Destinasi Wisata Kampung Pengklik Flory yang Terlupakan - Nasirullah Sitam

Destinasi Wisata Kampung Pengklik Flory yang Terlupakan

Share This
Kampung Pengklik Flory, Madurejo, Prambanan
Kampung Pengklik Flory, Madurejo, Prambanan
Dua tahun yang lalu, destinasi wisata Kampung Pengklik Flory cukup menjanjikan. Berbagai fasilitas dikembangkan, terlebih bagi mereka yang suka dengan spot foto. Hamparan sawah dengan berbagai bunga sempat menjadi spot foto favorit para wisatawan lokal.

Waktu berjalan dengan cepat, lambat laun kampung Pengklik Flory beranjak senyap dari keramaian. Pada akhirnya, kini hanya meninggalkan bangunan yang terbengkalai tanpa ada perbaikan. Bisa jadi, tempat ini senyap meninggalkan berbagai kenangan keramaian.

Di tengah jalan menuju lokasi, kulihat beberapa warga sedang memanen padi. Mereka menggelar terpal untuk menjemur gabah. Aku berbincang dengan bapak yang bertugas melepaskan gabah dari tangkai padi. Istilah dalam bahasa Jawa ‘gebyok pari’.

Gapura selamat datang di Kampung Pengklik Flory terbuat dari bambu. Tertera juga empat logo yang masih tersemat di bagian bilah bambu. Bisa jadi pembangunan tempat ini merupakan kontribusi dari beberapa instansi yang logonya terpampang.
Tulisan Kampung Pengklik Flory di tepian jalan
Tulisan Kampung Pengklik Flory di tepian jalan
Kedatanganku disambut rombongan warga Grembyangan yang sedang bersepeda santai sembari pindah sarapan. Mereka menggelar tikar, menikmati suguhan gudangan. Aku ditarik untuk bergabung sarapan. Untuk sementara waktu kumatikan kamera dan bergabung sarapan.

Tak lama kemudian, rombongan warga Grembyangan ini pulang. Aku mengucapkan terima kasih karena sudah diajak bergabung sarapan. Pun dengan menikmati teh panas yang sudah dibawa. Destinasi wisata kampung Pengklik Flory kembali lengang.

Kusapu pandangan, sebuah kotak sukarela masih terpasang di dekat tempat parkir. Bangunan sisi jalan yang awalnya warung tak ada aktivitas. Hanya digunakan duduk dua siswa yang mungkin bolos sekolah. Kulihat mereka sedang larut dalam permainan di gawai.

Aku suka dengan pemandangan di sini. Satu jembatan titian yang dulu menjadi spot berfoto berkombinasi dengan jalan yang kulintasi. Di ujung jauh sana sangat jelas Gunung Merapi. Pagi ini, Merapi cerah. Seperti menyapa para pecintanya.
Pemandangan dari Kampung Pengklik Flory
Pemandangan dari Kampung Pengklik Flory
Petakan sawah masih menghijau. Meski di beberapa tempat mulai panen, di sini sepertinya lebih beragam. Ada yang panen, ada pula yang masih dalam proses menanan. Sehingga nuansa hamparan hijau membuat mata sedap ketika memandang.

Kujelajah bagian bawah perbukitan yang dikonsep seperti taman terbuka. Salah satu yang menarik perhatianku adalah sebuah gua. Jika kubaca dari berbagai tulisan, ini merupakan salah satu gua Jepang. Di Yogyakarta, ada banyak tersebar gua Jepang.

Selain gua Jepang ini, tak jauh dari tempat sini juga ada beberapa gua Jepang yang bisa kita sambangi. Paling dekat adalah gua Jepang di bawah Candi Abang. Lokasinya hanya kurang dari 2 kilometer. Sepertinya gua-gua ini masih saling berkaitan di masa lampau.

Aku hanya mendekat arah gua, tampak gelap. Jika kalian datang sendirian, kalau bisa jangan memasuki gua seperti ini. Terlebih jika tidak dilengkapi dengan sepatu serta penerangan. Beberapa ulasan mengatakan di dalam gua ini lumayan lembab.
Gua Jepang di area Kampung Pengklik Folry
Gua Jepang di area Kampung Pengklik Folry
Selain gua, penataan taman menurutku sudah baik. Di ujung tampak gazebo besar, pun dengan fasilitas toilet. Sebenarnya semua sudah lengkap. Hanya saja sekarang tidak terawat. Konon, tempat ini pernah dijadikan gelaran pameran lukis.

Jauh sebelum senyap, Kampung Pengklik Flory ini ada gelaran musik saat malam akhir pekan. Ulasan-ulasan dua tahun silam merekam bagaimana geliat keramaian tempat ini. Sekarang, di awal tahun 2023, keadaannya malah memprihatinkan.

Area yang luas meninggalkan banyak fasilitas lainnya. Sebuah petakan taman berbatasan langsung dengan persawahan. Jalan dibuat sedemikian rupa agar menarik perhatian. Tiap sisi jalan ditumbuhi bunga sebagai pembatas.

Tiang-tiang penerangan dari bilah bambu mulai usang. Bisa jadi sudah tidak berfungsi penerangannya. Petakan lapangan kecil lengkap dengan berbagai permainan anak-anak. Jika ditilik dari konsep penataannya, dulunya Kampung Pengklik Flory ini target pengunjungnya keluarga dan remaja.
Area bermain untuk anak-anak
Area bermain untuk anak-anak
Kususuri jalanan menuju area permainan anak-anak. Seluruh alat permaiannya usang dan tidak terawat. Padahal fasilitas ini harusnya bisa dimanfaatkan anak kecil ketika berkunjung. Semuanya terbengkalai tanpa tahu ke depannya seperti apa.

Pun dengan meja dan kursi permanen terbuat dari beton. Semuanya sudah dipenuhi lumut. Bisa jadi, tempat ini dulunya dimanfaatkan para wisatawan bersantai sembari melihat bentangan sawah kala pagi ataupun sore.

Salah satu yang menjadi ikon di kampong Pengklik Flory adalah spot foto yang berada di tengah-tengah sawah. Tampak bangunan yang terbuat dari anyaman bambu dilengkapi alas karpet berwarna hijau dan bola-bola yang tersemat di antara anyaman bambu.

Jembatan ala-ala membentang di pematang sebagai akses menuju spot tersebut. Semuanya masih tampak jelas, walau jembatan yang ada di pematang sebagian sudah rapuh. Dari taman, aku melihat spot foto itu berlatarkan gunung Merapi.

Titian jembatan kulewati perlahan. Takutnya, papan yang kuinjak rapuh dan membuatku terjerembab. Kiri-kanan petakan sawah yang sedang musim tanam. Pemandangannya indah, terlebih ketika cuaca sedang cerah. Kombinasi hamparan sawah hijau, langit biru, dan gunung Merapi.

Ketika mendekat, spot foto ini memang tinggal menunggu waktu untuk hancur tinggal puing-puing. Semua anyaman bambu sudah rapuh dan rusak karena terkena panas dan hujan tanpa pernah ada perbaikan. Bagian alas karpetnya pun sebagian jebol.
Spot foto di Kampung Pengklik Flory Prambanan
Spot foto di Kampung Pengklik Flory Prambanan
Dari sini, tampak area taman dan lansekap rerimbunan Kampung Pengklik Flory. Lagi-lagi aku mengabadikan pemandangan dari spot foto ini. Terlepas tempat ini sudah terbengkalai, setidaknya keindahan lansekapnya masih menarik perhatian.

Tak jauh dari spot foto kulihat ada panel tenaga surya. Di bawahnya pun ada pompa air. Bisa jadi panel tenaga surya ini dimanfaatkan untuk listrik pompa air. Tapi ini baru sebatas pikiranku, karena panel tenaga suryanya menyerupai di rumahku Karimunjawa.

Kusapu pandangan, sisi timur terlihat sekumpulan bapak-ibu petani sibuk menanam padi. Petakan sawan di sini memang tampak subur dengan stok air melimpah. Bisa jadi air yang mengaliri persawahan di sini berasal dari Kali Opak.

Kembali aku ke tempat parkir. Masih tetap sama, lengang. Dua siswa yang bolos masih asyik bermain gawai. Sebelum pulang, kulihat seorang bapak mengayuh sepeda melintasi tempat ini. lantas turun dan menuntun sepeda. Di bagian belakang sepeda, terikat rumput pangan ternak.

Tak ada orang lagi yang berkunjung, bisa jadi menjelang sore pun suasananya tak berbeda. Aku pulang, menyapa bapak-ibu yang masih sibuk memanen sawah dan menjemur di tepian jalan. Di sekitar sini, ada banyak petakan kolam ikan milik warga setempat.

Kampung Pengklik Flory mungkin sedang tertidur. Terbengkalai untuk sementara waktu, hanya menjadi tujuan para pesepeda sepertiku yang penasaran dengan kondisi saat ini. tentu kuharapkan di masa mendatang, tempat ini kembali ramai.

Siapa tahu geliat semangat pengelola kembali bangkit, lantas sedikit demi sedikit kembali menghidupkan destinasi wisata ini. Kita tahu membangkitkan kembali memang susah. Tapi tidak ada yang mustahil jika dilakukan dengan sepenuh hati. *Kampung Pengklik Flory, 07 Januari 2023.

10 komentar:

  1. suasananya syahdu sekali, masih asri, ijo ijo
    penasaran ama goa jepangnya...
    tapi kayaknya kecil ya mulut goa nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tipikal gua Jepang, mas. Lubangnya kecil, tapi dalamnya luas biasanya begitu

      Hapus
  2. Kebayang sih ini cantik pas masih bagus2 nya dulu. Skr aja kalo dari foto ga terbengkalai banget seperti nya.

    Dan aku penasaran Ama gua Jepang nya mas. Walo jujur ga akan mau masuk selama ga ada guide sih. Takut ada ular bersarang di dalam 🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang sebenarnya bagus, mbak.
      Gua Jepang di sini ada banyak, dan semuanya seperti ini

      Hapus
  3. Ada info detail kenapa tempat ini jadi sepi mas..?
    Padahal secara sarana prasarana dan potensi masih bisa dikembangkan. Apalagi terdapat goa jepang yang jadi bagian dari sejarah dan kebudayaan, adat istiadat warga desa yang bisa jadi daya tarik tersendiri. Pemandangan jalan dan gunung merapi samgat bagus mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini yang belum sempat kucari informasi. Kalau dari warga bilangnya lama-lama sepi saja, apa bosan atau gimana gitu

      Hapus
  4. Asri kelihatannya nih taman2 dan persawahan di Kampung Pengklik Flory. Ada gua juga di sana ya. Seram kayaknya hahaha :D Kecil begitu sih mulut guanya. Ga terbayang dalamnya seperti apa. Kalau fasilitasnya sudah ada idealnya sih tempat ini dirawat dengan baik ya. Biar wisatawan semakin ramai berkunjung ke tempat ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap ada cerita-cerita mitosnya di sini, mbak. Sebenarnya menarik jika dituliskan

      Hapus
  5. destinasi wisata memang butuh manajemen khusus supaya bisa sustain ... apalagi sekarang persaingannya semakin ketat ... btw sudah ada beberapa univ yang prodinya Manajemen Destinasi Wisata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang untuk menjaga eksistensi sebuah destinasi wisata butuh perjuangan panjang, kang

      Hapus

Pages