Bersepeda di Kemujan Karimunjawa |
Kemujan terbagi menjadi beberapa dusun. Selama pulang ke Kemujan, aku lebih sering menjelajah pantai di sekitar Batulawang, Telaga, hingga Mrican. Sementara bagian Kemujan dan Legonipah jarang kusambangi. Sudah ada niat untuk menjelajah sudut-sudut tersebut kala pulang Karimunjawa.
Imbauan dari nahkoda kapal pelni KM Kelimutu bahwa kapal sudah sandar di Legonbajak terdengar kencang, aku turut mengantre di dek 4 untuk turun. Kesibukan ABK memberikan sarapan pagi tampak, antrean mengular hingga dek atas.
Tak kuambil nasi kotak jatah dari pelni, aku sengaja ingin sarapan di rumah. Biasanya, orang rumah sudah menyediakan sarapan dengan berbagai lauk untuk kusantap. Kuucapkan terima kasih ke ABK yang menyodoriku nasi kotak dengan menolak sambil tersenyum.
Sebelum menjauh dari kapal, kumanfaatkan kamera gopro untuk mengabadikan. Setidaknya ada dokumentasi ketika aku turun dari kapal. Jika mengambil kamera mirrolens, sepertinya cukup kerepotan untuk melakukan swafoto.
Sampai di rumah, aku langsung menuju rumah keponakan. Dia sudah menyiapkan sepedanya untuk kupakai selama di Karimunjawa. Seharian ini, aku memang sudah membuat beberapa rencana untuk bersepeda. Menjejalah Kemujan dan sebagian Legonipah.
Turun dari kapal Pelni Kelimutu |
Niat awal aku hanya ingin mengambil sepeda, lantas pulang untuk istirahat. Di perjalanan, aku bertemu dengan sepupu, dia mengajak blusukan ke salah satu penginapan yang dia kelola. Kuturuti jalan setapak dekat SD Kemujan 1, jalan ini sebenarnya akses menuju makam Sayyid Abdullah.
Cor dua tapak kami lintasi. Aku mengingat masa sekolah SD sering melintasi jalur ini ketika bersepeda menghabiskan waktu luang istirahat. Jalan yang sama, hanya pemandangan sedikit berbeda. Satu rumah di belakang masih tetap terjaga. Di dekatnya sebuah penginapan bernama JN Cottage & Camping Ground.
“Ingat mbak-mbak yang viral memprotes tiket kapal yang habis di media sosial, kak? Dia menginapnya di sini,” ujar sepupuku.
Ya, beberapa waktu yang lalu di Jepara sempat dihebohkan terkait calo tiket kapal. Hingga pada akhirnya Pemkab Jepara membuat aturan untuk tiket kapal Siginjai hanya bisa dibeli secara daring. Ada yang luring dengan kuota 25% dengan ketentuan untuk masyarakat Karimunjawa.
Sembari berbincang, aku melihat salah satu warga yang sedang menyiapkan peralatan untuk melanjutkan pembuatan kapal. Jika penginapan ini ada tamunya, mesti mereka tertarik melihat aktivitas penduduk membuat kapal dengan peralatan seadanya.
Blusukan di Kemujan |
Lebih satu jam kami berbincang, aku dan sepupu memutuskan untuk pulang. Dia mengendarai sepeda motor, sementara aku mengikuti di belakangnya dengan mengayuh pedal. Sekilas, malah mirip pemandu wisata dengan wisatawan.
Dia mengajakku untuk mengelilingi Kemujan bagian dalam. Kurun waktu beberapa tahun terakhir, pantai-pantai di sini cukup berkembang. Bahkan salah satu hotel yang terbaik di Karimunjawa tak jauh dari tempat ini. Menarik!
Dulu, sewaktu masih di Karimunjawa, aku sering melewati jalur ini ketika sedang latihan tanding bola voli. Di Kemujan ada beberapa tim yang sering menjadi lawan kami saat bermain voli. Salah satunya Kemujan yang aku lintasi. Jalan masih tanah, belum ada perubahan. Hanya saja, rumah-rumah lebih padat.
Pariwisata memang menjadikan beberapa pantai menjadi destinasi wisata. Bahkan di sini ada tempat untuk mendapatkan sertifikat menyelam. Aku diajak sepupu menuju salah satu dermaga yang ada di Kemujan. Dermaga ini menjadi akses bagi wisatawan di Kemujan ataupun untuk kapal yang melatih sertifikasi menyelam.
Menyambangi salah satu dermaga di Kemujan |
Tak jauh dari dermaga, tampak beberapa petak tambak udang yang beroperasi. Pantai di tempat ini bukan pasir putih, melainkan mangrove. Air laut dangkal didominasi padang lamun. Sesekali tampak kepiting atapun ikan semadar di sela-sela padang lamun.
Kami pulang, melintasi jalan yang berbeda. Jalan di Kemujan ini memutar, sehingga kita bisa melewati jalur yang lainnya untuk menuju jalan utama. Masjid Kemujan pun tak jauh dari tempat yang aku sambangi. Setiap salat jumat, aku biasanya di masjid ini. Kadang juga di masjid Telaga.
Bersepeda mengelilingi salah satu rute di Kemujan sudah tuntas. Aku masih merencanakan untuk bersepeda melintasi jalur yang tadi pagi kulewati hingga tembus ke Legonipah. Legonipah merupakan salah satu dusun yang berbatasan langsung dengan Desa Karimun, tepatnya kampung Legoncikmas.
Sore hari, aku bersepeda menuju rute biasa. Menyempatkan ke arah bandara, lantas menuju lapangan sepak bola. Waktu pagi menyapa, aku sudah menyiapkan jersey kemarin untuk bersepeda. Rute yang kulintasi kembali jalan dua tapak dekat SD.
Kali ini, aku sengaja menyusuri jalan kecil yang bisa tembus ke Legonipah. Di tengah perjalanan, aku berhenti. Petakan kebun milik salah satu masyarakat Kemujan penuh dengan tanaman serai. Serai ditanam berdampingan dengan pohon kelapa.
Menjelajah rute baru di Kemujan |
Aku berhenti dan mengabadikan dengan kamera Gopro, kemudian melanjutkan perjalanan. Sisi kiri ternyata sudah banyak tambak. Dulu, tempat ini memang ada beberapa petak tambak, hanya saja tidak semasif saat ini. Dalam kurun beberapa tahun terakhir, pembangunan tambak sangat masif di Karimunjawa.
Kamera kumatikan saat melintasi sekumpulan warga yang berada di dekat pertambakan. Takutnya ada yang salah paham, karena saat ini isu tambak di Karimunjawa sensitif. Pun dengan di media sosial, berbagai pro dan kontra tambak saling mencuat.
Pedal sepada terus kukayuh, lantas aku sangsi apakah jalur yang kulintasi sudah benar atau tidak. Tujuanku adalah jalan kecil sampai tikungan dekat warung. Benar saja, jalur yang kulintasi memang sesuai. Kuteruskan perjalanan menuju ujung Legonipah.
Aspal di sepanjang jalan sudah mengelupas dan sudah waktunya untuk diperbaiki. Kalau tidak salah, terakhir aspal diperbaiki pada tahun 2016. Saat itu hampir berbarengan dengan listrik yang merata hidup 24 jam. Kini, ruas-ruas jalan di Karimunjawa memprihatinkan.
Melintasi jalur rusak di Karimunjawa |
Aku masih mengayuh sepeda, sesekali mengambil vlog jalan rusak. Di Jepara, jalan rusak sepertinya pemandangan yang lumrah. Di media sosial misalnya, sudah banyak akun yang prihatin dengan laporan jalan rusak, tapi belum ada tindakan signifikan dari Pemkab.
Untuk jalan di Jepara sendiri, aku sering mencuitkan di Twitter dengan menandai akun Pemkab dan pimpinan. Hanya sesekali mendapatkan respon kalau jalan di Karimunjawa menunggu arahan waktu untuk diperbaiki. Hanya saja, sepertinya respon dan cuitan tersebut senyap termakan waktu.
Jika kalian ingin bersepeda di Karimunjawa, jenis sepeda yang paling cocok digunakan adalah gravel dan MTB. Setidaknya dua sepeda ini bisa melintasi jalan berlubang dengan lebih nyaman. Jangan lupa membawa cadangan ban. Karena hari sial tak pernah tak pernah kita ketahui.
Jelajah Kemujan hari ini merupakan agenda yang sudah lama aku rencanakan. Mungkin dari sini nantinya ada wisatawan yang suka bersepeda berminat gowes di Karimunjawa. Percayalah, banyak destinasi yang bisa disambangi dengan bersepeda, bonusnya jalan rusak. *Karimunjawa; Sabtu, 23 Oktober 2023.
Dulu kepikiran bagaimana rasanya bersepeda keliling karimunjawa. Tempat atau pantai mana saja yang bisa disinggahi. Jalan seperti apa yang bakal dilewati. Tempat berkemah yang aman. Jadinya penasaran.
BalasHapusMasalah tambak udang di karimun sudah jadi isu lingkungan nasional. Tapi belum ada tindakan nyata dari pemda dan aparat.
Hahahaha, bisa blusukan lihat perubahan yang mencolok, mas.
HapusMantap, jadi pengen hehe
BalasHapusGas, silakan diagendakan loh
Hapus