udah penuh semak belukar ya. Aku dulu beberapa kali ikut acara menanam pohon juga di daerah Cilacap malah, tapi bener2 di lahan kosong gitu hihihi

    Pulangnya lebih effort ya mas karna lewat sungai begitu, tapi pasti lebih seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa kawasan memang semak belukar seperti ini, mbak. Kalau lahan kosong, biasanya berdekatan dengan tempat wisata yang dikembalikan menjadi fungsi hutan sebenarnya

      Hapus
  4. Menanam jenis pohon yang sesuai di area tertentu memang sangat diperlukan. seeringkali menanam pohon yang ga sesuai. akhirnya kurang maksimal dan kadang malah rusak pohonnya. Kegiatan yang bagus mas. Sepeda, kemping, dan konservasi. Kegiatan seperti ini bisa sering dilakukan sih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar banget mas, bendengar cerita petugas TNGM kadang ya kasian ahahahhah

      Hapus
  5. Menanam bibit Berasan di hutan konservasi Taman Nasional Gunung Merapi rupanya punya kenangan tersendiri. Penuh perjuangan sekali ya mas. Sambil gowes bawa tanamannya. Pakai linggis untuk mencungkil tanah lalu menanamnya. Belum lagi semak belukar liar yang banyak, Salut deh!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi mendapatkan ilmu baru, mbak. Biasanya hanya menanam di lahan kosong yang gersang. Sekarang kudu pakai linggis karena bebatuan semua

      Hapus
  6. keren banget aktifitasnya mas Sitam. kalau aktifitas seperti ini ditularkan dibanyak tempat .... area2 yag dulunya tandus bekas galian tambang bisa jadi hijau dan indah lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang, menjadi kegiatan yang menyenangkan kalau bisa seperti ini.

      Hapus

Pages