Memotret Keindahan Pura di Tanah Lot Bali - Nasirullah Sitam

Memotret Keindahan Pura di Tanah Lot Bali

Share This
Pura di tengah laut Tanah Lot
Pura di tengah laut Tanah Lot
Deburan ombak terdengar kencang, embusan angin laut pun lumayan kencang. Kami sengaja meneduh di bawah pohon area taman. Siang ini, kawasan Tanah Lot ramai pengunjung. Geliat pariwisata yang sempat terhenti karena pandemi berangsur-angsur pulih.

Dinihari sebelumnya, rombongan bus yang membawa rombongan instansi kami untuk bervakasin ke Bali beriringan. Beruntungnya, bus yang kami naiki lebih dulu dapat menyibak kepadatan kendaraan di Ketapang. Sebelum azan subuh berkumandang, bus yang kami naiki sudah menyeberang ke Gilimanuk.

Liburan kali ini bersama keluarga, aku sendiri mengajak istri untuk menikmati perjalanan lumayan panjang naik bus dari Jogja ke Bali. Ini menjadi pengalaman pertamaku naik bus ke pulau Dewata. Tak ada tugas memotret, cukup duduk manis mengikuti pemandu.

Daftar kunjungan destinasi cukup padat merayap. Aku tak memusingkan rute yang jaraknya cukup berjauhan. Intinya, hanya ingin berlibur. Mumpung ada kesempatan lima hari tanpa harus mengerjakan pekerjaan di tempat kerja yang dalam minggu-minggu terakhir tak kalah padat.

Menjelang siang, kami sampai di Tanah Lot. Seperti biasa, di sini sudah ada pemandu lokal yang menjadi mitra pemandu dari Jogja. Bus-bus sudah terpakir, kami berjalan kaki menuju pintu masuk Tanah Lot. Di gerbang, sudah banyak pengunjung domestik maupun manca yang berbarengan.
Wisatawan manca menikmati pemandangan ombak
Wisatawan manca menikmati pemandangan ombak
Tanah Lot merupakan salah satu destinasi wisata yang populer di Bali. Tempat ini terkenal dengan puranya yang terletak di atas batu karang di tengah laut. Tanah Lot terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali.

Enaknya liburan rombongan, aku tidak perlu mencari tempat tiket masuk. Cukup mengikuti pemandu dan mereka semua yang mengurusi administrasi. Petugas Tanah Lot menggunakan alat hitung pengunjung manual di tangan.

Destinasi wisata seperti ini memang ada perbedaan harga tiket masuk. Kalau tidak salah, untuk wisatawan lokal, harga tiket masuknya 20.000 rupiah. Sementara untuk tiket wisatawan manca terbagi dua, dewasa 60.000 rupiah, serta anak-anak 30.000 rupiah.

Rombongan berbaur menjadi satu dengan pengunjung lainnya. Gapura menjulang tinggi menjadi spot foto para wisatawan. Aku bersama istri melewati saja, kami terus berjalan mendekati sebuah pura. Siang terik ini sangat panas. Pukul 11.30 WITA, kami di pantai Tanah Lot.

Di samping Pura Penataran Luhur, sebuah area terbuka sudah dibatasi pagar bertuliskan larangan bermain air karena ombak besar dan air laut pasang. Sedari awal, rombongan memang sudah diwanti-wanti untuk tidak mendekat ke bibir pantai karena cuaca yang kurang bagus.
Memotret Pura di Tengah Laut Tanah Lot
Memotret Pura di Tengah Laut Tanah Lot
Rombongan menyebar, sebagian besar mengikuti alur menuju area lapang yang berdekatan dengan sebuah pura terpisah di tebing. Pura tersebut menjadi spot foto ikonik yang selalu muncul ketika para wisatawan mengunggah foto di media sosial dengan tagar Tanah Lot.

Jika air laut surut dan cuaca bagus, wisatawan yang mengunjungi Tanah Lot bisa turun ke pantai. Bahkan menuju pura yang di tebing seberang. Hanya saja semuanya harus mengikuti peraturan, terlebih di bulan-bulan seperti ini gelombang tidak mendukung.

Aku bersama istri sengaja menepi, kami hanya ingin bersantai sembari memotret di spot-spot yang menarik. Tujuanku berkeliling di sepanjang jalanan yang biasa digunakan wisatawan berfoto. Selama di sini, lebih banyak kami berpapasan dengan turis manca, khususnya dari China, Thailand, dan lainnya.

Keberadaan pura yang berada di tengah laut ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Para pengunjung berlomba-lomba untuk mengabadikan ataupun swafoto dengan latar belakang pura di tengah laut. Aku pun tak ketinggalan, sesekali mengabadikan sembari menunggu ombak besar menerjang.

Waktu kunjung yang tepat ke Tanah Lot sebenarnya menjelang sore hari. Di sini kita bisa melihat pemandangan indah, terlebih pada saat matahari terbenam. Pada momen tersebut, pura yang berada di tengah laut terlihat jauh lebih indah dengan latar belakang langit jingga.
Menuju Spot foto Sunset View Tanah Lot
Menuju Spot foto Sunset View Tanah Lot
Kami terus mengitari area Tanah Lot. Sesekali membantu kawan untuk diabadikan dengan kameranya masing-masing. Meski siang terik, sepertinya pengunjung tak patah semangat. Mereka antusias menikmati waktu dengan melihat lansekap yang ada.

Tak jauh dari tempatku duduk, terlihat bangunan lain di tebing yang menjorok. Bagian bawah terlihat seperti lubang menganga. Ternyata bangunan tersebut adalah Pura Batu Bolong. Jika diruntut, kedua pura ini dihubungkan jalan setapak yang dibangun di atas batu karang.

Sayangnya aku hanya membawa lensa bawaan, sehingga tidak bisa memotret Pura Watu Bolong lebih detil. Kami melepas lelah sembari melihat orang berlalu-lalang, tak ketinggalan para jurufoto lokal yang menawarkan foto langsung cetak sebagai cinderamata dari Tanah Lot.

Pura Tanah Lot ini merupakan salah satu pura yang penting di Bali. Berbagai upacara keagamaan Hindu sering dilakukan di pura tersebut. Biasanya ritual yang dilakukan umat Hindu permohonan untuk keselamatan, kemakmuran, maupun kesejahteraan.

Tak hanya untuk upacara keagamaan, Pura Tanah Lot juga sering digunakan sebagai tempat untuk menggelar berbagai acara budaya, seperti pertunjukan tari kecak dan pertunjukan musik tradisional Bali. Hal ini yang menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan.
Mengabadikan Pura Batu Bolong
Mengabadikan Pura Batu Bolong
Hal yang penting untuk kita pahami ketika berkunjung ke destinasi seperti di Tanah Lot adalah mengetahui aturan-aturan yang berlaku. Karena Pura merupakan tempat peribadatan yang lokasinya menjadi destinasi wisata, sudah seharusnya kita mengenakan pakaian yang sopan serta tetap berperilaku baik.

Waktu kurasa sudah cukup, kami mendahului rombongan untuk balik ke tempat parkir bus. Jarak antara pantai ke tempat parkir bus untuk sebagian orang dirasa jauh. Sepanjang jalan, kita bisa melihat berbagai souvenir yang ditawarkan masyarakat sekitar. Jika tertarik, kita bisa membelinya.

Tanah Lot menjadi destinasi pertama yang kami sambangi hari ini. Waktu tampaknya sudah cukup sore, sehingga kami harus menuju hotel sebelum acara gathering dimulai. Sepertinya satu destinasi yang seharusnya disambangi harus dicoret dengan pertimbangan waktu.

Lagi-lagi, aku dan istri cukup bersantai. Kami berdua merasa seperti pasangan muda yang dijaga oleh orang-orang tua. Sepanjang perjalanan, kami sering berbincang dengan sejawat yang lain, sesuatu yang jarang kita lakukan selama di tempat kerja karena kesibukan masing-masing. *Tanah Lot; Jumat, 01 September 2023.

6 komentar:

  1. wah Tanah Lot, ini salah satu tujuan study tour dulu pas jaman SMA
    heuheuheu.

    BalasHapus
  2. Asyik nih wisata Tanah Lot. April lalu aku road trip Jakarta Bali dan sempat mampir di sini juga untuk foto2 dan menikmati kerumunan wisatawan hahaha karena liburan lebaran sih jadi super wow pengunjungnya. Semoga lain waktu bisa lebih lengang deh aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang mbak, jadi kudu dinikmati ya. Karena gak mungkin sepi

      Hapus
  3. Dulu ke tanah lot ketika pagi. Jadi tidak terasa terik matahari. Apalagi cuacanya mendung. Jadi lebih syahdu demgan deburan ombak yang ga tinggi. Kami masih bisa nyeberang ke arah pura.

    Liburan tanpa ada tugas untuk dokumentasi itu menyenangkan. Jadi lebih santai dan bisa menikmati liburan..wkwkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru kalau pagi, karena pemandangan tak kalah indah serta cahaya lebih bagus

      Hapus

Pages