Menelusuri Keindahan Embung Senja yang Kini Terbengkalai - Nasirullah Sitam

Menelusuri Keindahan Embung Senja yang Kini Terbengkalai

Share This
Pendangkalan air di Embung Senja Sleman
Pendangkalan air di Embung Senja Sleman
Tulisan embung Senja tidak terawat, bahkan salah satu hurufnya sudah hilang. Warna kuning pada tulisan sudah pudar, ditambah dengan dedaunan bambu yang menutupi. Aku mengabadikan tulisan di embung Senja. Pemandangan kontras dengan beberapa tahun yang lalu.

Sekitar tiga tahun yang lalu, embung Senja menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung, khususnya para pesepeda. Pengelola embung ini sedikit demi sedikit membangun berbagai wahana dengan baik. Semangat berbenah masih tinggi, meski pandemi menjadi tantangan tersendiri.

Bahkan pada masanya, ada banyak wahana dan warung yang bisa disambangi. Dari berbagai ulasan menyebutkan bahwa embung Senja merupakan wahana alternatif untuk piknik bersama anak-anak. Karena lokasinya luas dan tersedia tempat bermain.

Di tahun 2024, semuanya berubah drastis. Sepertinya embung Senja terlupakan. Tidak banyak orang yang tertarik untuk menyambanginya. Hanya lapangan depan yang cukup luas dimanfaatkan sebagian masyarakat beraktivitas.
Tulisan  Embung Senja Sleman sudah rusak
Tulisan  Embung Senja Sleman sudah rusak
Berlokasi di Tirtoadi, kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, embung Senja kali ini tidak begitu menarik perhatian. Kukayuh sepeda untuk menyambangi embung yang lokasinya tak jauh dari pasar Cebongan. Sedari awal, aku memang kerap menyambangi destinasi yang mulai terlupakan.

Sewaktu datang, lapangan depan dimanfaatkan para anak-anak untuk berlatih lari. Bangunan kecil di dekat jalan sudah tidak terawat. Aku menyapa bapak-bapak yang duduk santai menunggu anaknya beraktivitas. Kuparkirkan sepeda di antara kendaraan bermesin.

Kusapu pandangan ke embung. Genangan air tampak dangkal, lebih banyak ditutupi eceng gondok. Tanaman gulma air ini hampir merata, menutui permukaan air di embung Senja. Tidak ada tanda-tanda embung ini dibersihkan.

Ada keinginan untuk memutari embung Senja dengan berjalan kaki. Aku menapaki salah satu pinggiran embung, di bagian ujung tampaknya sudah tertutup jalannya. Rerimbunan pohon bambu menutupi ruas jalan, pun dengan semak-semak.
Tanaman gulma eceng gondok di  Embung Senja Sleman
Tanaman gulma eceng gondok di  Embung Senja Sleman
Jalur yang masih terawat berbatasan langsung dengan area bermain anak-anak. Jalur yang sudah dipaving masih bagus hingga ujung. Terlihat jalur ini diberdayakan oleh masyarakat setempat untuk berolahraga, khususnya lari pagi.

Di banyak tempat, embung menjadi destinasi yang menarik bagi para pelari. Setidaknya, setiap pagi ataupun sore, tak sedikit masyarakat yang berlari memanfaatkan putaran embung. Olahraga lari di dua tahun terakhir ini sangat meningkat drastis peminatnya.

Jika dicermati, embung Senja mempunyai potensi yang bagus untuk dijadikan area berolahraga. Terlebih panjang embung lumayan jauh. Bisa jadi lebih dari 300 meter sekali putaran, tentu ini menarik jika jalurnya tidak buntu.

Namun sepertinya potensi wisata embung Senja mulai terlupakan jika melihat kondisi saat ini. Air embung dangkal tertutup gulma, jalur yang memutari embung tertutup semak, ditambah area terbuka yang harusnya dapat diberdayakan untuk anak-anak pun terbengkalai.
Lintasan jogging track di  Embung Senja Sleman
Lintasan jogging track di  Embung Senja Sleman
Melihat kondisi saat ini tentu memprihatinkan. Pada masanya, aku percaya embung Senja dimanfaatkan para keluarga untuk berwisata momong anak. Area yang luas dan dilengkapi dengan berbagai permainan pendukung untuk anak kecil.

Selain itu, para remaja juga asyik bersantai kala pagi ataupun sore hari. Mereka menikmati waktu sore di embung Senja karena memang lokasinya terjangkau dari jalan besar. Ditambah, setiap sudut terdapat beberapa tempat duduk permanen.

Kutapaki jalan embung yang sudah terputus, semak-semak mulai meninggi. Berbagai tiang lampu khas Jogja masih menjulang tinggi, namun warnanya sudah kusam dan berkerak. Beberapa tong sampah tertutup semak belukar.

Area yang cukup luas untuk wahana bermain anak-anak tinggal kenangan. Berbagai fasilitas permainan seperti ayunan, perosotan, ataupun yang lainnya digeletakkan begitu saja. Padahal, jika dimanfaatkan tentu ramai dikunjungi wisatawan lokal, khususnya masyarakat setempat.
Lampu hias terbengkalai di  Embung Senja Sleman
Lampu hias terbengkalai di  Embung Senja Sleman
Aku tidak tahu, kenapa pengelolaan embung Senja seperti ini. Padahal, jika ditilik tiga tahun lalu, sepertinya tempat ini sangat bagus pengelolaannya. Apapun yang terjadi, aku harapkan pengelola dan desa setempat bisa kembali menghidupkan embung Senja.

Di Jogja, area terbuka lahan hijau untuk anak-anak masih terbatas. Adanya embung bisa menjadi opsi area terbuka bagi anak-anak dan keluarga untuk bermain. Embung tidak hanya berfungsi sebagai penyimpanan cadangan air, namun bisa menjadi area bermain dengan tetap pengawasan orangtua.

Aku duduk santai di tepian embung, kuamati area yang luas ini dengan harapan ke depannya ada jalan terbaik agar destinasi yang sempat ramai dikunjungi oleh pesepeda dan masyarakat setempat ini kembali bangkit. Apapun permasalahannya, aku harapkan ada titik terang untuk berkomitmen membangun bersama.

Nasib embung Senja sepertinya tidak satu-satunya destinasi yang pernah ramai dan viral pada masanya menjadi senyap. Ada banyak destinasi yang bernasib sama, namun di antaranya bisa kembali bangkit meski harus terseok-seok.
Wahana permainan anak  Embung Senja Sleman yang tidak terawat
Wahana permainan anak  Embung Senja Sleman yang tidak terawat
Kuambil sepeda yang terparkir berdekatan dengan sepeda motro. Area halaman embung Senja masih ramai dimanfaatkan para anak-anak untuk latihan berlari dan yang lainnya. Aku melewati dan berpamitan, sesekali memotret keseruannya.

Waktunya pulang, aku ingin melintasi arah Denggung. Ada ruas jalan yang menurutku rindang dan asyik untuk dilintasi. Selain itu, aku juga berencana untuk singgah di kedai kawan di dekat terminal Jombor, namanya kedai Bubur.Kopi.Roti.

Embung Senja kutinggalkan dengan harapan tempat ini kembali menjadi wahana bermain bagi anak-anak yang ada di sekitaran Sleman. Menjadi tempat nongkrong santai kala sore, tempat berolahraga kala pagi, sehingga perekonomian di sini kembali bergerak. *Sabtu, 07 September 2024.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages