Sudut-Sudut Lasem yang Terabadikan Kamera - Nasirullah Sitam

Sudut-Sudut Lasem yang Terabadikan Kamera

Share This
Salah satu gang di Karangturi, Lasem
Salah satu gang di Karangturi, Lasem
Selama pandemi, Lasem berbenah. Pembangunan alun-alun, merenovasi masjid Jami, hingga pedestrian di pusat keramaian Lasem terus berjalan. Tidak ketinggalan merias gang-gang di Karangturi. Penambahan ornamen ataupun tiang-tiang berhias.

Berbagai lampion menerangi gang Karangturi. Tiap aku melintas saat malam hari, lampion-lampion tersebut terang. Bagi wisatawan, tentu menyenangkan. Aku sudah mempunyai rencana untuk menyempatkan waktu memotret sudut-sudut Lasem yang dekat dengan Alun-alun.

Sepeda motor minta berhenti sampai salah satu gang di Karangturi. Aku menyempatkan keliling sebelum menunggu bus arah Surabaya ke Semarang. Waktu setengah jam kumanfaatkan sebaik mungkin. Ada banyak yang terlewatkan, tapi fokusku memang hanya di Alun-Alun Lasem.

Tembok-tembok di gang sebagian besar sudah berbalur cat baru. Mungkin saja di gang lain yang arah Kelenteng Gie Yong Bio dari jembatan Babagan pun berubah. Jalur ini bisa menjadi opsi perjalanan menuju Pohon Trembesi Lasem, melewati destinasi Lengkowo.

Pukul 09.45 WIB aku berjalan kaki memasuki salah satu gang. Memotret sudut bangunan di sini, lantas berjalan kami menyusuri trotoar di Lasem. Masyarakat di Lasem lumayan ramai. Hilir mudik berbagai kendaraan berbaur di jalan besar.
Pintu bangunan di sudut kota Lasem
Pintu bangunan di sudut kota Lasem
Di tepi jalan, sebenarnya ada satu bangunan yang mencolok berwarna kuning bergaris merah. Ketika toko tersebut tutup, depannya bisa buat berfoto. Jika tidak salah, warna mencolok tersebut adalah toko cat yang lokasinya berseberangan dengan alun-alun Lasem.

Sementara itu, jalan gang dusun Kauman, Karangturi pun berjejer tiang lampu dengan bentuk mirip tiang-tiang di Jogja. Sekilas, model tiang dan tempat duduk yang tersebar di pedestrian Lasem mengingatkanku sudut-sudut di Malioboro.

Bisa jadi ini hanya pikiranku saja yang mungkin sudah terlalu lama di Jogja, sehingga ketika melihat bentuk tiang lampu hias pun langsung teringat di Jogja. Di dalam gang Kauman ini tidak sepenuhnya berbalur cat baru. Lebih tampak aslinya.
Gang-gang kecil di Karangturi, Lasem
Gang-gang kecil di Karangturi, Lasem
Pasar di dekat alun-alun Lasem pun sudah dibangun bagus. Tempat parkir terpusat di dalam. Meski begitu, tetap saja banyak kendaraan yang parkir di pinggiran jalan. Di lihat dari alun-alun, pasar ini bernama Pasar Kreatif Lasem.

Aku menyusuri trotoar sepanjang jalan menuju alun-alun. Setiap beberapa meter sudah ada tempat duduk yang disediakan. Pagi ini, tempat duduk lebih banyak kosong. Hanya dimanfaatkan juru parkir ataupun masyarakat yang menunggu di sekitaran deretan ruko.

Berbeda halnya dengan malam hari. Alun-alun Lasem tak pernah sepi. Banyak tempat duduk sudah dipenuhi muda-mudi untuk bersantai. Pun trotoar di sepanjang jalan, kumpulan remaja tersebar. Motor-motor terparkir di tepi jalan.

Kurun waktu dua tahun terakhir, aku sering turun di Lasem dari Semarang tengah malam, sehingga sangat hafal sengan suasana saat malam. Tiap akhir pekan, pastinya tempat ini menjadi tujuan para remaja untuk menikmati waktu bersama kawan.
Suasana di sekitar Pasar Lasem
Suasana di sekitar Pasar Lasem
Salah satu yang menarik perhatianku setiap di Lasem adalah banyaknya pengguna sepeda. Masyarakat di sini sudah terbiasa dengan transportasi sepeda. Melintasi jalanan menuju Pamotan, Pancur, dan sekitarnya, aku bisa melihat orang-oranh tua bersepeda.

Bisa jadi adanya lajur sepeda di sepanjang jalan area alun-alun Lasem ini menjadi inovasi yang diperuntukkan bagi pengguna sepeda harian. Bengkel sepeda pun masih banyak kujumpai di sini. Bahkan di jalanan kampung pun ada bengkel sepeda.

Meski begitu, lajur sepeda ini belum sepenuhnya berfungsi. Tidak sedikit sepeda motor ataupun mobil yang parkir dan menutupi jalanan. Hal ini memang menjadi pemandangan yang biasa, di kota-kota lain pun keadaannya nyaris sama.

Lasem lebih populer daripada Rembang. Bahkan tidak sedikit yang mengira jika Lasem adalah kabupaten sendiri, padahal bagian dari Rembang. Salah satu yang menjadikan Lasem lebih populer adalah sektor pariwisata. Di sini lebih hidup untuk wisata dengan segmen heritage.

Keberadaan kelenteng-kelenteng dan pantai dengan daya tarik ketika sore menjadikan Lasem bergeliat di pariwisata. Gang-gang di Karangturi, berbagai bangunan, kelenteng, serta nilai sejarah membuat tempat ini sering disambangi wisatawan.
Alun-alun Lasem mulai tertata rapi
Alun-alun Lasem mulai tertata rapi
Alun-alun Lasem pun sudah tak kita temukan warung-warung dadakan di tepi jalan. Kini bentuk alun-alunnya sudah jelas. Rumput hijau terhampar, dan dikelilingi lampu hias dengan bentuk serupa dengan yang ada di dalam gang.

Tempat duduk permanen tersebar di berbagai sudut, pun dengan bulatan semacam bola besar yang biasa kita jumpai di tempat umum. Setiap hari, alun-alun Lasem sering ramai disambangi para muda-mudi. Pagi ini terlihat sekumpulan anak pesantren sedang asyik bersantai.

Kios-kios tertata rapi meski menjelang siang tak ramai pengunjung. Dari kejauhan tampak bus besar yang sedang berhenti menunggu penumpang. Dari corak merah, aku bisa mengidentifikasi bus tersebut adalah Bus Indonesia. Antara rute Semarang – Surabaya ataupun Jepara – Surabaya.

Di barat alun-alun, masjid Jami sudah megah berdiri. Bagian atap masjid ini sempat direnovasi. Bahkan area belakang pun sudah jauh lebih rapi. Sangat berbeda bentuk jika dibanding dengan tahun 2017 kala aku kali pertama berkunjung di Lasem.

Sedari dulu, Lasem memang pamornya sangat dikenal wisatawan. Berbagai penginapan dengan bangunan tua ditawarkan. Untuk hotel besar, di sini belum tersedia. Seingatku, di Rembang hanya ada dua hotel besar yakni Fave Hotel dan Pollos Hotel Rembang.
Masjid Jami Lasem tak pernah sepi
Masjid Jami Lasem tak pernah sepi
Tapi di Lasem ada penginapan yang populer diinapi wisatawan. Adapun penginapan yang sering diinapi wisatawan antara lain; Rumah Merah Heritage Lasem ataupun Guest House Nyah Lasem. Selain itu, masih banyak yang lainnya dengan harga beragam.

Kuabadikan masjid Jami dari ujung timur alun-alun Lasem, pagi ini tak seramai waktu sore ataupun malam. Alun-alun Lasem lengang, hanya sedikit anak pesantren yang berkumpul. Biasanya, mereka dari sekitaran Sarang, hendak pulang ataupun sekadar bermain kala libur.

Trotoar sepanjang jalan di Lasem sudah bagus. Tempat duduk tersebar di segala penjuru, bus-bus ziarah silih berganti parkir di belakang masjid Jami. Pun dengan para penjual kaki lima yang memanfaatkan motor untuk jualan cilok dan lainnya. Mereka mulai menawarkan jajakan ke para penziarah.

Aku menunggu bus jurusan Semarang. Wajah-wajah orang di sini sudah kukenali sejak dua tahun terakhir. Mereka adalah orang yang jualan di atas bus, hingga informan keberadaan bus sudah sampai mana. Selang setengah jam, satu bus dari Surabaya datang, aku langsung naik.

Lasem tetap menjadi destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan. Berbagai bangunan dan penataan kawasan ini semoga selaras dengan keinginan bersama. Sudut-sudut Karangturi diharapkan tetap menjadi tujuan primadona wisatawan, tak berganti dengan bangunan baru. *Lasem, 23 Januari 2023.

6 komentar:

  1. Foto-fotonya bagus mas!!
    Aku suka suasana gang atau perkampungan seperti ini. Tiap gang punya ciri khasnya masing-masing. Belum lagi kalau banyam aktivitas warga dan bangunan-bangunan atau objek yang memiliki sejarah panjang. Sangat menarik untuk dikulik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dolan ke Lasem berkabar, mas. Siapa tahu aku pas di sana juga, jadi bisa memotret barengan

      Hapus
  2. Menarik sekali foto2 pemadangan Lasem dari berbagai sudut. Klenteng, masjid, jalanan dan semua yang diabadikan dalam kamera. Sendu sepertinya ya. Sepi kayaknya kalau pagi dan malam. Suasana dan kehidupan masyarakat di sana seperti apa adanya, sederhana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang mulai agak ramai kalau malam, meski tetap lebih banyak anak-anak muda bersantai. Kalau wistawan yang ke Lasem lebih banyak yang kuliner atau heritage.

      Hapus
  3. Kalo denger Lasem, yg aku inget cuma batiknya yg terkenal itu 😁. Blm pernah main ke sana, cuma sekedar tahu tempatnya. Dan bener sih mas, liat foto lampu jalannya, yg ada aku LGS keinget Jogja. Kayaknya udh ciri khas Jogja bgt lampu begitu 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang cakep batiknya, mbak. Bisa lah ke sana lagi

      Hapus

Pages