Bukit Watu Gagak Kembali Menarik Minat Pesepeda - Nasirullah Sitam

Bukit Watu Gagak Kembali Menarik Minat Pesepeda

Share This
Tulisan Bukit Watu Gagak
Tulisan Bukit Watu Gagak
Fenomena pudarnya daya tarik destinasi tertentu di Jogja tak hanya terkait tanjakan. Nyatanya, destinasi seperti perbukitan pun turut merasakan hal yang sama. Terkadang, sebuah perbukitan yang sempat ramai, lantas hilang tanpa ada pengunjung yang berdatangan.

Salah satu faktor yang menyebabkan destinasi tersebut senyap dari kunjungan pesepeda tentunya tidak dikelola dengan baik. Selain itu, keberadaan warung yang buka secara konsisten juga bisa menjadi sebab. Terkadang, tempat tersebut menjadi sengketa.

Destinasi tersebut biasanya terbengkalai, lantas terlupakan. Namun, ada juga destinasi yang terlupakan itu kembali bangkit dengan rencana pengelolaan lebih baik. Salah satunya adalah Bukit Watu Gagak yang ada di Singosaren, Wukisari, Bantul.

Akhir bulan November 2022, Bukit Watu Gagak kembali mengundang rasa penasaran para pesepeda untuk menyambangi. Kali ini, sudah ada perubahan dengan beberapa waktu lampau. Seperti landmark tulisan Watu Gagak serta akses anak tangga.

Tentu saja keberadaan tulisan tersebut cepat menyebar di kalangan pesepeda. Tiap akhir pekan, kunjungan pesepeda meningkat tajam. Hanya saja, mereka ke sini sekadar berfoto karena memang belum ditambahi fasilitas lain seperti warung.
Bukit Watu Gagak kembali dikunjungi pesepeda
Bukit Watu Gagak kembali dikunjungi pesepeda
Patokanku jembatan Karang Semut, lantas belok kiri menikung tajam melintasi pinggiran Kali Opak. Jika melihat titik koordinat di Google Maps, lokasinya tak jauh dari jalan besar. Sesampai di perempatan kecil, aku bertemu pesepeda yang juga mencari destinasi Watu Gagak.

Jalan sedikit menanjak, beruntung tetap masih dapat terjangkau pesepeda. Selama perjalanan, kami belum bersua dengan pesepeda yang lain. Bisa jadi kepagian atau mereka melewati jalan yang berbeda. Suasana masih syahdu dan sejuk.

Tanjakan tipis masih kami lalui, hingga titik koordinat di gawai menunjukkan kami sudah sampai di lokasi. Benar saja, di sisi kiri jalan sudah ada jalan anak tangga yang baru dibuat. Aku memanggul sepeda hingga jalan rata.

Dilihat secara singkat, tempat ini sepertinya mulai dikelola dengan baik. Sudaha da progress perencanaan untuk menghidupkan kembali Bukit Watu Gagak. Salah satunya dengan membuat tulisan Watu Gagak yang berada di ujung perbukitan.

Hari memang masih cukup pagi, aku sedari tadi belum berpapasan dengan pesepeda sedikit kaget, ternyata di Watu Gagak sudah banyak pesepeda yang berfoto. Kami saling bertegur sapa, sesekali mengenalkan diri.
Pengunjung bersantai di sekitaran tulisan Watu Gagak
Pengunjung bersantai di sekitaran tulisan Watu Gagak
Tulisan besar Watu Gagak menjadi spot untuk berfoto. Sedari tadi, sudah banyak pesepeda berfoto bareng rombongan ataupun sendirian. Bahkan, aku juga membantu orang untuk berfoto. Aku sendiri tidak berfoto di sini, lebih suka melihat keramaian orang yang antre mengabadikan diri.

Pesepeda yang datang pagi ini didominasi ibu-ibu. Jalur menuju Watu Gagak memang cenderung aman. Tidak ada tanjakan yang tajam, pun jaraknya terjangkau. Kuhabiskan waktu untuk memotret sekitar, melihat pemandangan yang adai di sini.

Bukit Watu Gagak mulai dikenal pesepeda ataupun pengunjung lainnya dua tahun yang lalu. Bahkan tempat ini sempat menjadi salah satu spot nongkrong kala sore hari. Sebelum terbengkalai, konon sudah pernah ada warung yang buka.

Ada kabar warung ditutup karena pandemi. Sayangnya hingga sekarang belum ada warung lagi. Jika dilihat dari rintisan pembangunan yang baru. Tentu ke depannya bakal ada warung ataupun bangunan yang lain lagi sebagai fasilitas pendukung.

Penamaan Watu Gagak pun menarik ditelisik, dari sebuah ulasan di Google Maps penamaan ini dikarenakan warga acapkali melihat adanya burung gagak yang hinggap di bebatuan sekitar. Ketika tempat ini dirintis untuk destinasi, Watu Gagak menjadi nama destinasi yang dibangun.
Bangunan-bangunan yang berada di Watu Gagak
Bangunan-bangunan yang berada di Watu Gagak
Ada beberapa peninggalan bangunan yang terbengkalai. Bahkan satu tempat seperti dalam proses dibangun lantas terhenti. Tempat ini cukup luas, dan menurutku bisa kembali dikelola dengan baik untuk membangkitkan pariwisata di sekitar Singosaren dan Sindet.

Sekumpulan remaja asyik bersantai di atas bangunan yang belum jadi, mereka membawa teko berisi kopi, dan bermain tanpa merasa terganggu dengan kehadiran kami. Di arah mauk, bangunan baru dan anak tangga sudah tampak terlihat progresnya.

Harapannya tentu Bukit Watu Gagak ini dapat dikelola dengan baik, agar tidak terbengkalai seperti sebelumnya. Jika memang berjalan sesuai rencana, aku percaya makin banyak orang yang singgah dan mempromosikan Bukit Watu Gagak melalui media sosial.

Mumpung waktunya tepat, para pesepeda masih banyak yang mengunjungi untuk berfoto. Jika sudah ada warung ataupun fasilitas kamar mandi, aku percaya banyak pesepeda yang menghabiskan waktu lebih lama di sini.
Sepeda di Bukit Watu Gagak
Sepeda di Bukit Watu Gagak
Kulirik jam tangan, pagi ini baru menunjukkan pukul 06.37 WIB. Aku masih duduk santai di salah satu batu sembari melihat keramaian pesepeda yang berfoto. Silih berganti, mereka datang dan pergi. Di antara rombongan tersebut, mereka ada yang saling mengenal.

Lokasi Bukit Watu Gagak berdekatan dengan berbagai destinasi yang lainnya. Bersama pesepeda yang tadi ketemu di jalan, kami putuskan untuk mencari teh panas di Bukit Pongol Indah. Menurut salah satu pesepeda, jalan tanjakan ini mengarahkan ke destinasi tersebut.

Kembali kupanggul sepeda melintasi anak tangga yang menuju jalan besar. Pagi ini mulai banyak pesepeda yang hendak berfoto di Watu Gagak. Kami bertegur sapa. Untuk saat ini, Bukit Watu Gagak menjadi tempat transit berfoto sebelum melanjutkan ke tempat lain yang ada warungnya. *Bantul, 10 Desember 2022.

12 komentar:

  1. wah ternyata gara2 ada burung gagaknya ya, heuheuheu
    semoga spotnya lebih terawat kedepannya ya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. unik-unik penamaan di Jogja, mas. Tapi malah mudah dikenal

      Hapus
  2. Karang Semut, Kali Opak dll kok namanya unik begitu ya mas? Pesona Bukit Watu Gagak Bantul membuat pesepeda dan wisatawan lainnya betah berkunjung ke tempat ini. Wah, warungnya tutup ya? Semoga makin banyak warung yang muncul sebagai persinggahan Mas Sitam ngopi dan makan gorengan seperti biasa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, memang menyenangkan kalau bisa bersepeda di tempat-tempat seperti ini

      Hapus
  3. Sayang kalo sampe ga kepake dan ga dikunjungi lagi yaaa. Padahal tulisan watu gagaknya udah cakeeeep deh.

    Jadi dinamakan itu Krn memang ada burung gagak ya mas. Aku agak serem sbnrnya Ama gagak, suaranya itu loh 😄. Trus gagak identik Ama something dark juga hahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jogja selalu menyenangkan untuk dijelajah. Iya mbak, Gagak memang identik dengan sesuatu ahahahha

      Hapus
  4. Terkena dampak pandemi, kemudian tutup, dan ga sanggup bangkit. Tapi watu gagak mulai bangkit lagi. Setidaknya ada papan tulisan sebagai penunjuk lokasi.

    Tinggal diramaikan lagi. Bisa memanfaatkan media sosial dan google maps biar lebih maksimal lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tinggal kita nikmati dan dipertahankan tempat-tempat seperti ini, mas

      Hapus
  5. wih asik, sepedaan, sepeda saya kelamaan parkir, sampek rusak ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah harus dipakai mas, soalnya kalau dibiarin aja kadang cepat rusak

      Hapus
  6. wah cukup di kasih tulisan baru .. "mereka kembali" .. hehe ...
    di kasih warung .. lebih banyak yang kembali lagi 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. terobosan yang menurutku sangat bagus, kang. Cukup kasih begitu, animo pesepeda kembali berdatangan

      Hapus

Pages