Sarapan Lontong Pecel di Tepian Pantai Nyamplung Rembang - Nasirullah Sitam

Sarapan Lontong Pecel di Tepian Pantai Nyamplung Rembang

Share This
Pantai Nyamplung Rembang
Pantai Nyamplung Rembang
Air laut cukup tenang, hanya riak di tepian pantai. Pasirnya tak putih, sedikit agak coklat. Bisa jadi memang jenis pasirnya yang seperti ini. Pantai Nyamplung di Rembang tak banyak pengunjung kala pagi hari. Lebih seringnya yang datang malah warga sekitar.

Aku duduk santai di salah satu kursi yang sudah tersedia. Rerimbunan pohon cemara membuat pantai Nyamplung tetap teduh kala siang. Sesekali terdengar suara kicauan burung liar. Tampak seekor burung kutilang asyik berkicau di ranting pohon cemara.

Dua hari yang lalu, ketika kami kopdar di Ranu Coffee Rembang, disepakati akhir pekan main ke pantai. Pantai yang dituju bernama Pantai Nyamplung, salah satu dari deretan pantai yang ada di Rembang. Lokasinya di desa Tritunggal.

Tak ada plang petunjuk arah yang besar, hanya papan bertuliskan pantai di pertigaan kecil rumah warga. Kami melintasi jalan kampong, berlanjut jalan kecil di dekat tambak garam. Kami turut jalannya hingga sampai bibir pantai. Di sini, sebuah anak panah mengarahkan belok kanan untuk menuju pantai Nyamplung.

Kami tertegun sesaat, apakah jalan yang dimaksud adalah pesisir pantai? Memang terlihat ada banyak bekas ban kendaraan roda dua yang tak tersapu air laut. Masih bimbang, tiba-tiba dua kendaraan motor warga setempat melintas, menuju arah yang sama dengan tapak ban di pasir.
Suasana pagi di Pantai Nyamplung Rembang
Suasana pagi di Pantai Nyamplung Rembang
Benar saja, akses menuju pantai Nyampung melewati pesisir pantai. Tentu pada bulan-bulan tertentu, pantai ini bakal susah diakses. Atapun saat musim air pasang, bisa jadi tak bisa dilintasi jika belum ada jalan alternatif yang dibuat.

Kami menaiki sepeda motor melintasi bibir pantai. Beruntung, pasir pantai cukup padat, sehingga tidak membuat ban sepeda motor terselip. Sepanjang pantai, rerimbunan pohon cemara membuat suasana makin teduh. Sekilas, pantai ini mirip dengan pantai Pasir Putih Wates.

Deretan gubuk dan tempat duduk terlihat cukup banyak. Bahkan beberapa kursi kayu sudah ada pengunjung yang bersantai. Sepagi ini, sudah ada pengunjung yang bermain di pantai Nyamplung. Sepeda motor kami hentikan di depan spot ala pintu gerbang bilah bambu bertuliskan “Welcome Nyamplung Beach”.
Deretan tempat duduk dan warung
Deretan tempat duduk dan warung
Anak-anak kecil bebas bermain tanpa takut ombak. Pun tak ada lalu-lalang kendaraan ATV layaknya di pantai yang sudah ramai. Di sini, mereka bebas berlarian tanpa takut dengan apapun. Sebagian anak kecil menyibukkan diri dengan bermain pasir.

Kulihat saksama, pantai Nyamplung cukup bagus untuk bermain air kala pagi dan saat air tidak pasang. Sepeda motor terparkir di pasir, tak bisa didekatkan ke arah pepohonan karena ban pasti terselip. Sebuah plang kayu yang sudah kusam bertulikan mobil parkir di bibir pantai.

Menarik keberadaan pantai Nyamplung ini, meski belum ada jalan utama yang bisa diakses, tempat parkir yang mumpuni, tapi menjadi salah satu tujuan wisatawan untuk bermain air. Rata-rata, pengunjung di pantai ini adalah warga setempat yang ingin momong anaknya.

Aku duduk santai di salah satu kursi, teman yang lainnya sudah sibuk berenang. Berhubung aku harus pulang ke Jogja, jadi hanya melihat mereka berenang. Untungnya, salah satu warung sudah buka. Aku langsung memesan minuman dan gorengan.
Anak-anak bermain di pantai Nyampung
Anak-anak bermain di pantai Nyampung
“Tambah lontong satu, bu,” Ujarku sembari mendekati tempat beliau menggoreng tempe.

Kelapa muda, es teh, teh panas, kopi panas, gorengan satu porsi, ditambah lontong pecel. Sepertinya pagi ini ibu yang mempunyai warung lumayan sibuk melayani pengunjung. Menurut kawan, warung langganannya belum buka, lokasinya pun hanya berdampingan dengan tempat sekarang.

Sembari menunggu kawan yang sedang asyik berenang, aku berbincang dengan ibu pemilik warung. Konon, pantai Nyamplung ini sempat ramai ketika pandemi. Pengunjung cukup ramai karena pantai-pantai yang lainnya ditutup ataupun dibatasi waktu kunjungnya.

Warung-warung sudah ada meski bangunan seadanya. Bahkan sudah dilengkapi dengan deretan toilet walau harus diperbaiki lagi bangunannya. Pantai ini sebenarnya mempunyai potensi yang cukup bagus. Bisa menjadi opsi bagi wisatawan yang berlibur ke Rembang.
Salah satu warung yang sudah buka pagi hari
Salah satu warung yang sudah buka pagi hari
Masalah yang paling mendasar di sini adalah akses jalan belum ada. Jika hanya mengandalkan bibir pantai sebagai satu-satunya akses jalan, tentu pantai Nyamplung tak bisa berkembang lebih bagus. Terlebih jika musim gelombang, akses jalan tersebut tak bisa dilintasi.

Tentu warga setempat harus bisa merealisasikan jalan di antara tambak-tambak garam. Peran desa dan dinas terkait sangat dibutuhkan. Aku yakin, jika akses jalan sudah bagus, tidak melintasi bibir pantai, kunjungan wisatawan bisa lebih banyak. Warung-warung warga pun dapat hidup.

Pun dengan pengelolaan parkir. Selain kedua itu, yang perlu diperhatikan adalah penataan warung. Bisa saja nantinya warung dibuat seragam dengan jarak agak lebih mundur, sehingga rerimbunan cemara bisa dimanfaatkan para pengunjung untuk berteduh.
Menikmati sarapan lontong pecel di tepian pantai
Menikmati sarapan lontong pecel di tepian pantai
Seporsi lontong pecel sudah disajikan. Menu sarapan yang cukup membuatku lahap menikmatinya. Pengunjung makin banyak yang berdatangan, warung-warung yang lainnya pun mulai buka. Rata-rata, warung yang buka langsung didatangi pengunjung.

Pantai Nyamplung memang bukan salah satu pantai yang terkenal di Rembang. Tetapi, pantai ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung setempat yang suka dengan suasana sepi dan syahdu. Semoga, di masa mendatang sudah ada fasilitas jalan masuk, area parkir, serta perbaikan di fasilitas lainnya. *Pantai Nyamplung; 04 Juni 2023.

10 komentar:

  1. jadi inget dlu pas jaman pandemi, pengen ke pantai tapi pada ditutup semua
    akhirnya nyari pantai yang tersembunyi, ternyata rame. heuheuheu
    kisahnya sama dengan pantai nyamplung ini, rame pas pandemi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pantai-pantai yang tidak ada penjaganya malah lebih ramai dan seru buat disambangi

      Hapus
  2. sangat disayangkan kalau belum punya jalan utama untuk masuk ke pantai ini. Pantainya bisa jadi alternatif wisata bagi warga lokal dan luar kota. Apalagi fasilitas pendukung sudah ada dan siap.

    Gorengan pagi hari yang hangat emang ga pernah salah. Salahnya kalau makannya kebanyakan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Obrolan warga kemarin rencananya bakal ada jalan, semoga terealisasikan dengan baik

      Hapus
  3. Keren tenan...Terlepas apa pun kondisinya..suasana alam ditambah secangkir kopi membuat hidup jadi lebih nikmat..

    BalasHapus
  4. Airnya tenang ya Om, lumayan aman untuk main bersama anak. Abis baca postingannya, langsung pengen pesan lontong pecel, kayaknya enak. Apalagi ditemani pemandangan pantai dan semilir angin pesisir. Nikmat pantai mana lagi yang kamu dustakan Om hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang menyenangkan dan seru bisa seperti ini. Cukup santai di tengah kesunyian

      Hapus
  5. Masalah tempat wisata di Indonesia itu kebanyakan akses 😔. Padahal potensinya memang besar banget untuk menarik wisatawan. Tapi nantinya begitu akses diperbaikin, jadi rame, tapi juga jadi banyak sampah 🤣🤣. Masalah kita juga nih, yg mana banyak yg belum sadar kebersihan.

    Btw, lontong pecelnya pengeeeeen 🤤😄. Jadi inget lontong pecel di Medan, suka bangettt ih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau jalannya sudah ada dan bagus, pasti lebih ramai. Lontong pecelnya enak dan murah banget, mbak

      Hapus

Pages