Berteman Sepi di Pantai Alano Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Berteman Sepi di Pantai Alano Karimunjawa

Share This
Pantai Alano Karimunjawa
Pantai Alano Karimunjawa
Dua wisatawan bule sedang asyik menikmati suasana di pantai Alano Karimunjawa. Keduanya berjemur, menikmati sinar matahari. Satu lelaki pemandu sibuk menyiapkan kelapa muda. Sepertinya kelapa muda itu dibeli dari warung yang baru buka.

Aku sendiri memilih tempat agak menjauh, tidak mau mengganggu ketenangan mereka. Aku dan istri sengaja memilih sudut pantai yang sedikit jauh, mendekati sebuah ayunan kecil. Di sini, kami sama-sama menikmati waktu bersama embusan angin laut.

Pantai Alano sebenarnya sudah sering kulintasi. Hanya saja waktu itu belum terpikirkan untuk menyambangi ataupun menuliskan di blog. Hingga saat pulang ke Karimunjawa, aku baru menyambanginya. Itupun saat menjelang siang hari.

Sepeda motor yang kami naiki melintasi jalan cor dua tapak di Legon Cikmas. Jalur ini mengarahkan kita sampai di pantai Annora, mulai dari padatnya rumah warga Legon Cikmas, melewati lapangan voli depan sekolah dasar yang dulu waktu kecil menjadi tempatku bertanding sepak bola.

Hingga di ujung jalan, berubah menjadi bebatuan dengan turunan lumayan terjal. Tepat di sisi kiri, itulah akses menuju pantai Alano. Jika kita ikuti lurus, nantinya sampai di pantai Annora yang sudah lebih dulu dikenal. Pantai Alano baru melejit di beberapa tahun terakhir.
Mengunjungi pantai Alano Karimunjawa
Mengunjungi pantai Alano Karimunjawa
“Bule lebih senang di pantai Alano,” Celetuk sepupuku yang bekerja di bidang pariwisata.

Memang benar, wisatawan manca lebih suka pantai yang sepi. Suasana di pantai Alano memang menarik minat para wisatawan manca untuk disambangi. Motor kuparkir di atas, lantas berjalan kami menuruni jalanan setapak. Jika musim hujan, jalanan ini lumayan licin.

Dari atas, kulihat dua bule sedang asyik berjemur. Mereka ditemani seorang pemandu lokal. Semoga, kedatanganku tak mengganggu mereka. Aku dan istri jalan santai, mendekati pantai, barulah terlihat tulisan pantai Alano di sebuah papan.

Belum ada tarif khusus masuk pantai. Hanya kotak dengan tulisan sukarela. Di Karimunjawa, untuk warga lokal seperti kami memang tidak dikenai biaya masuk. Sementara wisatawan luar Karimunjawa tetap kena uang masuk.

Pemilik pantai benar-benar menjaga kebersihan pesisir dari sampah kiriman. Pantai yang didominasi pasir putih serta menghadap ke timur cukup teduh. Nyiur-nyiur menjadi pelengkap keindahannya. Pun dengan pohon rindang yang lainnya.

Konsepnya sama dengan pantai-pantai di Karimunjawa. Semuanya menyuguhkan pemandangan dengan fasilitas tempat duduk yang nyaman. Cukup tambahi meja dan kursi kayu, tak perlu adanya payung-payung pantai layaknya di pesisir selatan Jawa.
Tulisan Pantai Alano Karimunjawa
Tulisan Pantai Alano Karimunjawa
Sunyi, itulah yang kurasakan. Memang di waktu seperti ini, sebagian besar wisatawan yang ada di Karimunjawa masih berkegiatan di tengah laut untuk snorkeling. Biasanya, pantai-pantai yang menghadap ke timur ini kunjungan wisatawannya lebih ramai ketika siang. Itupun mereka yang tur darat.

Selang setengah jam, pantai ini kembali didatangi tiga orang. Satu perempuan bule dan dua pemandu lokal. Tampak bagian lutut bule ini berdarah, sepertinya terjatuh dari motor. Kedua pemandu lokal ini membantu saat berjalan.

Benar saja, bule ini jatuh ketika naik sepeda motor matik di jalan yang tak jauh dari parkiran. Kontur jalan yang rusak ditambah biasanya bule seperti ini belum lihai mengendarai sepeda motor. Kedua kawan bule yang berjemur memberi penanganan secepatnya.

Sayangnya mereka tidak membawa barang-barang P3K. Padahal, seharusnya bule ataupun pemandu harus menyiapkan berbagai barang P3K sederhana seperti obat merah, pembersih luka, plester, ataupun sejenisnya jika melakukan perjalanan jauh.

Mereka hanya membersihkan luka dengan air bersih, lantas diminta untuk istirahat sembari menikmati suguhan kelapa muda. Tampaknya sudah terkondisikan meski tidak dengan perlengkapan yang memadai. Aku kembali duduk santai mengambil foto.
Suasana di Pantai Alano Karimunjawa
Suasana di Pantai Alano Karimunjawa
Satu-satunya warung yang ada di sini sebenarnya tidak buka, hanya saja melayani bule yang hendak minum kelapa muda. Sewaktu kami datang memang pada saat bulan Ramadan, sehingga warung hanya buka melayani wisatawan bule ataupu mereka yang tidak berpuasa.

Sepintas aku tidak asing dengan penjaga warung. Perempuan yang jaga ini ternyata kawan sepupu yang merekomendasikanku untuk mengunjungi pantai Alano. Pantai-pantai di Karimunjawa, seluruh penjual warung kecil seperti ini adalah warga lokal.

Warung-warung di pantai menjadi tempat mendulang rezeki warga lokal. Setidaknya, mereka bisa menjual berbagai minuman dan menyajikan makanan untuk para pengunjung. Menarik jika berkunjung saat tidak bulan Ramadan. Bisa memesan minuman dan camilan gorengan.

Berbagai fasilitas berusaha dilengkapi pemilik pantai. Sudah ada toilet meski belum sepenuhnya bangunan yang bagus. Tapi cukup layak untuk pengunjung. Tumpukan sampah berbagai kemasan minuman ataupun makanan cepat saji pun dijadikan satu, sehingga tidak tercecar.
Satu-satunya warung di pantai Alano
Satu-satunya warung di pantai Alano
Kulihat jauh di ujung timur, kapal-kapal nelayan bertambat saling berdekatan. Pantai ini menjadi salah satu akses untuk para nelayan ketika hendak melaut. Perairan ini juga dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut. Terlihat pelampung-pelampung mengkilat terkena sinar matahari.

Pantai, rumput laut, dan keindahannya memang harus dijaga. Sepelemparan batu dari pantai Alano juga ada tambak udang. Sementara kita tahu di Karimunjawa, sebagian penguasa tambak belum sepenuhnya peka dengan limbah.

Harapannya, pantai ini tetap terjaga dari limbah tambak yang membuat air menjadi keruh dan gatal. Pihak-pihak yang terkait saling berkolaborasi agar semuanya terkendali dengan baik. Sehingga destinasi wisata pantai di Karimunjawa tetap terjaga kebersihannya.

Satu jam lebih kami berdua sengaja menepi. Mengambil banyak klip untuk keperluan media sosial, sembari mengajak istri menghilangkan rasa penat dengan rutinitasnya. Pantai Alano memang kurekomendasikan bagi kalian yang ingin menikmati kesunyian di Karimunjawa. *Pantai Alano, 20 April 2023.

8 komentar:

  1. syahdu sekali suasana pantainya,
    sepi, pasir putih, pohon kelapa, dan warung

    BalasHapus
  2. Aku pun juga lebih menyukai pantai yang sepi. Tinggal bersantai menikmati suara ombak, pasir pantai, pohon kelapa, dan segelintir orang. Semoga pantai alano kebersihannya selalu terjaga.
    Warungnya pakai kayu dan ijuk sebagai atapnya tampak sangat original. Khas bangunan yang berada di tepi pantai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di Karimunjawa, datang siang hari bakal sepi pantainya, mas. Jadi aman buat bersantai

      Hapus
  3. Kayaknya seru lihat matahari terbit dari pantai ini. Baca postingan ini saya jadi membayangkan perubahan-perubahan di Karimunjawa. Terakhir kali ke sana kalau tidak salah tahun 2012. Satu dasawarsa lebih berlalu mesti banyak sekali yang berubah. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tahun 2012 itu masih asri-asrinya dan belum masif pembangunan, mas. Sekarang sudah banyak banget yang berubah

      Hapus
  4. Pantai yg seperti ini, yg aku suka mas. Sepi, ga banyak orang bergerombol. Tempat duduknya juga kayu biasa, bukan set property foto yg dicat warna warni. 😁.

    Makanya kalo udh ke daerah pantai, dan aku tau rameee, duuuh udah males datanginnya. Tapi biasanya suamiku yg malah suka tempat begitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku di pantai mau ramai atau sepi tetap suka, tapi seringnya suka menepi pas ramai. Lihat orang-orang dari kejauhan

      Hapus

Pages