Menikmati Karya Seni Kontemporer di Museum Tumurun - Nasirullah Sitam

Menikmati Karya Seni Kontemporer di Museum Tumurun

Share This
Koleksi di Museum Tumurum Solo
Koleksi di Museum Tumurum Solo
Perjalanan masih berlanjut, masih ada dua destinasi tujuan yang belum kami sambangi. Museum Tumurun dan Es Krim New Tentrem. Keduanya tak berjauhan. Dari Selat Tenda Biru, kami mengikuti arahan peta di ponsel menuju museum Tumurun.

Museum Tumurun sendiri merupakan museum pribadi yang menyimpan berbagai koleksi karya seni kontemporer. Museum ini menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang populer di Surakarta. Menariknya, waktu kunjung di museum ini cukup terbatas, sehingga kita harus menyesuaikan waktu kedatangan.

Tiap akhir pekan, waktu kunjung lumayan panjang. Berbeda halnya dengan hari kerja yang bukanya lebih pendek. Bahkan, museum Tumurun ini membuat inovasi dengan memberikan pengunjung masuk gratis setiap hari senin bagi yang mendaftar secara daring melalui website www.tumurunmuseum.org.

Pukul 11.20 WIB, kami baru sampai di museum. Bergegas kutuju satpam untuk bertanya tiket masuk on the spot. Kami diarahkan pada petugas yang berada di belakang bangunan satpam. Di sana sudah ada petugas yang melayani calon pengunjung.
Berbagai lukisan di museum tumurum
Berbagai lukisan di museum tumurum
“Bukanya masih pukul 13.00 WIB, tapi kalau mau masuk sekarang bisa. Hanya saja nanti pukul 12.00 WIB, sudah keluar. Karena diikutkan rombongan yang pukul 11.00 WIB. Bagaimana?” Terang petugas.

Masih ada waktu 40 menit, menurut kami wkatu itu cukup untuk mengelilingi museum yang tidak luas ini. Kami memutuskan ikut rombongan yang sudah masuk. Untuk tiket langsung di lokasi, harganya 25.000 rupiah. Jika kita membeli tiket secara daring, harganya 20.000 rupiah.

Kami diarahkan petugas untuk masuk. Selama di dalam museum, kami diperbolehkan mengambil foto ataupun video dengan berbagai ketentuan. Kita hanya boleh berjarak minimal 1 meter dengan koleksi, serta tidak boleh menggunakan flash saat memotret.

Pemilik museum Tumurun adalah Lukminto. Beliau merupakan seorang pengusaha tekstil dan pendiri PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Lukminto mempunyai ketertarikan dengan seni kontemporer. Konon, beliau mulai mengoleksi berbagai karya seni kontemporer sejak tahun 1970-an.
Pengunjung berfoto di salah satu karya
Pengunjung berfoto di salah satu karya
Museum Tumurun terletak di Jalan Kebangkitan Nasional 2/4, Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Museum ini dikenal dengan sebutan Turumun Private Museum, karena sebelumnya memang museum ini tidak terbuka untuk umum. Hanya orang-orang tertentu yang dapat menikmati berbagai koleksinya.

Sejak tahun 2019, museum Tumurun dibuka untuk umum. Tanpa menunggu waktu lama, museum ini menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang populer di Surakarta. Pengunjung tak hanya disuguhi karya seni yang terpajang. Mereka juga bisa belajar tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pemilik museum.

Banyak pengunjung yang didominasi muda-mudi berkunjung siang ini. Mereka mengabadikan sudut-sudutnya dengan ponsel. Pemandangan ini mengingatkanku pada ArtJog. Sekilas, koleksinya yang dipajang serupa, sama-sama karya seni kontemporer yang penuh makna dari tiap guratan serta coraknya.

Selama di dalam museum, petugas yang berjaga hanya menunggu di lantai satu. Kami dibebaskan menjelajah tiap sudut ruangan dua lantai ini. Berbagai koleksi lukisan tertata rapi di tiap sudut, pun koleksi yang lainnya.
Mengelilingi museum tumurum Solo
Mengelilingi museum tumurum Solo
Di museum Tumurun, ada banyak koleksi yang dipajang. Mulai dari lukisan, instalasi seni, patung, hingga mobil antik. Koleksi seni kontemporer di museum ini merupakan hasil karya seniman-seniman Indonesia dan internasional, seperti Tisna Sanjaya, Eddy Susanto, Hery Dono, dan Rudi Mantofani.

Para pengunjung menikmati setiap karya yang dipajang. Tak sedikit dari mereka berusaha untuk mengabadikan. Tetap saja harus mematuhi aturan agar menjaga jarak dengan lukisan, hingga memotret tanpa menggunakan cahaya. Aku sendiri menyibukkan diri menjelajah, terkadang sampai terpisah dengan istri di sudut-sudut tertentu.

Sesekali, aku bertugas mengabadikan istri yang ingin berfoto di sudut tertentu. Kami sama-sama suka menyambangi museum, ini menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Sebelum ke museum Tumurun, kami juga pernah menyambangi Museum Arsip Solo beberapa waktu yang lalu.

Keberadaan museum Tumurun ini secara tidak langsung menjadi sarana bagi masyarakat luas untuk bisa mengenal karya seni kontemporer. Sepertinya, pemilik museum Tumurun mempunyai pemikiran seperti itu. Kita sendiri tahu, semakin berkembangnya zaman, masyarakat makin tertarik dengan berbagai seni kontemporer. Seperti ArtJog yang tak pernah sepi dari peminatnya.
Karya-karya lukisan terpajang
Karya-karya lukisan terpajang
Keuntungan di sisi lain tentunya bagi para seniman yang menggeluti seni kontemporer, dengan adanya museum Tumurun seperti ini, bukan tidak mungkin para seniman dapat menampilkan karya mereka untuk dilihat oleh masyarakat lebih luas. Masyarakat pun bisa menjadikan museum sebagai sarana edukasi.

Dua lantai sudah kami jelajah tiap sudutnya. Tak jarang kami berdecak kagum dengan karya yang terpajang. Selalu ada yang menarik serta menakjubkan setiap berkunjung ke museum. Tak lama kemudian, suara petugas terdengar dari pelantang yang menginformasikan waktu kunjung kita sudah selesai.

Kami berjalan menuju pintu yang sama. Lantas secara bergiliran meninggalkan ruangan. Satu jam ke depan, museum Tumurun tak dimasuki pengunjung karena jam istirahat. Di ujung pintu bagian dalam, terdapat koleksi kaus yang bisa kita beli sebagai oleh-oleh.

Aku menyapa petugas yang mendampingi di museum. Sebelum keluar, kami sempat berbincang santai, dan beliau memberikan informasi jika dulunya museum ini hanya untuk tamu pemiliknya, dan belum dibuka untuk umum.
Memotret karya yang ada di museum Tumurum Solo
Memotret karya yang ada di museum Tumurum Solo
Usai berkunjung, aku kembali menuju petugas. Mengambil tas yang kami titipkan, lantas beristirahat sebentar di teras bangunan. Kami berdiskusi menyambangi destinasi terakhir sebelum pulang, sepertinya kami kembali berjalan kaki menuju destinasi tersebut.

Museum Tumurun menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang populer di Surakarta. Museum ini menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara untuk belajar tentang seni dan budaya Indonesia. Dan tentunya, keberadaannya mendongkrak kunjungan wisatawan di Solo dan sekitarnya.

Kalian yang berlibur ke Solo bisa menjadikan museum Tumurun sebagai salah satu destinasi tujuan. Menurutku, kalian tidak rugi menyambangi museum Tumurun yang mempunyai banyak koleksi lukisan dan yang lainnya. Pun harga tiket masuknya masih terjangkau. *Museum Tumurun; Minggu, 16 Juli 2023.

4 komentar:

  1. wah baru denger tentang museum ini,
    nanti kalau pas ke Solo, wajib mampir kesini nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dicoba mas.
      Menyenangkan loh tempatnya. Bisa baca-baca karya siapa yang ada

      Hapus
  2. Aku baru tahu tentang museum ini. Ternyata milik pribadi yang akhirnya dibuka untuk umum.
    Museum kontemporer yang menarik. Karya yang dipamerkan banyak dan unik. Salah satu yang mesti diperhatikan ketika ke museum adalah pengunjung harus tenang dan dilarang menyentuh karya yang dipamerkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Katanya, mereka pengelolanyaa juga sering datang ke ArtJog.
      Seru mas, tapi dengan ebrbayar seperti ini memang lebih terseleksi pengunjungnya

      Hapus

Pages