Sarapan Sate Buntel dan Tengkleng Rica Rica Pak Manto - Nasirullah Sitam

Sarapan Sate Buntel dan Tengkleng Rica Rica Pak Manto

Share This
Kuliner sata pak Manto Solo
Kuliner sata pak Manto Solo
Semua pesanan sudah sampai di meja, kami berdua saling melirik. Pagi ini memang ingin kulineran di Solo. Istri meminta untuk sarapan sate buntel di Pak Manto. Beberapa bulan sebelumnya, kami sudah pernah kuliner sate buntel di tempat berbeda. Tepatnya di sate buntel Hj Bejo.

Diskusi singkat sebelum tidur menjadikan kami berdua pagi ini jalan-jalan ke Solo. Seperti biasa, kami berdua naik KRL Jogja – Solo. Berhubung penggunaan aplikasi LinkAja sudah tidak berlaku, sementara GoTransit dari Gojek belum berlaku, akhirnya kami membuat Kartu Multi Trip.

Proses pembuatan kartu cepat, 40.000 rupiah dengan saldo 10.000 rupiah. Berhubung pulang-pergi, jadi kami menambahkan saldo 10.000 rupiah lagi tiap kartu. Total biaya pembuatan Kartu Multi Trip 100.000 rupiah dengan saldo 20.000 rupiah tiap kartu.

Sesampai di Solo, kami menuju Masjid Sheikh Zayed. Sayangnya sewaktu kami datang, masjid ini belum dibuka untuk umum. Kami langsung memesan ojek daring menuju sate buntel Pak Manto. Lokasinya cukup terjangkau.

Belum juga pukul 10.00 WIB, warung sate Pak Manto lumayan ramai. Sudah ada beberapa sepeda yang terparkir. Tempat parkir di sini memanfaatkan area depan ruko sekitar. Mungkin ada tempat parkir untuk kendaraan roda empat, aku kurang paham.
Sampai di sate pak Manto Solo
Sampai di sate pak Manto Solo
Menurutku, jika kita sebagai wisatawan, tentu memesan ojek online menjadi keputusan yang tepat. Setidaknya, kita tidak perlu bingung mencari area parkir. Terlebih saat makan siang, tentu pengunjung lebih ramai dan agak kesulitan memarkir kendaraan roda empat.

Kami diarahkan masuk, karena di ruangan luar untuk para pembeli yang dibungkus. Istri sendiri sudah tahu menu yang hendak dipesan. Ruangan di dalam sangat luas. Ada banyak meja tersedia. Sebelum siang, tempat ini belum begitu ramai. Para pengunjung sudah ada yang menikmati sate ataupun menu lainnya.

Aku memilih meja dekat dengan kipas angin agar tidak terlalu gerah. Sewaktu datan memang belum ramai, ketika menjelang pulang, meja-meja yang kosong mulai terisi. Puncak keramaian pengunjung berkisar antara pukul 11.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB.

Selain ruangan tempat makan yang luas, tempat ini juga sudah dilengkapi dengan beberapa wastafel di belakang, berdekatan dengan toilet. Tembok dinding samping dan belakang dibuat mural dengan konsep daerah pedesaan dengan latar belakang gunung.
Area tempat makan cukup luas
Area tempat makan cukup luas
Sate buntel dan tengkleng rica rica menjadi pilihan kami berdua. Tidak ketinggalan dua minuman dingin yang kami pesan, pun menuliskan nomor meja. Semua menu sudah ditulis, kubawa nota tersebut ke pramusaji. Dia yang mencatat urutan pesanan kami.

Sembari menunggu pesanan, aku meminta izin memotret di area warung. Salah satu pramusaji mengajakku ke tempat masak berbagai pesanan pengunjung. Tempatnya memang terbuka dan menghadap jalan raya. Di sini aku bisa leluasa memotret aktivitas di dapur.

Warung sate Pak Manto memang menjadi salah satu tujuan kuliner wisatawan Solo. Banyak kawan pesepeda dari Jogja yang sengaja ingin menikmati sate ataupun tengkleng di sini. Dalam satu hari, warung sate pak Manto bisa menghabiskan banyak kambing.

Semua pesanan mulai dimasak. Salah satu pramusaji menginformasikan jumlah pesanan sate buntel, tengkleng, gulai, ataupun yang lainnya. Pekerjaan dibagi secara merata. Termasuk mereka yang bertugas meracik bumbu untuk sajian sate.

Sesekali aku menyapa pegawai yang bertugas membakar sate. Kepulan asap bersambut dengan debu-debu tipis. Semerbak daging kambing terbakar menggugah selera. Sepertinya, para pegawai di sini tidak merasa terganggu dengan keberadaanku.
Melihat tempat membakar sate buntel
Melihat tempat membakar sate buntel
Tumpukan daging sate biasa siap dibakar. Pun dengan sate buntel, semuanya sudah disediakan dengan baik. Tak jauh dari jangkauan pegawai yang membakar sate buntel, terdapat kuali besar yang berisikan racikan bumbu. Daging tersebut dicelupkan sebelum dibakar.

Tak jauh dari pembakaran sate, ada juga seorang bapak yang memasak tengkleng. Pagi ini mereka sudah cukup disibukkan aktivitas masing-masing. Satu pegawai yang lainnya mulai membawa piring-piring nasi dalam tampan.

Semua pegawai maupun pramusaji menggunakan kaus sewarna. Pegawainya cukup banyak, sehingga dengan cepat melayani para pengunjung yang kadang membeludak. Pelayanan di sini pun cukup cepat. Tatkala aku balik ke meja, ternyata pesanan kami sudah siap santap.

Kami langsung menikmati santap pagi. Dua porsi makanan yang kami pesan, nyatanya sangat banyak. Sate buntel sudah dilepas tusuknya, di sajikan dengan piring kecil. Satu porsi sate buntel berisi tiga. Warnanya makin gelap karena disiram dengan kecap.

Sementara tengkleng rica rica satu piring penuh. Kami berdua tertawa sembari berusaha menghabiskan sarapan pagi yang melimpah. Sate buntel di sini cocok untuk lidah istri, dia bilang di sini lebih enak. Memang rasanya cenderung manis, karena ada kecap dominan.
Pesanan lengkap sate buntel dan tengkleng rica rica
Pesanan lengkap sate buntel dan tengkleng rica rica
Mungkin bagi kalian yang kurang suka dengan rasa manis, nantinya bisa mengkonfirmasi saat memesan sate buntel. Siapa tahu ada opsi agar tidak ditambahi kecap, ataupun kecapnya diberikan secara terpisah. Opsi tersebut bisa lebih baik.

Tengkleng rica rica-nya memang kurekomendasikan. Meski tampaknya penuh, nyatanya tandas kami habiskan sampai tuntas. Enak dan sesuai dengan selera lidah kami. Kalian bisa mencoba tengkleng rica rica jika datang ke sate pak Manto.

Selesai sarapan, kami istirahat sebentar, lantas melakukan pembayaran. Satu porsi sate buntel, satu porsi tengkleng rica rica, dua porsi nasi putih, dan dua minuman totalnya 155.000 rupiah. Setidaknya ini bisa menjadi patokan bagi calon wisatawan yang hendak kulineran di sate pak Manto.

Pulang kulineran, kami masih melanjutkan perjalanan menuju destinasi yang lainnya untuk bersantai. Kulineran sate Pak Manto sudah terlaksana. Jika bermain ke Solo lagi, mungkin kami ingin menjajal kuliner yang lainnya. Tadi sempat mencatat beberapa kuliner yang bisa disambangi.

Makin siang, sate pak Manto makin ramai. Kursi-kursi yang tadinya sempat kosong mulai terisi penuh. Pengunjungnya pun beragam. Mulai dari wisatawan, hingga para pekerja kantoran yang lokasinya terjangkau untuk makan siang di sini. Tempat ini benar-benar tak pernah sepi. *Solo, 11 Februari 2023.

10 komentar:

  1. Saya dapat ilmu baharu di sini : sate buntel dan tengkleng rica-rica.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mbak amie. sukses untuk kita semua

      Hapus
  2. Di semarang juga ada warung sate pak manto. Mirip, sepertinya cabang dari yang di solo. Selalu ramai kalau pas lewat di depannya.

    Sate buntel makan satu tusuk udah bikin kenyang. Isinya daging semua. Kalau tengkleng rica belum pernah sih. Ntar kapan-kapan ke pak manto yang di semarang. Sudah lama pengen ke sana, tapi belum ketemu temannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama kayak di Jogja, mas. Di sini Jogja ada juga, tapi aku belum pernah ke sana.

      Hapus
  3. oh ternyata ini toh sate pak manto. dulu pernah naik ojek online di solo, terus nanya tempat makan, dijawabnya ya sate pak manto. bilangnya rame, terkenal tp agak mahal harganya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang paling direkomendasikan, mas.
      Salah satu yang menurutku paling favorit

      Hapus
  4. aku pernah ke tengkleng rica rica pak manto waktu singgah semarang dan sampun takulas juga di blog. Porsinya memang besar makane aku barengan maeme...tapi aku nyobain satene juga sing manis dan agak pedes lada...trus liat atraksi bapak penjuale sing lagi goyang wajane pas bikin rica rica tengkelengnya ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah beberapa kawan juga mengatakan pernah yang di Semarang. Seru juga kayaknya

      Hapus
  5. Memang manis dan besar porsi di sana. Makanya aku lebih suka yg rica2 mas, ada pedesnya 👍. Udh lama bangettt ga makan di pak Manto. Dulu kami sekeluarga makan di sana pas msh ada papa mama mertua. Inget banget bapak yg ngipas2 satenya duduk di depan, rasanya dulu tempatnya ga seperti yg skr. Lebih sempit.

    Liat dari foto, berarti udh diperluas kayaknya mas. Pengen juga cobain makan di sana lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang lebih luas sekarang, mbak. Bisa lah main ke Solo lagi.

      Hapus

Pages