Menikmati Kuliner Mie Nyemek Bu Iyah di Pasar Beringharjo - Nasirullah Sitam

Menikmati Kuliner Mie Nyemek Bu Iyah di Pasar Beringharjo

Share This
Kuliner mie nyemek bu Iyah
Kuliner mie nyemek bu Iyah
Bagi sebagian orang, kuliner mie nyemek mungkin tak sepopuler sate kere di pasar Beringharjo. Namun kuliner ini nyatanya tetap menjadi salah satu tujuan para wisatawan yang sedang mengunjungi pasar Beringharjo. Lokasi warung mie nyemek ini di belakang pasar Beringharjo.

Aku dan istri berjalan santai menyusuri sekitaran pasar Beringharjo. Kami sudah mengagendakan untuk menikmati sajian mie nyemek. Dibantu oleh peta di ponsel, kuarahkan tujuan ke belakang pasar. Tak jauh dari Ketandan.

Di peta, alamat Mie Nyemek Bu Iyah ini berlokasi di jalan Margo Mulyo. Meski sudah terkenal dan menjadi salah satu tujuan para pecinta kuliner, warung beliau tidak luas. Tempatnya memanfaatkan teras belakang pasar Beringharjo. Bahkan berjejeran dengan warung soto.

Warung mie nyemek Bu Iyah mulai buka pukul 10.30 WIB. Beliau hanya berjualan sendirian tanpa ada yang membantu. Sehingga terkadang kalau ramai harus lebih bersabar. Bu Iyah sudah lama berjualan di sini. Beliau buka sampai pukul 16.00 WIB.

“Tutupnya barengan dengan pasar tutup, mas,” ujar beliau saat kutanya waktu buka hingga tutup.
Berburu kuliner mie nyemek di pasar beringharjo
Berburu kuliner mie nyemek di pasar beringharjo
Ketika kami datang, bu Iyah sedang membuat pesanan mie nyemek. Bungkus indomie sudah dibuka, kemudian beliau mengumpulkan plastiknya menjadi satu. Bu Iyah membuat pesanan sebanyak orang yang memesan dalam satu kali masak.

Tempat masaknya menggunakan tungku, beliau masih menggunakan arang untuk memasak. Aku menjadi pemesan ketiga, sebelumnya sudah ada dua rombongan yang lebih dulu memesan. Rombongan pertama lima orang, dan rombongan kedua sepasang suami-istri.

Lima bungkus indomie sudah dijadikan dalam satu wadah. Beliau cekatan menyiapkan lima piring, lantas berganti mengiris berbagai sayur tambahan untuk dituangkan. Tak ketinggalan dengan telur dan irisan cabai sesuai permintaan.

Mie nyemek adalah indomie yang biasa dijual di berbagai minimarket. Beliau menambahkan potongan sawi, timun, dan seledri. Tidak ketinggalan taburan bawang goreng yang menambah aroma semerbak. Sekali masak, beliau bisa membuat lima porsi.

Tempat makan di warung bu Iyah hanya memanfaatkan dua kursi panjang yang ditata di belakang gerobak. Sehingga hanya sekitar 6-7 orang yang bisa duduk. Jika ada pemesan lainnya, beliau mengarahkan untuk duduk di depan took seberang yang luang dan tidak mengganggu pemilik kios.
Indomie yang digunakan untuk mie nyemek
Indomie yang digunakan untuk mie nyemek
“Pedas nggak mas?” Tanya bu Iyah ketika mempersiapkan pesanan kami.

“Pedas bu,” jawab istri.

Lagi-lagi dengan cekatan beliau mengambil dua mie instan. Membuka dengan cepat, dan memasukkan dalam wajan. Air sudah mendidih, diraciknya bumbu, potongan sawi, dan lainnya. Tak ketinggalan kecap dan saus. Warna kuah menjadi lebih pekat.

Proses pembuatan mie nyemek lumayan cepat. Bu Iyah menyiapkan dua piring untuk mie yang disajikan. Tak menunggu waktu lama, dua porsi mie nyemek diberikan ke kami. Kami berdua menikmati sarapan mie nyemek di dekat gerobak beliau.

Baru berhenti sejenak, beliau kembali mendapatkan pesanan. Sepertinya, pengunjung yang datang pukul 11.00 WIB cukup banyak. Kali ini rombongan empat orang. Mereka berdiri sembari melihat bu Iyah memasak. Sebagian juga menunggu di seberang ruko yang tutup.

Aku memesan dua es teh. Beliau beralih membuatkanku minuman. Sepertinya bakal membutuhkan waktu lebih lama jika bu Iyah tetap sendirian. Beliau harus bergantian memasak mie nyemek, membuat minuman, menyuci piring, hingga menyiapkan sajian. Bisa jadi suatu ketika ada yang terlewat saat memesan kuliner mie nyemek.
Mie Nyemek Bu Iyah di pasar Beringharjo
Mie Nyemek Bu Iyah di pasar Beringharjo
Mie nyemek ini kuahnya cenderung manis. Irisan cabai membuat aroma lebih pedas. Mie cukup pekat karena tercampur dengan kecap, telurnya banyak, dan aroma bawang goreng menambah selera. Sepertinya, menikmati mie nyemek ketika hujan turun atau malam hari bakal jauh lebih nikmat.

Beliau hanya tersenyum ketika ada yang bertanya berapa bungkus mie instan yang dihabiskan dalam satu hari. Meski tak menjawab, senyuman itu menyiratkan cukup banyak dan mungkin melebihi target beliau setiap hari. Aku hanya mencuri dengar pertanyaan dari salah satu pembeli sembari menikmati mie nyemek yang panas.

Di Jogja, konon ada beberapa warung yang menyediakan mie nyemek. Mereka bukanya malam hari. Hanya saja, mie nyemek bu Iyah ini mungkin satu-satunya yang buka dari pagi sampai siang. Satu porsi mie nyemek harganya 10.000 rupiah, dan es teh 3.000 rupiah.

Porsi mie nyemek bu Iyah menurutku banyak, pun rasanya sesuai dengan harapan kami sebagai pembeli. Bu Iyah menyajikan mie yang biasa dikreasikan sehingga menjadi mie nyemek dengan penuh selera untuk menyantapnya.
Menunggu pesanan mie nyemek Bu Iyah
Menunggu pesanan mie nyemek Bu Iyah
Memang ada beberapa catatan terkait kuliner mie nyemek, tetapi memang karena kondisional. Pertama, warung bu Iyah memanfaatkan sisi belakang pasar, sehingga tempat duduk terbatas. Kemudian, beliau bekerja sendirian meladeni pembeli, bisa jadi agak lama atau ada yang terlewatkan.

Terlepas dari itu semua, bu Iyah tetap berusaha meladeni pembeli dengan maksimal. Mie nyemek sendiri sudah mempunyai banyak pelanggan, mungkin kita bisa memilih waktu pada awal buka untuk membeli, sehingga antrean tak terlalu panjang.

Waktu menyantap kuliner di pasar Beringharjo tuntas. Sampai siang ini, kami menikmati dua kuliner yang cukup populer di pasar Beringharjo. Mie nyemek bu Iyah dan sate kere Mbah Suwarni. Semuanya dengan harga yang sesuai dengan kantung anak kos di Jogja. *Pasar Beringharjo; Minggu, 23 Juli 2023.

10 komentar:

  1. Sumpeh aku bacanya sambil nelen ludah hahahaha :D AKu penggemar mie juga dan kakau masak Indomie biasanya ala nyemek gini, mas Sitam :) Enak bangt nih buatan Bu Iyah. Hujan2 dingin cocok donk santap mie nyemek di tempat. Pedes banget mantap!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini kalau pas dimakan musim ujan pas banget, mbak hahahah

      Hapus
  2. Wah, menarik, nih. Kapan-kapan coba, ah. :D Btw, margin profitnya lumayan itu, Mas. Mungkin bisa 40-an persen satu porsi. Hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, dengan racikan berbeda, profitnya pun besar hahahaahha. Pinter beliau

      Hapus
  3. Pada awal judul aku mengiranya mie nyemek menggunakan bakmie kuning kayak bakmi jowo. Ternyata dari indomie yang dimasak dengan cara yang lain. Mas, itu pakai bumbu lain atau tetap bumbu dari indomie...?

    Mie nyemek biasanya emang dijual di sore-malam hari. Jarang ada yang jual di pagi-sore hari. Luar biasa kalau semua oekerjaan dipegang bu iyah sendiri.

    Memang sebaiknya cari asisten yang bantu berjualan agar lebih efisien dalam berjualan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya juga kukira semacam mie godok, mas.
      Pas ke sana ternyata mie instan dengan racikan bumbu yang sudah bawaan mie ditambah sendiri beberapa bumbu agar lebih sedap.

      Hapus
  4. Orang-orang terdekatku biasanya gak suka makan mie yang lembek dan nyemek gitu. Biasanya suka yang teksturnya masih keras. Eh siapa sangka penikmatnya banyak dan jadi ide usaha bagi sebagian orang. Aku pribadi sih sukaaa banget mie yang model begini.

    Sering liat reels penjual di Medan dan pengen coba langsung haha. Eh ini di Beringharjo ternyata juga ada. Apa ini tanda aku harus balik ke Yogya? ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo agendakan ke Jogja, siapa tahu bisa kopdar lagi

      Hapus
  5. mie nyemek, salah satu kuliner favoritku
    beberapa kali pesen mie nyemek di area Jogja, ada yg pake mie instan, mie lethek ataupun mie telor.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah malah sudah sering toh, mas. Aku baru sekali hahahahha

      Hapus

Pages