Menerobos Kabut Tebal Menuju Curug Sikarim Wonosobo - Nasirullah Sitam

Menerobos Kabut Tebal Menuju Curug Sikarim Wonosobo

Share This
Kabut di air terjun Sikarim Wonosono
Kabut di air terjun Sikarim Wonosono
Kabut tebal tak terhindarkan, suara gemerik air di curug Sikarim hanya terdengar. Terkadang, aliran air tersebut terlihat samar. Aku tidak bisa memotret aliran curug Sikarim. Pukul 16.30 WIB memang bukan waktu yang tepat berkunjungke curug Sikarim.

Seluruh jip berhenti di salah satu spot perbukitan. Lanskap perbukitan di Wonosobo terlihat jelas. Berbagai palawija yang tanam tampak subur. Ketika semua jip sudah berkumpul, iringan kendaraan roda empat ini berjalan pelan melintasi jalanan.

Perjalanan yang menyenangkan, jalan cukup luas dan mulus. Aku asyik merekam menggunakan kamera Gopro. Belum juga menikmati pemandangan alam, kabut tipis mulai menyeruak. Semua jip menghidupkan lampu dan menjaga jarak.

Jalanan makin menurun, rute terasa lebih menegangkan. Kombinasi turunan curam, kabut makin tebal, serta jalanan yang rusak menyatu. Beruntung jip-jip yang kami gunakan sudah terbiasa dengan medan tersebut, ditambah para pengemudi sudah hafal jalanan menuju curug Sikarim.
Menembus kabut menuju  air terjun Sikarim Wonosono
Menembus kabut menuju  air terjun Sikarim Wonosono
Jalanan Sikarim ini memang sedari dulu sudah populer dan tidak direkomendasikan melintas bagi mereka yang tidak hafal rute. Jika ingin ke Dieng, lebih baik mengarahkan peta menuju Alun-Alun Wonosobo, baru menuju Dieng. Jangan langsung arah Dieng, takutnya dilewatkan tanjakan Sikarim.

Kabut makin tebal, seluruh jip bergerak pelan. Jalanan makin menikung, pengemudi menunggu arahan jip yang ada di depannya. Sepanjang perjalanan, kami tidak bisa menikmati keindahahan lankap alam. Seingatku, di beberapa spot terdapat banyak tempat nongkrong.

Ternyata yang kami lintasi merupakan salah satu spot terkenal untuk menikmati lanskap alam, namanya spot Swiss van Java. Jika tidak terkena kabut tebal, kita bisa berhenti di tepian jalan sembari melihat keindahan alamnya.

Jalur Sikarim kami lintasi menurun, menurutku memang tidak dianjurkan untuk melintasi jalur tersebut saat menanjak. Sepanjang perjalanan, kami hanya berpapasan dengan pengendara roda dua, itupun masyarakat setempat. Bukan wisatawan yang ingin ke Dieng.
Masuk area curug Sikarim Wonosobo
Masuk area curug Sikarim Wonosobo
Tepat di sebuah tikungan, jip berhenti. Ternyata area parkir curug Sikarim berada di tikungan tajam. Kami turun dan bersiap untuk melihat air terjun Sikarim. Kabut tebal masih menyelimuti, kami melintasi gerbang, tiket sudah diurusi pihak biro.

Lokasi curug Sikarim tidak jauh dari jalan utama. Kami berjalan menuju curugnya, kabut tebal masih menyelimuti. Pandangan kami terbatas, tidak bisa melihat secara jelas bagaimana pemandangan curug tersebut. Aku hanya mendengar suara gemericik air terjunnya.

Benar saja, sesampai di lokasi kami harus menerima pemandangan tertutup kabut. Sekilas, aliran curug Sikarim hanya mengalir kecil di antara celah bebatuan. Debit air tidak deras layaknya musim penghujan. Aku tetap mengabadikan seadanya.

Sepertinya, curug Sikarim ini lebih asyik dikunjungi pada saat musim penghujan, sehingga debit air yang mengalir lebih deras. Selain itu, kedatangan kami saat sore hari bukan waktu yang tepat. Bisa jadi, lebih aman datang ketika siang, saat kabut belum banyak yang turun.
Gagal melihat curug Sikarim tertutup kabut
Gagal melihat curug Sikarim tertutup kabut
Sebagai informasi, destinasi curug Sikarim ini memang menjadi salah satu destinasi tujuan yang sudah termasuk pada paket jip. Jika tidak salah, paket jip di Dieng perjalanannya dari penjemputan, jelajah Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Spot Swiss van Java, Curug Sikarim, Kebun Teh Panama, hingga Telaga Menjer.

Seluruh destinasi tersebut dijelajah dalam waktu seharian. Meski di curug Sikarim tidak bisa melihat air terjun, aku cukup menikmati perjalanan menaiki jip menjelajah destinasi di Wonosobo. Sepertinya, curug Sikarim hanya sebagai persinggahan.

Sedari tadi, aku tetap memotret meski kabut lumayan tebal. Tidak dapat memotret aliran curug, aku beralih menuju spot foto yang lokasinya tidak jauh dari curug. Pemandangan di sini tampak lebih dramatis, karena kabut tebal.

Sebuah spot foto dengan latar tulisan “Sikarim” kupotret. Jika tidak ada kabut, spot foto ini langsung berlatar belakang curug Sikarim. Selesai memotret, aku menaiki tangga menuju tempat parkir jip. Beberapa teman yang satu rombongan masih penasaran dengan curug Sikarim.
Memotret spot foto di Curug Sikarim Wonosobo
Memotret spot foto di Curug Sikarim Wonosobo
Seperti yang aku bilang, di saat seperti ini, kunjungan ke curug Sikarim lebih tepat sebagai persinggahan. Berkoordinasi dengan seluruh rombongan sebelum melanjutkan perjalanan. Seluruh jip kembali siap melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya.

Kulihat agenda hari ini, tujuan selanjutnya adalah Kebun Teh Panama dan Telaga Menjer, dua destinasi terakhir yang lokasinya berdekatan. Aku kembali menaiki jip, berharap kabut tak setebal seperti di curug Sikarim agar jauh lebih bisa menikmati pemandangan.

Curug Sikarim memang menjadi salah satu destinasi yang dapat dikunjungi selama menjelajah Dieng. Namun, kembali lagi aku sampaikan bahwa jalur ke destinasi ini melintasi jalan penuh tikungan tajam dan kabut tebal, harap tetap hati-hati.

Jika memang ingin mengunjungi curug Sikarim, lebih baik waktu kedatangan agak siang, sehingga tidak tertutup kabut. Selain itu, pastikan juga pada musim penghujan agar debit air lebih deras. Tetap menjaga dengan tidak membuang sampah sembarangan. *Wonosobo, 31 Agustus 2024.

2 komentar:

  1. jadi inget pas ke dieng 2013 lalu, kami sampainya malam, dan dilewatin ke jalan yg menanjak, banyak belokan dan kabut... sampe ngeriii... tp suami ga mau berhenti krn lbih bahaya menurut dia.. cuma ga tau deh itu jalan sikarim atau bukan..

    curugnya cakeeeep... duuuuh kami malah ga kesini pas dulu ke dieng mas... pengen banget balik lagi ke dieng... salah satu tempat yg ga akan bosen aku datangin ya dieng , krn dingin :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi memang lewat Sikarim, mbak. Kudu ekstra hati-hati

      Hapus

Pages