Spot Jembatan Akar Seribu yang Sedikit Terlupakan - Nasirullah Sitam

Spot Jembatan Akar Seribu yang Sedikit Terlupakan

Share This
Jembatan Akar Seribu Seyegan
Jembatan Akar Seribu Seyegan
Jembatan Akar Seribu Seyegan sempat menjadi daya tarik wisata baru di Sleman. Spot jembatan yang instagramable menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Kini, suasana kembali senyap, mengharapkan kehadiran pesepeda untuk dapat meramaikan seperti awal dikenal.

Dua kawan pesepeda melaju kencang, aku berusaha mengikuti di belakang. Tetap saja tenagaku terkuras habis, terlebih sudah beberapa bulan tak bersepeda akhir pekan. Tubuh mulai bereaksi, aku langsung meminta dua kawan berhenti di salah satu minimarket.

Setengah jam lebih kami istirahat, tiba-tiba badanku tidak enak. Kami bersantai, aku tetap menggerakkan kaki sembari berdiri. Tidak serta merta duduk. Sepertinya, tubuh ini bereaksi ketika aku bersepeda tanpa terlebih dulu pemanasan.

Pandangan berangsur pulih, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini, kedua kawan mengikuti ritmeku yang pelan. Tujuan bersepeda kali ini ke Jembatan Akar Seribu dan kulineran di Seyegan. Meski jaraknya dekat, rasanya cukup jauh, terlebih tadi sempat berhenti lama.
Penampakan jembatan akar seribu
Penampakan jembatan akar seribu
Jembatan Akar Seribu ini pernah viral kala pandemi. Seorang kawan yang sering menjelajah kawasan Gunung Merapi mendadak posting foto di sungai kecil dengan titian jembatan dari akar pohon. Sontak respon pesepeda riuh. Beberapa orang langsung mencari lokasi tersebut.

Tak berapa lama, postingan kawan sempat dihapus dengan berbagai pertimbangan. Namun, pesepeda lainnya sudah mencari informasi jembatan tersebut. Tak menunggu waktu lama, postingan para pesepeda di jembatan tersebut bermunculan. Nama Jembatan Akar Seribu muncul di penanda Google Maps.

Rombongan pesepeda di depan kami salip, mereka belok kanan, sementara aku terus lurus. Ini kali kedua aku berkunjung ke Jembatan Akar Seribu. Begitu melihat rute, ternyata kami kelewatan, harusnya ikut rombongan yang belok kanan.

Untungnya di Seyegan banyak jalan kecil yang saling menghubungkan. Kami sampai di spot Jembatan Akar Seribu dari jalan kampung. Sengaja istirahat sejenak untuk melepas lelah. Kali ini, ada satu warung yang buka. Sepertinya hanya buka tiap akhir pekan.
Menikmati teh di warung
Menikmati teh di warung
Pengunjung tak banyak, ada tiga pesepeda yang sedang santai minum teh panas. Kami bergabung, duduk menikmati minuman sembari mengemil mendoan. Tampaknya, spot Jembatan Akar Seribu sepi. Hanya beberapa pesepeda yang berkunjung.

Kami memang sengaja berhenti di warung, berbincang dengan pengunjung yang lain, serta berinteraksi dengan penduduk setempat. Area parkir menuju Jembatan Akar Seribu melintasi halaman rumah warga. Bahkan, destinasinya pun sebenarnya kebun salah satu warga di Seyegan.

Jembatan Akar Seribu pernah ramai pada masanya. Bahkan untuk berfoto di jembatan pun harus mengantre. Imbauan maksimal lima orang dalam satu kali foto sempat digaungkan, takutnya jembatan tersebut tak kuat menyanggah orang berfoto.

Sungai kecil sudah bersih, area parkir pun luas. Tempat sumbangan sukarela terpasang di dekat arah tempat parkir. Sisa-sisa keramaian waktu lampau masih terasa. Sayangnya, keramaian antusias pengunjung pun cepat berlalu. Hingga kini seperti terlupakan.

Aku datang untuk kedua kalinya. Sewaktu datang yang pertama, tempat ini cukup sepi. Tapi aku tak bisa memotret secara bebas, karena spot Jembatan Akar Seribu digunakan komunitas fotografer untuk foto konsep. Jadi aku hanya melihat sebentar, dan bersantai di warung dekat destinasi.

Beberapa rombongan pesepeda mulai berdatangan. Namun, tak semua berhenti di warung. Mereka langsung parkir di lahan dekat rimbunan bambu, lantas berfoto di titian jembatan akar. Sesekali harus bergantian dengan warga yang ingin ke sawah.
Berfoto di Jembatan Akar Seribu Seyegan
Berfoto di Jembatan Akar Seribu Seyegan
Jembatan Akar Seribu ini memang menarik diabadikan, terlebih bagi para pengunjung yang suka mengunggah di media sosial. Bentuk jembatan yang berasal dari akar pohon melintang dengan tambahan objek pohon besar di sisinya.

Akar-akar tersebut sampai ke sungai. Membentuk jembatan alami yang kokoh, sehingga dapat dilintasi oleh masyarakat setempat. Sementara semburat cahaya menyeruak di antara rerimbunan pohon di sekitarnya.

Ketika spot Jembatan Akar Seribu ini viral dan ramai dikunjungi banyak orang, terlebih para pesepeda, pengelola ataupun masyarakat setempat membuatkan jalur khusus bagi fotografer. Sehingga spot berfoto dapat dibidik dari bawah jembatan.

Selain itu, keuntungan dari viralnya Jembatan Akar Seribu tentunya sungai menjadi lebih bersih. Masyarakat membersihkan sampah agar destinasi tersebut tetap ramai dikunjungi. Bagi para pesepeda, mereka juga dilengkapi dengan beberapa warung yang menjual minuman serta gorengan.

Jika sewaktu awal banyak warung yang buka, animo pesepeda melonjak drastis, serta membuat masyarakat setempat bersemangat membuka warung. Kini mulai beranjak menurun. Pengunjung ataupun pesepeda tak seramai dulu. Destinasi yang dulu viral, kini kembali senyap.
Melanjutkan perjalanan kuliner bebek bacem
Melanjutkan perjalanan kuliner bebek bacem
Lepas berfoto dengan kawan-kawan, kami kembali ke warung. Sebelumnya menyempatkan mengisi kotak sukarela yang ada di dekat pintu masuk parkir. Tampak masyarakat tetap berusaha untuk mengelola destinasi tersebut, semangat yang mungkin tak setinggi waktu awal dikenal.

Di Seyegan, potensi desa wisata cukup bagus. Salah satu yang terdekat tentunya desa wisata Grogol. Siapa tahu, di desa wisata Grogol ada agenda bersepeda dengan wisatawan yang menginap di sana, lantas mengarahkan bersepeda ke Jembatan Akar Seribu kala pagi.

Obrolanku dengan ibu pemilik warung yang buka tentu seputaran Jembatan Akar Seribu. Harapan untuk kembali dikenal dan ramai dikunjungi tetap ada, warung yang biasanya buka setiap hari kini hanya sewaktu akhir pekan, itupun tak tentu.

Cukup lama kami bersantai di Jembatan Akar Seribu, dua kawan menanyakan kondisi tubuhku. Tubuh ini sudah fit, kami melanjutkan perjalanan untuk menikmati kuliner yang ada di Seyegan. Tentunya pilihannya adalah Bebek Bacem.

Dulu, sewaktu dengan kawan lainnya, kami singgah di Bebek Bacem Selera Rakyat, kali ini ingin mencicipi Bebek Bacem Bu Waliyem yang berlokasi di pasar Ngino, Seyegan. Sepeda kami parkir di samping warung, lantas memesan menu sarapan.

Dua kawan sudah menikmati bebek bacem, ditambah dengan satu porsi belut goreng. Aku menyusul, memilih menu, dan langsung menunjuk salah satu menu yang disajikan. Begitu kumakan, ternyata aku salah ambil menu ayam, bukan bebek.
Keliru pesan ayam bacem di warung Bu Waliyem
Keliru pesan ayam bacem di warung Bu Waliyem
Kawan yang mengetahui aku salah ambil menu tertawa kencang. Memang hari yang kurang baik. Selain sempat ngedrop, salah jalur, ternyata masih salah juga ambil menu. Meski begitu, kami cukup lahap menikmati sarapan yang agak kesiangan.

Bebek bacem Bu Waliyem ini menjadi salah satu tempat kuliner yang kondang di Seyegan. Selain mereka yang makan di tempat, pengunjung yang datang pun banyak membeli lauknya saja untuk dibawa pulang. Sama halnya dengan bebek bacem selera rakyat.

Sarapan sudah tandas, waktunya pulang. Perjalanan yang terasa capek adalah pulang kulineran dengan cuaca cerah. Kami sudah saling pengertian, ketika mendekati Ringroad Jombor, semuanya bebas berpisah, karena rute dan ritme mengayuh sudah beda.

Dua kawan otomatis sudah mendahului, aku masih santai menikmati sengatan matahari dengan laju sepeda pelan. Jarak yang kami lintasi memang tak seberapa, tapi karena lama tidak bersepeda akhir pekan, rasanya cukup menguras tenaga.

Jembatan Akar Seribu dan kuliner bebek bacem di Seyegan ini bisa menjadi satu rute yang menyenangkan. Terlebih buat kalian yang suka gowes cari sarapan (Gocapan). Jarak terjangkau dari kota, rute datar, dan tentunya destinasi dan kuliner yang menyenangkan. Jogja, 18 Februari 2024.

10 komentar:

  1. Wah, asyiknya kesampaian masuk ke area ini dan berfoto sejenak di atas jembatan akar yang viral. Sayangnya mas SItam ga bisa lama ya. Komunitas fotografernya aturan gantian donk, bisa minta tolong fotoin hahahaha :D Bagus banget jembatannya benar2 alami ya. Salah pesan makanan ya ga apa2 deh, sepertinya menu lain kelihatan nikmat juga hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menariknya, tempat seperti ini malah bisa jad i lokasi kopdar bagi komunitas :-)

      Hapus
  2. Memang jembatannya cakep pas difoto ya, apalagi kalau sambil gotong sepeda kayak om Sitam, aura pesepedanya keluar om.

    Semoga warga Seyegan bisa menemukan formula paket wisata yang lestari untuk mendongkrak kembali pasar jembatan akar ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, kalau baut foto memang bagus di sini, om

      Hapus
  3. Jembatan kayunya memang bagus dan unik. Harapannya bisa lagi ramia, tapi jangan terlalu ramai. Yang cepat viral cepat atau lambat bakal kembali ke kondisi semula, sepi.

    Atau mungkin mas sitam kurang tidur? Biasanya kalau kurang tidur ga boleh olahraga. Kalau dipaksakan olahraga kondisi badan bakal kurang bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, memang harapannya ramai messki jangan over kayak awal-awal.
      Kalau tidur sudah sesuai, memang badan pas lagi kurang enak dan tidak pemanasan.
      Untung pas tahu gejala itu, aku langsung berhenti

      Hapus
  4. wah jembatannya estetik sekali ya mas, cukup disayangkan sebenarnya bila harus sepi, tapi di lain sisi juga jadi lebih enak kalau berkunjung di sana pas sepi ya, jadi lebih leluasa untuk mengambil foto, barangkali perlu pembenahan atau promosi ya agar destinasi ini bisa terus lestari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang mas, sepi nyaman difoto tapi kasian kalau sepi terus, pengennya kembali ramai

      Hapus
  5. Kdg serba salah juga ya mas. Suatu tempat wisata kalo viral dan rame, bagus memang, tp dampaknya JD kotor biasanya. Untung aja warga yg Deket jembatan akar ini ttp mau memikirkan kebersihan supaya tempatnya tetep rame.

    Cuma memang orang Indonesia itu kdg cuma fomo sih 😅. Kalo udh ngerasain, trus lupa... Cari tempat lain lagi.

    Aku sendiri kalo mau blak2an, kurang suka tempat viral. Biasa males aku datangin. Tp kalo udah sepiii, atau memang hidden gem, baru deh aku mau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, itu yang membuatku waktu ramai jarang mau berkunjung, malah menunggu pas reda, karena lebih nyaman buat berfoto.

      Hapus

Pages