Menilik Sejarah Masa Lampau di Museum Bio-Paleoantropologi FK-KMK UGM - Nasirullah Sitam

Menilik Sejarah Masa Lampau di Museum Bio-Paleoantropologi FK-KMK UGM

Share This
Museum Bio-Paleoantropologi FK-KMK UGM
Museum Bio-Paleoantropologi FK-KMK UGM
Sebagian besar dari kita hanya mengenal museum Sangiran jika ingin belajar tentang evolusi manusia. Nyatanya tidak, di FK-KMK UGM, ada sebuah museum yang bernama museum Bio-Paleoantropologi. Di sini, kita juga bisa belajar tentang sejarah manusia.

Jauh sebelum direvitalisasi, aku sudah beberapa kali menyambangi museum Bio-Paleoantropologi yang lokasinya berseberangan dengan perpustakaan FK-KMK UGM. Sejak beberapa bulan, gedung museum dalam proses renovasi. Di akhir Oktober, museum kembali diresmikan.

Selama proses revitalisasi museum, aku sudah beberapa kali masuk. Melihat perkembangan progres, hingga mengabadikan beberapa sudut yang ada di museum. Foto-foto yang aku sertakan di blog merupakan dokumentasi sebelum diresmikan dan masih dalam proses revitalisasi.

Gedung T. Jacob seakan-akan menjadi wahana edukasi mahasiswa. Di penghujung tahun 2024, dua museum diresmikan dalam satu tempat. Museum Bio-Paleoantropologi dan Museum Anatomi. Sebelumnya, museum Anatomi berlokasi di gedung departemen anatomi lantai dua.
Halaman depan Museum Bio-Paleoantropologi
Halaman depan Museum Bio-Paleoantropologi
Museum Bio-Paleoantropologi konsepnya jauh lebih modern dibanding waktu belum direvitalisasi. Proses revitalisasi museum berkolaborasi dengan PT AKR Corporindo Tbk sebagai mitra dalam pengembangan museum.

Sebagai informasi, bapak Haryanto Adikoesoemo yang merupakan pemilik PT AKR Corporindo Tbk sedari dulu memang kolektor karya seni modern dan kontemporer. Beliau juga yang memiliki Museum Macan (Modern and Contemporary Art in Nusantara).

Keberadaan museum Bio-Paleoantropologi menjadi tempat untuk edukasi bagi mahasiswa, terutama berkaitan dengan berbagai teori evolusi manusia. Dari awal pintu masuk, kita sudah mendapatkan berbagai informasi menarik.

Bio-Paleoantropologi pada dasarnya terbuka untuk umum, namun untuk waktu kunjung pada hari kerja. Sebenarnya tidak hanya museum Bio-Paleoantropologi, karena bangunan ini juga ada museum Anatomi. Hanya saja untuk museum anatomi ada perlakuan khusus, tidak terbuka untuk semua umur.
Sejarah manusia dalam Diorama
Sejarah manusia dalam Diorama
Museum Bio-Paleoantropologi dan Museum Anatomi diharapkan menjadi pusat pembelajaran. Khususnya museum Bio-Paleoantropologi, selain mempunyai nilai historis dan edukasi menarik, koleksi di museum tersebut dapat diakses semua kalangan, termasuk anak kecil.

Salah satu yang menarik di museum Bio-Paleoantropologi menurutku adalah bagaimana infografis sejarah evolusi manusia dapat diterangkan dengan mudah. Berbagai koleksi pajangan dan informasi sudah lengkap. Pengunjung dapat menikmati setiap sudut museum dengan membaca informasinya.

Di setiap sudut museum juga terpajang koleksi dari Prof. Teuku Jacob. Museum Bio-Paleoantropologi tidak hanya memajang koleksi langka, tetapi juga mengkombinasikan dengan berbagai teknologi masa kini. Sehingga memang lebih edukatif.
Salah satu spot foto di museum Bio-Paleoantropologi
Salah satu spot foto di museum Bio-Paleoantropologi
Pada sudut yang lainnya di museum Bio-Paleoantropologi adalah bagaimana sebuah gambar tentang pola makan. Kita diharapkan dapat menjaga pola makan dengan baik dan sehat. Berbeda dengan sudut di awal masuk yang lebih fokus pada evolusi manusia.

Aku terus mengelilingi setiap sudut museum Bio-Paleoantropologi. Sesekali memotret sudut-sudut yang menarik. Pada satu sudut tepatnya di dekat pintu keluar, terdapat patung manusia purba. Selain itu ada juga foto Prof. Teuku Jacob.

“Manusia muncul belakangan sekali dalam sejarah bumi, tetapi ia telah menguasai bumi dan merusaknya besar-besaran, bahkan ia mampu memusnahkan hampir segala makhluk hidup, termasuk dirinya sendiri. Apakah ada masa depan bagi makhluk yang agresif ini? Jawabannya terletak pada dirinya sendiri. Sudah dua abad dia menamakan dirinya sebagai Manusia Yang Arif (Homo sapiens).”
Berbagai koleksi di museum Bio-Paleoantropologi FK-KMK UGM
Berbagai koleksi di museum Bio-Paleoantropologi FK-KMK UGM
Kutipan kalimat Prof. Teuku Jacob tersebut penuh makna. Hal ini menyadarkan kita bahwa manusia harus mempunyai rasa kemanusiaan. Tidak arogan sehingga mengabaikan bumi dan isinya. Menjaga dan melestarikan semesta, bukan malah merusak segalanya.

Bangunan di museum Bio-Paleoantropologi penuh sejarah. Bagaimana seorang Prof. Jacob meneliti tanpa pernah merasa lelah. Di bangunan ini, ada ruangan Prof. Jacob sewaktu beliau masih hidup. Hanya saja, ruangan tersebut tidak terbuka untuk umum. Beruntung, aku pernah beberapa kali masuk ke ruangan tersebut.

UGM mempunyai beberapa museum, salah satunya ada di FK-KMK UGM. Museum Bio-Paleoantropologi ini di sepanjang tahun 2024 terbuka tanpa ada biaya masuk untuk para pengunjung. Sehingga sayang jika dilewatkan tidak singgah.
Spot foto Prof. Jakob dengan patung manusia purba
Spot foto Prof. Jakob dengan patung manusia purba
Harapannya di tahun 2025 nanti, kedua museum (Museum Bio-Paleoantropologi dan Museum Anatomi) bisa berkolaborasi agar buka bersamaan. Sehingga para pengunjung dapat mengakses dan belajar dari keduanya. Ditambah sudah ada pendamping dari setiap museum untuk menjelaskan.

Perlu diingat, beberapa koleksi di museum Bio-Paleoantropologi ada larangan memotret. Pun dengan di museum Anatomi, dari awal hingga akhir untuk museum Anatomi memang tidak diperkenankan mengabadikan. Sudah ada larangan memotret di pintu masuk.

Sejak kedua museum ini dibuka kembali. Antusias para mahasiswa maupun masyarakat umum yang ingin berkunjung begitu besar. Semoga saja ada kabar baik sehingga masyarakat luas dapat dengan mudah tahu bagaimana alur kunjungan dan yang lainnya ketika ingin ke museum di FK-KMK UGM. *Jogja; 27 Oktober 2024.

6 komentar:

  1. Museum Bio-Paleoantropologi ternyata punya banyak hal menarik ya! Dari konsep modern hingga koleksi bersejarahnya, tempat ini sepertinya wajib dikunjungi, apalagi bagi pecinta sejarah dan budaya. Semoga semakin banyak yang tahu dan tertarik berkunjung ke museum ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, museum ini bisa jadi wadah mahasiwa unk belajar sekaligus bagi masyarakat

      Hapus
  2. Wah, keren masih aktif nulis blognya 👏

    BalasHapus
  3. Ohhh ada juga di sini ya mas. Yg Sangiran doang yg aku pernah datangin.

    Kata2 prof Jacob itu mancep sih. Memang manusia musuh bumi paling utama. Serakah, barbar, tp merasa paling Arif 😔.

    Aku sebenernya ga terlalu semangat kalo ke museum yg ga bisa difoto. Krn susah untuk diceritakan lagi. Pakai Kata2 doang, JD ga menarik. Ga ada gambarannya. Padahal dengan bercerita memakai foto, seharusnya bisa membujuk Orang2 untuk melihat sedikit dan tertarik kesana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum pernah ke sangiran, sudah ada rencana nanti kalau dedek sudah bisa jalan baru ke sana ahhahaha. Masih lama berarti

      Hapus

Pages