Sate Kere Mbah Suwarni, Kuliner Legendaris di Pasar Beringharjo - Nasirullah Sitam

Sate Kere Mbah Suwarni, Kuliner Legendaris di Pasar Beringharjo

Share This
Sate kere Mbah Suwarni Pasar Beringharjo
Sate kere Mbah Suwarni Pasar Beringharjo
Asap mengepul di pintu B4 pasar Beringharjo, seorang simbah sedang duduk santai menunggu arang yang dibakar menjadi bara api. Sedari pukul 09.40 WIB, kami sudah setia menunggu beliau. Akhir pekan ini, aku mengajak istri untuk kuliner sate kere di pasar Beringharjo.

Sepanjang jalan Malioboro ramai penjual kuliner yang memanfaatkan jalur pedestrian. Kami terus berjalan kaki menuju jalan Pabringan. Berbelok kiri, menghirup aroma berbagai kuliner yang dijual kala pagi. Salah satu aroma semerbak adalah deretan sate kere.

Sesuai dengan keinginaku, kuajak istri untuk menjajal sate kere Mbah Suwarni. Beliau merupakan salah satu penjual sate kere di pasar Beringharjo yang populer. Bahkan, beberapa waktu yang lalu sempat salah satu menteri menikmati sate beliau dengan duduk di kursi kecil di trotoar.

“Kalau pelanggan saya, mereka pasti tahu bukanya pukul 10.00 WIB, mas,” Tutur beliau saat kusapa.

Beliau menuturkan ikut membantu orang tuanya berjualan sejak berumur 15 tahun. Beliau berjualan sate kere di pasar tradisional tanpa menggunakan tempat permanen. Di tahun 1980-an, beliau memutuskan berjualan di Pasar Beringharjo.
Mbah Suwarni mempersiapkan lapak untuk buka pagi
Mbah Suwarni mempersiapkan lapak untuk buka pagi
“Dulu, simbah itu ikut bantu orangtua,” Tambahnya sembari menyiapkan daun pisang yang sudah tergulung.

Lapak sate kere Mbah Suwarni cukup mencolok dengan lokasi yang strategis. Lokasinya di emperan dekat pintu B4 selatan Pasar Beringharjo. Jika diruntut, lokasinya tepat di bawah jembatan. Setiap pukul 10.00 WIB, kepulan asap menjadi penanda beliau siap buka.

Selain itu, tak ketinggalan penanda semacam banner kecil bertuliskan “Sate Kere Bu Suwarni” dengan warna kuning sebagai latar belakangnya. Warna yang mencolok dilihat tiap kita melintas di keramaian Pasar Beringharjo.

Sate kere Mbah Suwarni terbuat dari jeroan sapi, seperti koyor, ginjal, dan daging. Jeroan sapi ini dibumbui dengan berbagai macam rempah-rempah, beliau sudah merendam seluruh jeroan dari rumah. Selama di lokasi, beliau dibantu seorang kakek tinggal membakar satenya.

Istri yang melihat berbagai sate ini sangat antusias. Dia memesan sate kere lima tusuk. Kami ingin menikmati sate kere ini sembari duduk santai di trotoar. Asap mengepul menjadi pemandangan sehari-hari. Tak berapa lama, wisatawan yang lainnya turut mendekat untuk membeli.
Stok Sate Mbah Suwarni setiap hari
Stok Sate Mbah Suwarni setiap hari
“Satu tusuknya 4.000 rupiah,” Terang Mbak Suwarni dengan sabar melayani pembeli.

Beliau terus bercerita tentang kisahnya sewaktu jualan. Tetap beliau tidak menceritakan resep yang membuat sate kere beliau begitu lezat. Beliau hanya bilang menggunakan bumbu racikan secara temurun. Terlihat beliau tersenyum, sumringah setiap saat.

Jejeran tusuk sate sudah dibakar, aroma sate menyebar. Kami setia menunggu sembari sesekali memotret. Tumpukan jeroan sudah tertata rapi di wadah, pun sudah ditusuk. Kakek yang membantu sangat cekatan mengipasi sate agar matangnya merata.

Tak butuh waktu lama, sate kere yang kami pesan sudah siap santap. Kami memang hanya ingin makan sate kere tanpa tambahan apapun. Mbah Suwarni menyodorkan piring plastik yang sudah dialasi daun pisang. Lima tusuk sate kere kami santap kala pagi.

Kuliner-kuliner di Pasar Beringharjo bukanya mengikuti waktu pasar buka. Meski banyak kuliner yang di emperan jalan buka lebih pagi. Sate kere Mbah Suwarni sendiri tutupnya sore hari pukul 16.00 WIB. Beliau menyesuaikan dengan waktu tutup pasar.
Proses bakar sate di Pasar Beringharjo
Proses bakar sate di Pasar Beringharjo
Kami dikasih satu bangku plastik, lantas duduk di trotoar. Aku dan istri menikmati sate kere Mbah Suwarni. Rasanya memang lezat, mulai dari gurih dan manisnya seimbang. Sate kere ini kenyal, tapi membuat kita kalap untuk menghabiskannya.

Wisatawan yang lain pun mulai menikmati sate kere. Para pembeli rata-rata wisatawan lokal yang memang sudah tahu keberadaan sate kere ataupun karena mereka penasaran untuk menjajal kuliner legendarisnya. Pun dengan warga setempat, mereka juga menjadi pelanggan setia Mbah Suwarni.

Limat tusuk sate kere sudah habis, aku membayar 20.000 rupiah. Setelah itu, kami melanjutkan kulineran di Pasar Beringharjo. Hari ini memang ada dua tempat kuliner yang hendak kami nikmati sebelum siang. Salah satunya adalah sate kere Mbah Suwarni.
Waktunya menikmati Sate Kere Mbah Suwarni
Waktunya menikmati Sate Kere Mbah Suwarni
Pasar Beringharjo sedari tadi pagi ramai pengunjung. Pukul 09.00 WIB, tadi sempat terdengar suara lagu Indonesia Raya berkumandang. Bagi wisatawan, Pasar Beringharjo ini bukan hanya terkenal dengan berbagai macam barang yang dijual. Kalian pun bisa berburu kuliner di dalam pasarnya.

Beragamnya kuliner yang ada di Pasar Beringharjo diharapkan menjadi magnet bagi wisatawan yang berkunjung ke Jogja, khususnya di Malioboro. Seperti sate kere Mbah Suwarni yang menjadi salah satu kuliner legendaris di Jogja.

Aku sendiri berharap sate kere Mbah Suwarni terus dikenal. Serta banyak kuliner tradisional yang lainnya ikut melejit di era sekarang. Sehingga, ketika ada wisatawan yang memang berlibur di kawasan Malioboro, mereka langsung menuju Pasar Beringharjo untuk kulineran. *Pasar Beringharjo; Minggu, 23 Juli 2023.

6 komentar:

  1. Woooow, aroma sate kere di sekitar Pasar Beringharjo memang selaluuu menggugah selera. Duluuuuu suami dan anakku pernah menikmatinya nih, tapi lupa mbak Suwarni atau bukan ya hihihi. DUlu 15K, 20K kalau ga salah, murah banget. Sekarang pun kalau harganya naik, pelanggannya pasti mau beli lagi dan nambah hehehe enak banget sih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiap jalan kaki di sekitaran malioboro pasti seperti itu mbak

      Hapus
  2. wah sate legend ini
    kalau dilihat dari harganya, agak mahal juga, setusuk 4 ribu

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang legend, mas.
      Untuk harga mungkin segituan semua :-D

      Hapus
  3. Jalan kaki di trotoar malioboro dan pasar beringharjo itu menyenangkan. Sering melakukan hal tersebut, tapi aku malah belum pernah makan sate kere khas jogja. Kalau cuma sate jeroan sudah sering makan di semarang. Tetap saja penasaran dengan sate kere ini. Harga per tusuknya malah lebih mahal dibandingkan sate ayam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru mas kalau jalan kaki, pokoknya pas pagi malah ramai kulinernya

      Hapus

Pages