Berteman Rinai Hujan di Kedai Tjikini Jakarta - Nasirullah Sitam

Berteman Rinai Hujan di Kedai Tjikini Jakarta

Share This
Kedai Tjikini kala malam hari
Kedai Tjikini kala malam hari
Cahaya sedikit temaram di kedai Tjikini. Suasana malam bertambah syahdu karena Jakarta diguyur hujan. Kami mengunjungi kedai Tjikini atas rekomendasi sejawat sewaktu berdiskusi mencari tempat makan malam di Cikini.

Obrolan di lobi Mercure Hotel Cikini berlanjut sampai di tempat makan. Sewaktu pesawat mendarat, menjelang magrib tadi, Jakarta mulai terselimuti mendung. Benar saja, hujan deras mengguyur sampai waktu makan malam.

Tepat di depan kedai Tjikini, genangan air masih terlihat jelas. Pantulan sinar menyebar. Kami berdiri di depan pintu, sebuah papan bertuliskan kedai Tjikini lengkap dengan waktu buka beradai di sisi pintu. Kami mendorong pintu, salah satu pegawai menyapa dengan sumringah.

Di tengah keramaian Jakarta, kedai Tjikini seperti berbeda. Di dalam kedai suasananya tenang. Bangunan ini sepertinya sudah lama, namun terjaga dengan baik. Pemilihan warna cat tampak selaras dengan konsep kedainya. Kaca-kaca penyekat memperlihatkan sebagian pengunjung yang berkumpul di sudut-sudut meja.
Mengunjungi Kedai Tjikini
Mengunjungi Kedai Tjikini
Sebelum memesan makanan, aku menghampiri salah satu pegawai kedai. Aku meminta izin apakah diperbolehkan untuk memotret sudut kedai. Biasanya, aku memang meminta izin terlebih dahulu sebelum memotret di kedai kopi.

Pegawai memperbolehkanku memotret. Tak lupa aku sampaikan biasanya memang suka memotret kedai kopi untuk keperluan media sosial ataupun sebagai foto pendukung ketika mengulas kunjungan ke kedai kopi di blog.

Kedai Tjikini mempunyai nuansa klasik. Menu yang disajikan beragam. Mereka menjadikan menu nusantara sebagai menu andalan. Pun dengan berbagai minuman. Aku melihat di dalam salah satu kulkas, terdapat berbagai minuman tradisional yang sudah dikemas dengan botol kecil.

Berhubung niat kami ingin makan malam, jadi yang kami pesan adalah makan berat. Kami berenam memesan nasi goreng dan sup iga. Untuk minumannya beragam. Ada yang memesan teh poci, aku sendiri memilih Vietnam Drip.
Daftar minuman kopi di Kedai Tjikini
Daftar minuman kopi di Kedai Tjikini
Sembari menunggu pesanan datang, aku sedikit menjelajah sudut di kedai Tjikini. Sepertinya bangunan ini cukup luas. Bagian depan dilengkapi dengan meja kayu berbentuk bulat. Kemudian, terdapat pintu menuju ruangan di tengah.

Di ruangan tengah itu tampaknya asyik untuk bekerja. Terlihat salah satu pengunjung yang sibuk dengan laptopnya. Jika dari desainnya, bagian belakang sepertinya dapur untuk memasak. Menu makanan yang kita pesan diantar dari bangunan di belakang.

Aku tak berani memotret sembarangan, takutnya malah pengunjung yang lainnya merasa kurang nyaman dengan kehadiranku. Sengaja aku mengabadikan sedikit dari kejauhan, paa pengunjung silih berganti berdatangan. Tengah pekan, kedai Tjikini tetap ramai.

Berbagai barang seperti ketel klasik tertata rapi di tiap sudut kedai Tjikini. Bahkan, rak di belakang meja bar pun cukup menjulang tinggi aneka gelas ataupun termos. Pemilihan lampu, bentuk jam dinding, kursi, meja, dan lainnya dikonsep ala klasik.
Para pengunjung di Kedai Tjikini
Para pengunjung di Kedai Tjikini
Bisa kubilang, kedai Tjikini ini dikonsep dengan baik. Memadukan interior yang menarik untuk diabadikan dengan suasana serta masakan khas nusantara. Datang saat malam hari, cahaya lebih temaram, tapi tetap bagus untuk diabadikan.

Gerimis sempat berhenti, genangan air terpantul melalui kaca transparan. Lalu-lalang pengguna jalan makin ramai. Kami masih santai menunggu pesanan dengan sabar. Sesekali tampak sekumpulan pengunjung muda-mudi datang, lantas mereka menuju pintu kecil. Seperti ada akses menuju lantai 2 untuk nongkrong.

Sebuah gambar yang dilengkapi dengan figura bertuliskan “Kopi dan Kudapan Bikin Hati Ceria, Mari Naik ke Lantai Dua”, semacam pantun. Padahal kalau dibaca lebih seksama, itu adalah informasi akses menuju lantai dua kedai Tjikini.

Satu persatu pesanan kami datang. Nasi goreng yang kupesan rasanya sesuai dengan lidahku. Percayalah, porsi makanan di sini banyak. Aku rekomendasikan bagi kalian yang ingin mencari makan malam di sekitaran Cikini. Rasanya pun enak.
Waktunya makan malam di Kedai Tjikini
Waktunya makan malam di Kedai Tjikini
Mungkin karena pesanan kami cukup banyak, sehingga waktu menunggu lumayan lama. Tapi kami tak masalah, toh bisa memotret di sudut-sudut kedai untuk stok media sosial. Lengkap sudah pesanan, kami makan malam bersama.

Pukul 20.30 kami selesai makan malam. Pembayaran di kedai Tjikini hanya menerima nontunai. Kita bisa menggunakan QRIS untuk pembayarannya. Jika kalian berminat memesan makanan yang direkomendasikan, bisa melihat di ulasan Google Maps atau langsung bertanya ke pegawainya.

Waktunya pulang, kami ingin menikmati waktu malam di ibukota. Kulihat jarak antara kedai Tjikini ke hotel, sepertinya terjangkau dengan jalan kaki. Kami berenam memutuskan untuk jalan kaki menuju hotel. Lumayan menguras tenaga dan capek.

Kedai Tjikini bisa menjadi opsi kalian yang ingin menikmati waktu makan malam ataupun makan siang. Menurutku, kedai ini mempunyai banyak menu yang beragam. Tentu saja aku rekomendasikan bagi kalian yang menginap di sekitaran Cikini. *Jakarta; 31 Oktober 2023.

4 komentar:

  1. Boleh juga nih Kedai Tjikini kapan2 disambangi pas jalan2 di sekitar Cikini-Gondangdia hehehe. Tampak sederhana ya tempatnya. Meja dan kursinya khas begitu. Jadi ini berlantai dua ya mas? Menu pesanannya enak2 nih pas dinikmati saat hujan turun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, ini tempatnya memang menyenangkan. Bisa loh disambangi :-)

      Hapus
  2. Aku selalu suka jalan kaki di cikini. Trotoarnya luas dan sangat rapi. Banyak coffee shop. Di sekitarnya juga banyak penjual makanan. Tinggal pilih aja pengen makan apa. Suasana kedai tjikini emang menenangkan dan berasa vintage

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nambah menyenangkan karena selepas hujan, jadi suasananya dapat banget

      Hapus

Pages